Patut Diwaspadai, Penyakit Anjing Gila Teror Bali

Penyakit anjing gila atau biasa disebut rabies mencoreng citra Bali, karena serangan virus mematikan yang dapat menular ke manusia kembali mencuat.
Ilustrasi orang yang terserang rabies. (Foto: immunize.org)

Bali - Serangan rabies di Bali kembali terekspos, setelah sejumlah kasus korban yang terjangkit penyakit anjing gila di Klungkung mencuat ke publik, menjadi buah bibir masyarakat. 

Satu per satu kasus gigitan anjing liar terungkap. Setelah dilakukan uji laboratorium, nyatanya, puluhan ribu anjing di sana memang positif terpapar virus mematikan yang dapat menular ke manusia.

Salah satu kasus terbaru, terjadi di Lingkungan Mergan, Kelurahan Semarapura Kelod Kangin, Klungkung, dengan sembilan warga setempat menjadi korban gigitan anjing liar. Kasus ini sudah dilaporkan ke Bidang Kesehatan Hewan di Bali untuk segera ditindaklanjuti.

Melihat gelagat anjing yang mencurigakan, Bidang Kesehatan Hewan bersama sejumlah petugas, langsung melakukan uji cek laboratorium pada cairan otak anjing, dan hasil uji lab menunjukkan anjing itu benar adanya positif rabies.

Namun penanganan dengan mengeliminasi anjing, menuai pro dan kontra. Sebab, di Indonesia, khususnya di Pulau Dewata, sejak lama telah dikenal sebagai wilayah yang ramah anjing. 

Banyak warga di sini sengaja memelihara anjing di rumahnya masing-masing. Bahkan, satu rumah bisa memelihara lebih dari dua anjing. Belum lagi di jalan-jalan perumahan, anjing liar sudah biasa bebas berkeliaran tanpa gangguan.

Dari literatur yang ada dan cerita mulut ke mulut, ketika hutan-hutan masih lebat, anjing sering dijadikan teman berburu warga lokal. Itu sebabnya, mengapa sampai sekarang terdapat istilah “cicingborosan” atau anjing pemburu. 

Kini, seiring menyempitnya kawasan hutan, anjing lebih banyak difungsikan sebagai penjaga rumah.

Anjing Sudah Membudaya Turun Temurun

Anjing Liar di BaliAnjing berkeliaran di Bali menjadi hal biasa namun harus waspada dengan gigitannya. (Foto: Tagar/Nila Sofianty).

Masyarakat sini biasa menyebut anjing dengan asu, cicing, kuluk, atau konyong. Anjing juga berperan dalam kultur masyarakat Bali. 

Dulu, setiap acara odalan purnama, anjing selalu ikut dalam ritual adat. Diturutsertakan tanpa absen. 

Anjing biasa dikaitkan dengan penyeimbang antara niskala dan sekala. Sekala adalah sesuatu yang terlihat, sedangkan niskala adalah sesuatu yang tidak terlihat atau abstrak.

Antropolog asal Inggris, Dr. Lawrence Blair, yang lebih dari seperempat abad hidup di Indonesia, melihat Bali memang dipenuhi dengan anjing, saat dia menginjak kaki di Pulau Dewata pada tahun 1965. 

Menurut Blair, anjing Bali teramat istimewa, karena sangat mudah melacak asal-usulnya. Berbeda lagi dengan anjing ras yang sudah melalui banyak perkawinan silang.

Jika ditarik lebih ke belakang, di Bali juga terkenal dengan salah satu episode epos Mahabharata yang mengisahkan ketika Yudhistira menolak masuk surga apabila tidak bersama anjing kesayangannya. 

Mungkin hal tersebut bisa menjadi gambaran, besarnya kecintaan masyarakat Bali terhadap hewan anjing. 

Maka tak heran saat kasus rabies beberapa bulan lalu mencuat kembali, sempat menimbulkan keresahan bagi para pecinta anjing mengenai penanganan. Sementara di sisi lain, kasus rabies memang wajar disoroti, karena sudah memakan korban.

Vaksin Anjing Rabies Sudah Dilakukan

Rabies BaliWarga dan anjing peliharaan di Bali. (Foto: Tagar/Nila Sofianty).

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Kadisnak) Provinsi Bali, I Wayan Mardiana menmandang, saat ini kasus rabies mulai menunjukkan tren penurunan pascavaksin massal di hampir tiap kabupaten/kota di Bali.

"Kasus rabies sejak bulan Juli 2019 setelah vaksinasi massal rabies telah mengalami penurunan," ujar Kadisnak seperti yang disampaikan oleh Kasubag Media Pemprov Bali, I Ketut Yadnya Winarta kepada Tagar, Sabtu, 14 September 2019.

Vaksinasi massal telah dilaksanakan pada Maret 2019-Juli 2019 dengan menyasar 716 desa se-Bali. Total cakupan vaksinasi hingga September 2019 telah mencapai 92 persen.

Ada kasus anjing yang dibuang pemiliknya atau anjing liar yang berkeliaran di semak-semak hingga pegunungan.

I Ketut mengklaim, angka jumlah estimasi populasi anjing yang telah divaksinasi di Bali sudah banyak. Dari total populasi anjing di Bali yang diperkirakan berjumlah 573 ribu ekor, dan yang telah tervaksinasi saat ini mencapai 510 ribu ekor.

