New Normal di Kawasan Danau Toba Belum Siap?

Kawasan Danau Toba terutama destinasi wisata terpuruk sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air dan dunia. New normal menjadi sebuah harapan baru.
Dewi Girsang dengan latar salah satu destinasi wisata alam di Kawasan Danau Toba. (Foto: Dewi Girsang)

Pematangsiantar - Kawasan Danau Toba terutama destinasi wisatanya praktis terpuruk sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air dan dunia. 

Banyak pelaku wisata di kawasan andalan Sumatera Utara itu menjerit kehilangan penghasilan, hingga kemudian muncul sebuah harapan tentang penerapan new normal oleh pemerintah.

New normal dinilai menjadi salah satu solusi untuk menumbuhkan kembali geliat sektor pariwisata di Kawasan Danau Toba. Namun, tak sepenuhnya tatanan baru itu mendapat dukungan dari para pegiat wisata, meski beberapa juga mendorongnya untuk diterapkan.

Mangaliat Simarmata dari Jendela Toba, aktivis lingkungan di Kawasan Danau Toba kepada Tagar pada Sabtu, 6 Juni 2020 menyatakan dukungannya untuk penerapan new normal sebagaimana sudah disampaikan pemerintah.

"Secara pokok, saya pikir bisa diterapkan new normal itu. Dilakukan pemeriksaan di pintu-pintu masuk ke KDT terhadap setiap orang yang masuk sesuai dengan protokol kesehatan," katanya.

Mangaliat meyakini pembukaan akses wisata di Kawasan Danau Toba di masa new normal, sepanjang protokol kesehatan yang ketat dan baik dilakukan tidak akan meningkatkan penularan virus corona. 

"Bila benar-benar protokol kesehatan dijalankan dengan baik dan ketat, saya yakin tidak terjadi penularan virus corona ke KDT," katanya.

Kekhawatiran masyarakat tidak disiplin menjalankan protokol, menurut dia, edukasi harus lebih gencar dilakukan oleh pemerintah daerah di Kawasan Danau Toba.

Ditambah jika ada komitmen tujuh kabupaten di Kawasan Danau Toba dan Pemerintah Provinsi Sumaterea Utara dalam satu sinergi di bawah koordinasi gugus tugas.

"Janganlah jalan sendiri-sendiri seperti selama ini. Awal Covid-19 ini di Sumut saya sudah usulkan agar ada satu manajemen khusus untuk KDT sebagai satu kawasan," katanya.

Pendapat berbeda dicetuskan Dewi boru Girsang, 32 tahun, seorang traveller atau lebih senang dirinya disebut penikmat wisata.

Menurut Dewi, sebelum pandemi datang, wisata di Kawasan Danau Toba bergairah, terutama kian banyaknya perbaikan sarana pendukung di lokasi wisata oleh pemerintah. Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Toba dan Samosir, misalnya.

Mangaliat SimarmataMangaliat Simarmata ketika mengikuti kegiatan Festival 1000 Tenda di Kawasan Danau Toba. (Foto: Tagar/Facebook Mangaliat)

Namun, setelah pandemi datang geliat wisata itu mati total. "Bahkan teman aku yang punya salah satu penginapan di Tuktuk Siadong, Samosir, mengeluh beberapa kali masalah kondisi ekonominya yang sudah sangat menipis karena ngak ada wisatawan yang berkunjung," tuturnya.

Dewi mengakui, terakhir ini sejumlah destinasi wisata kembali dibuka seperti di Parapat dan Samosir. Namun, menurut dia itu tidak akan mengubah keadaan. Karena banyak orang masih takut untuk berkunjung ke tempat-tempat umum dan tempat-tempat wisata.

"Yah, kalau wisatawan domestik mungkin akan sedikit mengalami grafik kenaikan kunjungan. Karena yah bisa kita lihat orang Indonesia banyak yang menganggap sepele covid ini. Sebelum ada new normal pun banyak yang masih nongkrong di kafe, kumpul-kumpul di warung. Apalagi sudah diberlakukan new normal di mana aktivitas bisa berjalan kembali dengan prosedur-prosedur yang berlaku, makin banyak orang yang akan mulai jalan karena kejenuhan selama berbulan-bulan sudah di rumah saja," katanya.

Namun, menurut cewek yang sudah mengitari banyak lokasi wisata di Kawasan Danau Toba sejak 15 tahun tetakhir itu, persentase kenaikan kunjungan wisata tetap akan kecil, karena ada orang-orang yang pengen jalan tapi masih takut karena kondisi yang belum benar-benar aman.

Yah, Samosir zona hijau, tapi kalau dibuka besar kemungkinan zona hijau akan berubah status jadi zona merah

Soal new normal? Dewi yang kini bermukim di Merek Situnggaling, Kabupaten Karo, itu menyatakan ketidaksetujuannya saat ini dilakukan.

