Optimisme Wisata Danau Toba Bangkit di Era New Normal

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) optimistis pariwisata di Kawasan Danau Toba bangkit di era new normal atau hidup baru.
Kesiapan warga di Kabupaten Tapanuli Utara menyambut new normal. (Foto: Edward Tigor Siahaan)

Jakarta - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) optimistis pariwisata di Kawasan Danau Toba bangkit di era new normal. Pendapat berbeda datang dari pelaku wisata Edward Tigor Siahaan, bahwa pemerintah belum punya konsep jelas untuk menggairahkan pariwisata.

Menurut Bamsoet, pemerintah harus didorong memberikan insentif khusus untuk merangsang wisatawan kembali membanjiri obyek wisata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Pemerintah bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan memberikan diskon tiket pesawat. Khususnya, untuk penerbangan ke-10 kawasan wisata prioritas yang dikenal dengan 10 Bali Baru, di mana Kawasan Danau Toba masuk di dalamnya. Tentunya, dengan catatan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 tetap dipertahankan," ujar Bamsoet saat mengisi webinar 'Strategi Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Toba di Era Gaya Hidup Baru', yang diselenggarakan Komite Masyarakat Danau Toba pada Selasa, 9 Juni 2020.

Mantan Ketua DPR RI ini meyakini karakteristik pariwisata di Kawasan Danau Toba yang menawarkan keindahan alam sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ingin melepas penat usai pandemi Covid-19.

Tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah setempat bisa menjamin sekitar kawasan pariwisata tidak terjadi kerumunan. Serta manajemen hotel memberikan jaminan kebersihan seluruh sarana dan prasarananya.

"Keindahan alam Danau Toba dengan dukungan kebudayaan Batak merupakan perpaduan yang sempurna menjadikan Kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Peran serta masyarakat merupakan kunci keberhasilan. Terlebih masyarakat Batak memiliki sistem kekerabatan marga yang kuat, yang bisa menjadi spirit membangun Kawasan Danau Toba," kata Bamsoet.

Dia menambahkan, dalam masyarakat Batak ada nilai-nilai semangat kebersamaan yang harus senantiasa dijaga dengan baik, yaitu semboyan 'Marsipature Hutanabe' atau saling membangun kampung halaman.

Semboyan ini memiliki makna yang sangat dalam, utamanya bagi para perantau untuk membangun kampung halaman sebagai perwujudan semangat gotong royong yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Pemerintah tampaknya belum punya konsep untuk mengatasi dampak covid terhadap ekonomi pariwisata

"Jika setiap kelompok masyarakat Batak memiliki semangat yang sama untuk membangun daerah asal, maka Kawasan Danau Toba akan maju dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada. Dengan banyaknya tokoh, baik pejabat, pengusaha, seniman dan budayawan, maupun tokoh lainnya yang lahir dari daerah ini, seharusnya bisa menjadi sumber daya potensial untuk menggerakkan kemajuan perekonomian Danau Toba, terutama di saat terjadinya pandemi seperti sekarang ini," jelas Bamsoet.

Disebutkan, pada dasarnya kebutuhan masyarakat terhadap wisata sangat tinggi. Jika dahulu pariwisata hanya masuk kategori kebutuhan tersier, kini sudah menjadi kebutuhan primer. Bahkan masyarakat rela menabung untuk mempersiapkan wisata ke berbagai tempat. Tak jarang dalam setahun, setiap orang bisa dua sampai tiga kali berwisata.

Alam Danau TobaDewi Girsang, seorang traveller ketika berada di salah satu sudut panorama Kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Dewi Girsang)

"Salah satu paradigma baru pariwisata di era gaya hidup baru tak hanya sekadar pada padatnya kerumunan turis. Tetapi pada kualitas, kesan, dan pengalaman yang diberikan tempat wisata kepada para turis. Kawasan Danau Toba jika dikelola secara serius dan berkelanjutan, punya potensi besar untuk segera bangkit dari pandemi," ungkap Bamsoet.

Sementara, menurut pemilik Piltik Coffee dan Homestay di Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utata, Edward Tigor Siahaan menyebut usaha terkait pariwisata Danau Toba nyaris 99 persen tiarap.

"Termasuk kedai kami Piltik Coffee. Ngeri. Bingung. Pemerintah tidak hadir dalam situasi ini. Pemerintah tampaknya belum punya konsep untuk mengatasi dampak covid terhadap ekonomi pariwisata yang mengakibatkan ribuan pekerja di sektor wisata maupun usaha pendukungnya kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Setelah tiga bulan tiarap, saat ini memasuki rawan sosial. Pemerintah harus segera hadir dan menawarkan solusi, bukan hanya pasif makan gaji buta," katanya, dihubungi Kamis, 11 Juni 2020.

Dia memberi contoh saat Bandara Silangit mulai dibuka untuk penerbangan, penumpang yang dibawa maskapai Citilink pada Kamis, 11 Juni 2020 hanya membawa 26 orang penumpang.

"Faktanya penumpang Citilink hari ini hanya 26 orang, bisa main pimpong di pesawat. Biaya tiket mahal, dan rapid test. Siapa sih yang mau jalan-jalan kalau mahal dan rumit. Harusnya biaya rapid test itu murah kalau nggak bisa free," katanya.

Menyangkut kepatuhan pada protokol kesehatan, Edward memastikan warga sudah memahami bagaimana menjalankan protokol kesehatan.

"Pemerintah di sini dan warga sudah paham betul dengan Covid- 19. Sebanyak 99 persen pakai masker dan tempat cuci tangan di area publik banyak disediakan," terangnya.[]

Berita terkait
New Normal di Kawasan Danau Toba Belum Siap?
Kawasan Danau Toba terutama destinasi wisata terpuruk sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air dan dunia. New normal menjadi sebuah harapan baru.
Surat Terbuka Menolak Relokasi Aquafarm di Danau Toba
Sejumlah organisasi menyatakan sikap menolak Aquafarm Nusantara atau PT Regal Springs Indonesia (RSI) untuk beroperasi kembali di Danau Toba
Aquafarm Sebaiknya Angkat Kaki dari Danau Toba
Rencana PT Aquafarm Nusantara merelokasi KJA ke Uluan dan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara terus mendapat penolakan dari sejumlah pihak.