"Sedangkan angka kasus rabies hingga September 2019 masih ada kasus yang sifatnya insidentil terhadap anjing-anjing yang belum tervaksin. Misalnya ada kasus anjing yang dibuang pemiliknya atau anjing liar yang berkeliaran di semak-semak hingga pegunungan, yang sulit dijangkau tim kami," kata dia.

I Ketut melanjutkan, dari sembilan kabupaten/kota se-Bali, tercatat di Kabupaten Tabanan sejak Januari 2019 nihil kasus positif rabies. Di Badung, terdapat satu kasus, yakni di daerah Kuta Selatan. Sementara di Jembrana muncul satu kasus di Medewi, korban tergigit anjing liar yang dibuang pemiliknya di tepi pantai.

Kemudian, di Buleleng hanya terjadi 1-2 kasus di daerah Gerokgak. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan vaksinasi ulang dan eliminasi.

Sementara di Kabupaten Karangasem masih terjadi 1-2 kasus rabies di daerah Kubu dan Abang, lantas ditindaklanjuti dengan pembuatan pararem bagi masyarakat yang meliarkan anjingnya maka akan dieliminasi serta dikenakan denda.

Selanjutnya di Bangli juga tak jauh berbeda, hanya terjadi 1-2 kasus, yakni di daerah Kintamani. Demikian pula di Kabupaten Klungkung masih terjadi 1-2 kasus. Sedangkan di Gianyar hanya ditemukan satu kasus dan telah ditindaklanjuti dengan vaksinasi ulang pada anak anjing kelahiran baru. 

"Intinya semua hanya bersifat insidentil dan kasuistik," tuturnya.

Tak hanya itu, pihak Kadisnak bersama tim juga telah bekerja ekstra dan memberi prioritas guna mengatasi rabies di kawasan yang masuk Zona Merah Rabies.

Ketentuan Hukum dan Sanksi hingga Upaya Bali Bebas Rabies

Anjing Rabies di BaliAnjing liar bebas berkeliaran di Bali. (Foto: Tagar/Neli Sofianty).

Berbagai upaya pencegahan pun juga telah dilakukan melalui sosialisasi dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 15 tahun 2009 tentang Pemberantasan Rabies di Bali. 

Dalam Perda ini disebutkan, setiap warga masyarakat yang memiliki anjing, wajib memelihara dan merawat kesehatannya. Sanksi bagi yang melanggar, bisa dijerat hukum pidana dengan ancaman kurungan penjara maksimal selama tiga bulan, serta menanggung biaya pengobatan dan upacara pengabenan apabila warga tergigit anjing hingga meninggal dunia.

Pencegahannya menurut I Ketut mencakup sosialisasi dan informasi, terutama kepada pemilik anjing agar senantiasa menjaga kesehatan hewan peliharaannya, sehingga dapat terhindar dari virus anjing gila. Termasuk langkah-langkah pencegahan agar rabies tidak menyebar ke kawasan lain di luar zona merah tersebut.

Dia mengatakan, program ini juga disosialisasikan dengan kabupaten/kota, bahkan ke desa-desa sebagai ujung tombak. Mulai September 2019 ini, lanjut dia, akan dilakukan vaksinasi kembali terhadap anjing-anjing yang belum sempat tervaksinasi, serta anjing yang baru lahir. 

"Ini dilakukan agar Desember 2019 mendatang target Bali Bebas Rabies 2020, seperti yang dicanangkan bisa lebih cepat tercapai. Tidak perlu tunggu 2020," ujarnya.

Sementara itu, Prof. Ketut Pudja sebagai akademisi yang sering disebut 'pakar rabies' menilai, dukungan dari Pemerintah Provinsi Bali membuat kasus rabies di sana mampu dituntaskan, hingga dapat mengembalikan wajah Bali sebagai provinsi bebas rabies seperti beberapa tahun sebelumnya.

“Tahun 2019 ini pun kami bersama Disnak dan tim berusaha menggempur rabies agar bisa tuntas di Provinsi Bali. Jadi tidak perlu tunggu tahun 2020,” tutur Pudja.

Secara terpisah, Kadis Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya menyatakan, pihaknya mendukung penuh penanggulangan rabies, terutama dengan tindakan kesehatan jika terjadi gigitan anjing serta penyediaan Vaksin Anti Rabies (VAR).

Dia mendukung penuh keberadaan 42 Rabies Center yang akan membantu pelaksanaan Bali bebas rabies tahun 2020.

Sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, I Ketut Diarmita mengungkapkan harapannya agar Bali segera bebas dari rabies. 

Dia menginginkan, dana pusat yang dikucurkan betul-betul maksimal terserap untuk digunakan sebagaimana dalam memberantas rabies di Pulau Dewata Bali. []

Berita terkait
Anjing Bima Aryo Tewaskan Pembantu Diberikan ke Polisi
Anjing Malinois yang menewaskan pembantu rumah tangga di Cipayung, Jakarta Timur (Jaktim) milik presenter Bimo Arya akan segera diberikan ke polisi
Nasib Anjing Bima Aryo Tewaskan Pembantu Rumah Tangga
Anjing milik presenter Bima Aryo menewaskan pembantu rumah tangga di Cipayung, Jakarta Timur.
Misteri Kematian Anjing Masuk Masjid di Bogor
Seorang wanita berinisial SM pembawa anjing masuk masjid di Bogor. Ternyata anjing itu ditemukan mati. Kenapa?
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi