Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan berharap Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat menjadi katalisator perbaikan dan stabilitas ekonomi makro pada semester II/2020. Nada optimistis tersebut dilontarkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari.
Menurut dia, program stimulus bantuan sosial akan mendorong konsumsi masyarakat pada paruh kedua 2020, sementara konsumsi pemerintah diproyeksi dapat meningkat sejalan realisasi belanja pemerintah (pusat dan daerah).
“Selain itu, investasi semester II diperkirakan tumbuh moderat seiring dengan membaiknya keyakinan investor. Namun, perdagangan internasional diperkirakan masih mengalami kontraksi karena masih rendahnya permintaan global,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 10 Juli 2020.
Rahayu menambahkan, inflasi diperkirakan meningkat bertahap seiring pulihnya konsumsi, dengan inflasi inti meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan pasca pelonggaran PSBB bertahap.
“Inflasi pangan relatif terkendali, namun masih terdapat risiko fluktuasi harga pangan pada masa tanam,” tuturnya.
Adapun, nilai tukar rupiah diperkirakan dalam tren menguat sejalan dengan stabilitas ekonomi makro dan arus modal masuk ke dalam negeri namun tetap diwaspadai risiko volatilitas pasar keuangan global.
Lebih lanjut, Kemenkeu juga menilai harga minyak masih terdapat risiko volatilitas karena pengaruh supply and demand global serta faktor geopolitik.
“Lifting migas akan dioptimalkan untuk mencapai target dengan menjaga keekonomian wilayah kerja, efisiensi biaya, serta mengupayakan proyek-proyek migas yang onstream di tahun 2020 dapat berjalan tepat waktu,” katanya.
“Pendapatan negara semester II akan dioptimalkan terutama dari sisi perpajakan sejalan dengan membaiknya aktivitas usaha di era normal baru. Outlook belanja negara semester II diperkirakan lebih baik sejalan dengan implementasi kebijakan penanganan Covid-19 dan program PEN,” sambung Rahayu.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan mencatatkan penurunan realisasi pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 1,57 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) pada akhir semester I/2020. Meski demikian kinerja belanja tetap dapat tumbuh positif dalam rangka mendukung penanganan pandemi.