Pelepas Dahaga di Desa Purwosari Kulon Progo

Puluhan jeriken biru berjejer rapi di pinggir jalan di Pedukuhan Ngaglik, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Warga antre air bersih di Pedukuhan Ngaglik, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Jumat, 28 Juni 2019. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Puluhan jeriken biru berbagai ukuran, berjejer rapi memanjang di pinggir jalan di wilayah Pedukuhan Ngaglik, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Jumat, 28 Juni 2019. Tidak jauh dari jerigen itu, puluhan warga dengan raut muka bahagia menanti bantuan air yang akan segera tiba. Tidak lama, bantuan air tiba, dan mereka segera berjejer, antre untuk mendapatkan air bersih.

Seperti itulah sekelumit cerita para warga Pedukuhan Ngaglik untuk mendapatkan air bersih. Memang, dalam beberapa bulan terakhir, mereka mengalami kesulitan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, dan minum.

Suyati, warga pedukuhan Ngaglik mengatakan sumber mata air yang menjadi andalannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, mulai menyusut sejak empat bulan lalu. Dengan kondisi ini, dia harus mengambil air di tetangga sebelahnya, itupun hanya untuk keperluan air minum. Sementara untuk keperluan mencuci, harus dilakukan di sebuah sungai yang berjarak sekitar 2 km dari rumah.

Untuk kebutuhan mandi, mencuci, saya harus mencari ke lokasi lain.

Karenanya, dia merasa senang dengan bantuan air yang diberikan oleh pihak Polsek Girimulyo. Bantuan air ini, sedikit banyak bisa memenuhi kebutuhan air untuk sementara waktu.

“Rencananya, bantuan air tersebut akan dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dalam beberapa hari ke depan. Saya sebenarnya berharap, penyaluran bantuan air bisa dilakukan rutin pada musim kemarau seperti sekarang. Satu jeriken air hanya bisa memenuhi kebutuhan minum dan memasak sekitar tiga hari. Hal ini belum termasuk untuk keperluan mencuci dan mandi,” katanya, Jumat, 28 Juni 2019.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan Supartini, warga lain yang juga ikut antre mendapatkan bantuan air.

Supartini merasa senang mendapatkan bantuan air bersih. Ia mengatakan kekeringan air sudah mulai melanda wilayahnya sejak sebelum puasa Ramadan. Demi mendapatkan satu atau dua jeriken air bersih, ia harus berjalan kaki sejauh 500 meter menuju sumber air bernama krompot. Air dari sumber ini digunakan untuk memasak.

“Untuk kebutuhan mandi, mencuci, saya harus mencari ke lokasi lain,” ujar Supartini.

Proses Penyaluran Air

Proses penyaluran air bersih ke kampung Suyati dan Supartini ini penuh rintangan dengan jalan berliku, sempit, naik turun, curam. Jika tidak berhati-hati bisa jatuh ke jurang yang dalam.

Kendaraan pengangkut air milik Polsek Girimulyo dan PDAM Tirta Binangun harus berhati-hati. Air yang dibawa tidak penuh untuk menghindari kecelakaan.

Kapolsek Girimulyo, AKP Surahman mengatakan permintaan bantuan air sudah banyak berdatangan dari masyarakat. Tidak hanya itu, permintaan juga datang dari berbagai sekolah yang terletak di wilayah utara Kulon Progo.

Pokoknya jangan sampai masyarakat susah dalam memenuhi kebutuhan air.

"Penyaluran bantuan air (dropping) sudah dilakukan sebanyak tiga kali oleh Polsek Girimulyo. Selain menyasar pemukiman warga yang kesulitan air, dropping juga dilakukan di sejumlah sekolah,” ujar AKP Surahman.

Dia menambahkan, dalam melakukan dropping air, kepolisian tidak bergerak sendiri. Kerja sama dan komunikasi dijalin dengan Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, demi mengetahui titik-titik yang mengalami krisis air bersih.

“Bantuan air akan rutin kami salurkan demi masyarakat. Pokoknya jangan sampai masyarakat susah dalam memenuhi kebutuhan air,” ujarnya.

Data dari Tagana Kulon Progo di Kecamatan Girimulyo, setidaknya ada 8 pedukuhan yang mengalami krisis air. Setiap pedukuhan berpenduduk 50 kepala keluarga yang mengalami kekurangan air bersih. []

Tulisan feature lain:

Berita terkait