Peluncuran Buku SAE Nababan Teolog Kesohor dari HKBP

Buku catatan perjalanan Dr Soritua Albert Ernst Nababan berjudul "Selagi Masih Siang" akan diluncurkan pada Sabtu, 15 Agustu 2020.
Buku Pdt Dr SAE Nababan. (Foto: Tagar/Twitter)

Pematangsiantar - Buku catatan perjalanan Pendeta Dr Soritua Albert Ernst Nababan berjudul 'Selagi Masih Siang' akan diluncurkan pada Sabtu, 15 Agustu 2020. 

Nababan adalah seorang teolog terkenal dan mantan Ephorus Huria Kristen Batak Protesan atau HKBP, salah satu gereja Lutheran terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Basar Daniel selaku koordinator kegiatan menyebut, launching buku dilakukan secara virtual dengan platform zoom meeting dan disiarkan secara live lewat akun Facebook dan YouTube SAE Nababan.

Peluncuran ini diisi diskusi dan refleksi terkait hal-hal yang diunggah dalam buku. 

Selain penulis, Pdt Dr SAE Nababan, buku ini juga akan ditanggapi beberapa panelis, yakni Ketua Umum PGI 2014-2019 Pdt Dr Henriette Lebang, mantan Menristek Muhammad AS Hikam PhD, dan Uskup Agung Jakarta Prof Dr Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo.

"Acara dipandu oleh Aviva Nababan dan diisi pula testimoni dari sejumlah tokoh nasional dan internasional," kata Basar dalam siaran persnya, Jumat, 14 Agustus 2020.

Nababan lahir di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara pada 24 Mei 1933 dan menempuh studi teologia di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta (sekarang STFT Jakarta). Kemudian, Universitas Heidelberg Jerman. 

Selain terlibat karya penggembalaannya sebagai seorang pendeta, Nababan juga aktif dalam berbagai gerakan ekumenis di tingkat nasional dan dunia.

Nababan dikenal kritis dan vokal menyuarakan isu kemanusiaan dan keadilan saat mengemban peran sebagai pimpinan gereja, baik di Dewan Gereja-gereja Indonesia maupun HKBP. 

Dalam banyak sisi, hal ini kerap membuatnya harus berhadap-hadapan dengan kepentingan rezim Orde Baru. 

Itu terjadi misalnya saat pembahasan mengenai sasaran dakwah keagamaan, persoalan asas tunggal Pancasila, hingga yang paling terlihat, saat intervensi rezim Orba pada krisis HKBP 1992-1998, ketika ia menjadi pimpinan sinode gereja tersebut.

Hal-hal demikian yang membuat suami dari Alida Lientje Lumbantobing MSc ini dekat dengan tokoh progresif masa itu seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri dan Prof Amien Rais.

Ini pula yang membuatnya terlibat dalam memfasilitas pertemuan demi mengkonsolidasikan kekuatan sosial politik jelang reformasi, hal yang belakangan berbuah Deklarasi Ciganjur.

Dr SAE NababanDr SAE Nababan. (Foto: Twitter)

Cerita-cerita tersebut terekam dengan gaya refleksi pada buku 'Selagi Masih Siang'.

Buku yang mengambil judul dari pesan Yesus di Injil Yohanes tersebut menyiratkan dua semangat pesan bagi gereja dan masyarakat di Indonesia, yaitu sebagai harapan dan kesempatan untuk terus giat berkarya, sekaligus lecutan untuk segera berbenah.

Di usia sangat muda 30 tahun meraih doktor theologia dari Universitas Heidelberg, Jerman, tahun 1963

Buku terbitan BPK Gunung Mulia setebal 456 halaman ini terdiri dari 10 bab. 

Dimulai dengan mengulas secara kronologis perjalanan Nababan dari masa kecilnya di Tarutung dan Siborongborong, studi yang ditempuhnya di Jakarta hingga di Jerman, serta kiprahnya di gerakan ekumenis Indonesia dan dunia.

Kisah itu kemudian berkelindan dengan cerita Nababan menjadi pendeta lalu menjadi pemimpin gereja di masa Orde Baru hingga jelang reformasi. 

Tak hanya bercerita pengalaman, ide dan pemikiran soal peran gereja bagi kehidupan sosial masyarakat, terutama suara keadilan dan perdamaian juga tersebar di banyak bagian buku ini. 

Hal yang masih relevan untuk didiskusikan oleh gereja maupun masyarakat demokratis Indonesia. 

Nababan percaya setiap generasi menghadapi masalah dan tantangan zamannya tersendiri. 

Itu pula yang mendorong dirinya menuliskan catatan perjalanan ini, meski cukup lama ia ragu, karena khawatir tidak bisa mencegah kesan menonjolkan diri sendiri.

“Lewat buku ini saya ingin berbagi soal bagaimana generasi kami menghadapi permasalahan dan tantangan di zaman kami terkait gereja, masyarakat, negara serta dunia yang tentu berbeda dengan tantangan sekarang. Mudah-mudahan saat generasi masa kini membandingkan pengalaman ini, dapat menjadi hal yang berguna,” ungkap Nababan.

Politikus Partai Demokrat Jansen Sitindaon di akun Twitternya, Jumat, 14 Agustus 2020, menyebut Nababan merupakan seorang teolog terbaik Indonesia bahkan dunia.

"Akhirnya besok buku itu terbit juga. Berjudul 'Selagi Masih Siang'. Sebuah kata sederhana tapi bermakna dalam yang berpuluh tahun ini biasa beliau ucapkan. Namanya Pdt Dr SAE Nababan. Seorang teolog terbaik Indonesia bahkan dunia yang pikiran dan sikapnya paling saya kagumi," tulisnya.

"Di usia sangat muda 30 tahun meraih doktor theologia dari Universitas Heidelberg, Jerman, tahun 1963. Sebuah prestasi membanggakan dari putra Indonesia yang di masa sekarang pun sulit dicari padanannya," kata putra Dairi itu.

Jansen melanjutkan, jejak Nababan mendunia. Sejak muda telah melanglang dunia dan bicara di banyak panggung dunia. Merepresentasikan wajah Indonesia dan pandangannya terhadap berbagai hal.

"Pada bidang ilmunya theologia, dalam lima dekade terakhir, dialah salah satu terbaik yang dimiliki Indonesia," kata Jansen.

Pdt Nababan dikenal dengan disiplinnya yang sangat tinggi. Termasuk ketegasannya tak kenal kompromi dan sulit ditawar. Karena inilah dia pernah menghadapi cobaan serius di masa rezim orde baru.

Sebagai Ephorus HKBP, kepemimpinannya diintervensi Bakorstanasda. Sehingga terjadilah kisruh bertahun-tahun di tubuh HKBP, yakni antara 1992-1998. []

Berita terkait
Pemuda Gereja HKBP Padang Bantu APD Tenaga Medis
Pemuda-pemudi Huria Kristen Batak Protestan di Padang turut membantu pengadaan alat pelindung diri bagi tenaga medis.
Ephorus HKBP Minta Ibadah Paskah Dilakukan di Rumah
Ephorus mengatakan Peringatan Jumat Agung, Pesta Paskah I, dan Pesta Paskah II ibadah sebaiknya dilakukan di rumah masing-masing.
Jansen Minta HKBP Bergerak Tangani Virus Babi Sumut
Politisi Demokrat Jansen Sitindaon angkat bicara terkait flu babi yang ada Sumatera Utara. Dia meminta agar HKBP minta bantuan dokter dari Jerman.