Mataram - Pasien positif Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus bertambah. Total pasien yang positif menjadi 195 orang. Kabupaten Lombok Barat yang disinyalir mengarah ke penularan transmisi lokal telah menyiapkan kuburan massal bagi pasien meninggal.
Untuk mencegah penularan dan deteksi dini penularan Covid-19, petugas kesehatan tetap melakukan contact tracing terhadap semua orang yang pernah kontak dengan yang terkonfirmasi positif.
Perinciannya dari 10 kabupaten dan kota yang ada di NTB, sudah 23 orang dinyatakan sembuh, empat orang meninggal dunia serta 164 orang positif dan masih dalam masa perawatan medis dengan kondisi semakin membaik.
"Untuk mencegah penularan dan deteksi dini penularan Covid-19, petugas kesehatan tetap melakukan contact tracing terhadap semua orang yang pernah kontak dengan yang terkonfirmasi positif," kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 NTB, Lalu Gita Ariyadi, Minggu, 26 April 2020 malam.
Populasi berisiko yang sudah diperiksa dengan metode Rapid Diagnostic Test (RDT), yaitu Tenaga Kesehatan, Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG), serta Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala (PPTG) terutama yang pernah melakukan perjalanan ke Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Sebanyak 522 tenaga kesehatan telah diperiksa dengan hasil tidak ada yang reaktif, 1.093 ODP/OTG diperiksa dengan hasil 47 orang reaktif, dan 1.996 PPTG perjalanan Gowa diperiksa dengan hasil 451 orang reaktif, serta PPTG perjalanan Bogor diperiksa 101 orang dengan hasil 14 orang reaktif.
"Semua orang dengan hasil RDT reaktif dilanjutkan pemeriksaan swab sebagai standar pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosa Covid-19," ujar Gita.
Siapkan Kuburan Massal di Lombok Barat
Mengantisipasi melonjaknya jumlah kasus, lebih khususnya di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) tetap mengedepankan protokol dan prosedur standar operasional. Salah satu cara yang dilakukan dengan menyiapkan rumah sakit dan tempat kuburan massal.
"Kita tidak menginginkan hal terburuk, tapi harus kita siap-siap. Jangankan Rumah Sakit, kuburan pun harus kita siapkan. Lokasinya paling sedikit berjarak lima puluh meter dari mata air untuk menjaga kontaminasi," terang Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Barat H Baehaqi saat mengevaluasi penanganan Covid-19 di Posko Satgas Kecamatan Kediri, Jumat Malam lalu.
Kuburan itu, terang Baehaqi masih dikaji untuk disiapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Lombok Barat. "DLH kita minta mencari lokasi. Soal pemulasaran dan proses pemakamannya sedang disiapkan SOP-nya oleh pihak Kementerian Agama dan RSUD. Petugasnya pun kita siapkan," kata Baehaqi.
Kita tidak menginginkan hal terburuk, tapi harus kita siap-siap.
Menurutnya, jika sampai ada pasien positif Covid-19 meninggal dunia saat dirawat di ruang Isolasi RSUD Patut Patuh Patju, maka tim RSUD itu yang langsung bertugas mengurus jenazah. Begitu juga di RSAM Narmada.
"Kita juga harus menyiapkan peti mati jika ditemukan ada yang meninggal. SOP untuk mengurus jenazah Covid ini sangat ketat," tegas Baehaqi.
Berbagai persiapan dilakukan bukan karena menginginkan kondisi buruk. Tapi semata-mata sebagai persiapan untuk skenario terburuk.
"Kita mengantisipasi berdasarkan kajian permodelan dari para ahli. Menurut mereka, kita harus antisipasi jika puncak penyebaran Covid-19 ini nanti di bulan Juli Agustus," jelas Baehaqi.
Seperti hasil pantauan di lapangan dengan kondisi Lombok Barat yang disinyalir mengarah ke transmisi lokal, Pemkab Lobar pun sigap menyiapkan berbagai lokasi untuk mengkarantina pasien. []