"Ngak sepakat. New normal bisa diberlakukan dengan kondisi kalau sebuah negara sudah mengalami penurunan grafik Covid-19. Sementara Indonesia grafiknya masih terus naik. Risiko masih terlalu tinggi untuk menjalankan new normal," terangnya.

Benar ada protokol kesehatan, namun menurut dia, pada kenyataannya banyak orang yang tidak menjalankan protokol tersebut, karena masih hal yang baru. Memakai masker misalnya, sudah bisa dijadikan sebuah kebiasaan saat ini. Tapi belum untuk yang lain, seperti sering cuci tangan, dan jaga jarak.

Tumpak WinmarkFestival Tenda 1000 yang dibuat dalam bentuk diskusi daring. (Foto: Tagar/Facebook Tumpak Winmark)

"Tanpa disadari kita tidak bisa menjaga jarak dengan orang di sekitar kita. Aku melihat hal-hal itu langsung. Kemarin aku beli makanan cepat saji dan ngantre. Di lantai tempat ngantre sudah dibuat batas jarak antar orang, tapi orang-orang di depan ngak mematuhi itu, dalam jarak satu meter berdempetan orang ngantre tiga orang. Hal begitu saja ngak bisa dijalankan," kata dia.

Dewi mengingatkan, sangat tinggi risikonya jika new normal saat ini diberlakukan. Dia memberi contoh negara Korea Selatan gagal menjalankan new normal. "Apalagi kita, yang orang-orangnya ngak punya aturan buat diri sendri. Indonesia belum bisa memberlakukan new normal," tukasnya.

Hal sama di Kawasan Danau Toba. Menurut Dewi, ini sebenarnya sangat membingungkan. Satu sisi untuk pelaku sektor wisata misalnya, perhotelan, penjual kerajinan tangan, dan tempat makan mengharapkan ini dibuka karena mereka tidak punya pemasukan lagi. Tapi di sisi lain dari permasalahan covid sendri harusnya belum saatnya dibuka.

"Yah, Samosir zona hijau, tapi kalau dibuka besar kemungkinan zona hijau akan berubah status jadi zona merah. Kalau tidak ketat menyeleksi orang-orang yang akan masuk ke Samosir. Ini sempat kami obrolin sama teman-teman pelaku sektor wisata di Samosir. Yah, mungkin bisa saja dibuka demi para pelaku wisatanya. Tapi dengan prosedur yang ketat dari pemkab," katanya.

Misalnya, benar-benar mendeteksi orang-orang yang masuk itu sehat, menyediakan tempat cuci tangan, hand sinitizer, dan masker. Pihak hotel juga harus tegas memberlakukan protokol kesehatan, tidak membolehkan tamu bergerombol. "Itu tindakan-tindakan mengurangi risiko penyebarannya aja sih," katanya.

Salah satu event besar di Kawasan Danau Toba yang terpaksa dibatalkan akibat pandemi corona adalah Festival 1000 Tenda yang di-organize Tumpak Winmark Hutabarat atau yang lebih dikenal sebagai Si Parjalang.

Anak Siantar ini menyebut, semula Festival 1000 Tenda digelar pada 26-28 Juni 2020. Namun akhirnya dibatalkan. Festival ini sudah beberapa kali digelar di Kawasan Danau Toba, terakhir di Meat, Kabupaten Toba, tahun lalu.

Namun, Tumpak masih berharap event yang menghadirkan bisa sampai ribuan orang untuk berkemah dan berkreasi di pinggiran Danau Toba itu dilaksanakan pada Desember 2020.

"Pastinya menunggu keputusan final dari pemerintah pusat dan daerah. Kemudian memang tetap harus komunikasi dengan masyarakat lokal, apakah mereka mau menerima orang luar datang ke kampung mereka ketika festival jadi dilaksanakan, mengingat masih ada membekas rasa khawatir soal virus corona," terangnya.

Meski begitu, sejauh ini pihaknya belum mengumumkan kepada publik bahwa event direncanakan pada Desember 2020. 

"Pengumuman kami hanyalah pembatalan pelaksanaan di Juni ini. Dan memilih pelaksanaannya ke media diskusi virtual berseri tiap minggunya," ungkap Tumpak.[]


Berita terkait
Arahan Jokowi Kesiapan New Normal Dilakukan Hati-hati
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama jajarannya sedang menyiapkan berbagai hal untuk siap menghadapi era new normal secara hati-hati.
Tips Cegah Corona di Tempat Kerja saat New Normal
Memasuki era New Normal, beberapa sektor mulai beraktivitas kembali secara bertahap. Nah Tagar bagikan tisp cegah Corona saat bekerja.
Surat Terbuka Menolak Relokasi Aquafarm di Danau Toba
Sejumlah organisasi menyatakan sikap menolak Aquafarm Nusantara atau PT Regal Springs Indonesia (RSI) untuk beroperasi kembali di Danau Toba
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.