Opini: Unsur Tanah Jarang Central Geopolitik Indonesia

Salah satu jalan yang ditempuh adalah parasitic radioactive decay yaitu meluruh menjadi elemen yang sama dengan melepas photon gamma. Bagas.
Ilustrasi - Geopolitik Indonesia. (Foto: Tagar/Ist)

Ketika planet bumi terbentuk, membara, dan proses pendinginan terus berlangsung, hingga sekarang, elemen didominasi unsur-unsur dengan nomor atom besar dan dalam kondisi radioaktif, contoh U235, U238, Th232, Np237, dan lain-lain, yang mempunyai thermodynamically route berbeda-beda pada proses peluruhannya. 

Sehingga terbentuk berbagai elemen yang bisa kita lihat saat ini di sistem periodic table. Salah satu jalan yang ditempuh adalah parasitic radioactive decay, yaitu meluruh menjadi elemen yang sama dengan melepas photon gamma. Sehingga, masih banyak/melimpah kita jumpai di bumi, unsur-unsur dengan nomor atom yang besar.

Sangat mudah dipahami, mengapa unsur-unsur dengan nomor atom besar banyak kita jumpai di sekitar katulistiwa, karena bumi berotasi di porosnya. Sehingga tidak mengherankan bagi saya, jika ada rumor yang berkembang, tambang tembaga di Papua mengandung unsur emas. 

Saya tidak bilang terikat emas, karena emas adalah noble elemen yang orbital atom terluarnya sudah mempunyai elektron 8. Tidak membentukkan ikatan kimia.

Dari proses di atas, dengan mudah juga bisa dipahami, bahwa mineral yang ada di bumi, sebagian besar mengikat: baik ikatan kimia atau fisik, unsur-unsur dengan nomor atom besar yang kelimpahannya sangat sedikit. 

Itulah unsur-unsur tanah jarang (rate earth elements). Dalam sistem periodic table, unsur-unsur tanah jarang terdiri berbagai elemen, termasuk kelompok unsur-unsur lantanida.

Proses geologi mengkondisikan, hampir semua bahan mineral, khususnya mineral logam transisi, selalu mengikat unsur-unsur tanah jarang.

Unsur-unsur tanah jarang atau jarang di tanah, contohnya adalah Ta, Ti, V, Mo, W, Hf, Re, Ba, Nb, Ce, dll, adalah unsur-unsur sangat strategis untuk membuat perangkat elektronik: semikonductor, dan superkonduktor (industri masadepan) dan menjadi alloying elements pembuatan baja tahan karat dan baja kebutuhan khusus untuk kebutuhan konstruksi dan permesinan.

Sekali lagi, unsur-unsur tanah jarang mempunyai nilai teknologi dan keekonomian yang amat sangat strategis.

Kajian geopolitik Indonesia bukan hanya dari perspective letak geografisnya yang strategis, namun juga karena kekayaan unsur-unsur tanah jarang beragamam dan komplit. Indonesia semuanya punya.

Apa maunya Tiongkok, Amarika Serikat dan negara-negara Uni Eropa saat ini? Mudah ditebak! Cari kambing hitam di laut Natuna?

Di masalalu, ketika ekspor konsentrat diijinkan, unsur-unsur tanah jarang ikut terangkut ke luar Indonesia. Indonesia tidak dapat apa-apa, karena nilai mineral murah sekali, hanya senilai biaya pemurnian. Sudah bodoh masih dibodohin.

Larangan ekspor konsetrat adalah langkah tepat untuk kemajuan Indonesia.

Unsur-unsur tanah jarang mempunyai titik lebur tinggi, sehingga ketika konsentrat dilebur dan direduksi di tungku, maka unsur-unsur tanah jarang adalah yang pertama kali membeku membentuk oksida dipermukaan yang disebut slag. 

Secara fisik mudah dipisahkan dari logam paduan hasil reduksi. Slag bukan milik pemegang IUP, harus kembali ke negara sesuai UU Minerba. Pemegang IUP tidak boleh mengoperasikan Smelter. Pemegang IUP hanya memperoleh kembali paduan logam dasar, bukan commercial alloy, sesuai yang tertera di IUP.

Pada tulisan ini, saya tidak membahas industri metalurgi atau Smelter secara detail, agar saya tidak kehilangan fokus dalam membahas unsur-unsur tanah jarang.

Indonesia sangat sexy dimata dunia, karena bonus geopolitiknya khususnya kekayaan unsur-unsur tanah jarangnya. 

*Akademisi Universitas Gadjah Mada, Ketua Dewan Pakar Seknas Jokowi  


Berita terkait
Jokowi Khawatirkan Dampak Covid-19 Bagi Geopolitik
Jokowi ingatkan seluruh pihak soal kemungkinan dampak Covid-19 akan berimbas pada situasi geopolitik global.
Tensi Geopolitik, Fitch Turunkan Rating Arab Saudi
Fitch Rating menurunkan peringkat kredit Arab Saudi akibat meningkatnya tensi geopolitik dan militer di kawasan Teluk
Titik Rawan Ibu Kota Baru RI Menurut Pakar Geopolitik
Menurut pakar geopolitik pemerintah harus jeli melihat keamanan ibu kota baru Republik Indonesia (RI), khususnya Pulau Kalimantan.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.