Pendanaan Efek Indonesia (PEI) Bidik Bisnis Pendanaan IPO di 2023

PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) tengah menyusun peta jalan (roadmap) pendanaan pasar perdana (IPO Financing) sejak 2022.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan jumlah pencatatan 30 efek baru pada tahun 2021.(Foto: Tagar/emitennews.com/Galeri Bursa Efek Indonesia).

TAGAR.id, Jakarta - PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) tengah menyusun peta jalan (roadmap) pendanaan pasar perdana (IPO Financing) sejak 2022. Produk ini ditargetkan dapat diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Pendanaan Transaksi Efek pada Triwulan IV tahun 2023.

Direktur PEI, Suryadi, menyampaikan bahwa keterlibatan PEI dalam IPO Financing baru sebatas pada penyusunan mekanisme. Setelah memperoleh izin dari OJK, PEI akan memulai pemasaran.

"Mekanisme dalam izin produk memang kami harus pastikan sesuai dengan POJK. Yaitu pertama, PEI harus menyampaikan studi kajian seperti apa," ujar Suryadi, dalam acara Media Gathering dalam rangka Peringatan HUT ke-6 PEI, Rabu, 28 Desember 2022.

Hal tersebut, menurut Suryadi, didasarkan pada fakta bahwa pasar keuangan nasional yang masih kesulitan untuk menerima pendanaan sejak awal. Kesimpulan itu didapatkan saat berdiskusi dengan emiten, sekuritas, dan perbankan.

"Target tahun 2023, kami akan propose ke OJK, apakah memungkinkan PEI mengambil peran untuk memberikan IPO Financing," tutur Suryadi.

PEI telah melakukan kajian pada praktik IPO Financing di negara lain, seperti Jepang dan Korea. Hasil kajian tersebut menunjukkan bentuk regulasi antara IPO Financing di luar negeri berbeda dengan Indonesia.

Suryadi memastikan regulasi IPO Financing akan menyesuaikan kondisi skema bisnis IPO yang generik, serta infrastruktur dalam bentuk regulasi. PEI memegang peran untuk menyalurkan pendanaan saham IPO, kemudian pelunasan saat saham sudah listing di bursa.

"Kita akan masuk ke sistem e-IPO yang sudah diimplementasikan, nanti PEI akan menyalurkan pendanaan ke nasabah institusional atau ritel. Konsep yang kami ditawarkan, ingin transaksi Rp100 juta, dia bisa menggunakan dana (sendiri) Rp50 juta, dan dana dari PEI Rp50 juta. Jadi intinya leverage," ungkap Suryadi.

Sedangkan untuk menyalurkan pendanaan, PEI akan mengukur manajemen risiko dan kelayakan pada investor. PEI akan masuk ke e-IPO, kemudian penjatahan uang akan disediakan.

"Kalau mendapat pendanaan dari Bank Indonesia cukup ketat. Ada beberapa grup yang dibatasi ketentuan bank, sehingga bank tidak bisa dengan leluasa menyalurkan pendanaan di awal," papar Suryadi.

Suryadi menyebut, aturan yang membatasi pendanaan awal untuk IPO berupa syarat ekuitas, hingga ketentuan Bank Indonesia. Sedangkan penyaluran di PEI mencakup syarat saham dijadikan agunan, kemudian masuk ke tahap valuasi.

"Kita yang mengerti, memvaluasi. Bank tidak memberikan pendanaan transaksi margin, tapi bank meminjamkan uang dalam bentuk working capital ke Perusahaan Sekuritas. Perusahaan Sekuritas memberikan pendanaan transaksi margin ke nasabah," tegas Suryadi.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Cara Berinvestasi dengan Membeli Saham di IPOTGO
Aplikasi Ipotgo bisa dipasang dalam komputer maupun smartphone dan platform ini sangat memudahkan para investor untuk berinvestasi.
IPO, Dharma Polimental Mulai Tawarkan Rp 500 Per Saham
PT Dharma Polimental (DRMA) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif milik Triputra Group sudah dapat restu dari OJK.
Ultra Voucher Siap IPO, Tawarkan Rp 100 - Rp 130 per Saham
Direktur Utama PT Trimegah Karya Pratama Hady Kuswanto mengatakan voucher digital terus bertumbuh dari tahun ke tahun seiring perubahan transaksi.
0
Tertekan Penguatan Dolar, Harga Emas Ikut Terdampak
Harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi USD1.803,16 per ounce setelah penurunan ke USD1.796 di awal sesi.