Untuk Indonesia

Opini: Lumbung Pangan Dunia, Utopia?

Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, memiliki potensi besar untuk menjadi lumbung pangan dunia optimalkan penggunaan lahan rawa.
Lahan rawa di Desa Palu Kec. Pamulutan Kab. Ogan Ilir (Foto: Tagar/Ari S/Humas Kementan)

Oleh: Zaki Nabiha



Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, memiliki potensi besar untuk menjadi lumbung pangan dunia. Salah satu langkah strategis yang dapat diambil untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan lahan rawa.

Rawa, yang dulu dianggap sebagai lahan yang sulit dikembangkan, kini dilirik menjadi “jalan ninja” untuk meningkatkan luas tanam dan meningkatkan produksi padi.

Seperti yang disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melakukan kunjungan kerja di Sumatera Selatan, 14 November 2023 yang menegaskan bahwa pengembangan lahan rawa merupakan komitmennya untuk mempercepat kebutuhan masa tanam dalam waktu dekat ini. 

Pengembangan lahan rawa menurutnya akan dikelola melalui optimasi lahan yang diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas.

Langkah yang diambil Mentan Amran menggarap lahan rawa sebetulnya sudah pernah dilakukan ketika ia menjabat sebagai Menteri Pertanian pada periode 2014-2019. 

Melalui program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) dengan ungkapannya yang sangat terkenal waktu itu adalah ‘Membangunkan Raksasa Tidur”. Raksasa tidur yang Mentan Amran maksud adalah lahan rawa. 

Maka, di tahun 2019 menjadi tahun rawa karena Kementerian Pertanian telah memutuskan akan mengembangakan lahan rawa di Sumsel, Sulsel, Kalsel, dan Kalteng, dengan total luas 1 juta hektar.

Lahan rawa , yang seringkali dianggap sebagai lahan yang tidak produktif. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, lahan ini dapat diubah menjadi lahan pertanian. Pengoptimalan lahan rawa memerlukan penerapan teknologi pertanian modern.

Teknologi pertanian yang diterapkan pada program SERASI, khususnya di Sulawesi Selatan yakni menggunakan teknologi Surjan dan teknologi pertanian yang disesuaikan spesifik lokasi masing-masing daerah. Khusus pada tanaman padi dikembangkan teknologi RAISA (Rawa, Intensif, Super dan Aktual).

Produksi padi (GKG) secara nasional tertinggi menurut data Badan Pusat Statistik terjadi pada tahun 2017 mencapai 81,1 juta ton, selanjutnya terus mengalami penurunan yaitu 59,2 juta ton di tahun 2018, 54,6 juta ton di tahun 2019 dan di tahun 2020 menjadi 54,6 juta ton. 

Meski produksi cenderung mengalami penurunan, stok beras pada periode tersebut masih aman. Padahal, sektor pertanian tengah menghadapi kekeringan seperti yang sekarang terjadi. 

Pasalnya, menurut Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa yang saat ini menjabat sebagai Kepala Biro perencanaan, ketahanan pangan Indonesia dalam kondisi kuat meski terjadi kemarau yang berkepanjangan. 

Bahkan seperti diketahui, sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan akibat hujan yang tidak kunjung turun selama berbulan-bulan karena infrastruktur sudah dibangun 4 tahun.

Beberapa komponen kunci yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan rawa yaitu teknologi pengolahan tanah, pemupukan yang tepat, dan sistem irigasi yang efisien. 

Sistem pertanian terpadu dengan memanfaatkan sensor, drone, dan kecerdasan buatan mengingat hamparan lahan yang luas juga dapat membantu mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi risiko inefisiensi.

Pada aspek budidaya, Kementerian Pertanian sebetulnya memiliki varietas unggul baru yang dapat mengatasi permasalahan yang kerap terjadi pada lahan rawa seperti penyakit blast dan tahan genangan. Bahkan mampu memanjangkan tinggi tanamannya mengikuti tinggi muka air, sehingga dapat bertahan pada kondisi genangan. Varietas tersebut adalah Inpara 3 dan Inpara 8 Agritan.

Dengan mengonversi lahan rawa yang luas menjadi lahan pertanian yang produktif, Indonesia dapat secara signifikan meningkatkan luas tanam padi. Peningkatan ini akan memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan pangan nasional dan global. 

Tanaman padi yang tumbuh di lahan rawa yang dioptimalkan akan memiliki potensi untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.

Optimalisasi lahan rawa tidak hanya akan meningkatkan produksi padi secara keseluruhan, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi kepada petani. 

Dengan meningkatnya hasil panen, petani akan menerima penghasilan yang lebih besar, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan mereka dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan.

Meskipun optimalisasi lahan rawa memiliki potensi besar, tantangan tetap ada. Pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan, mitigasi perubahan iklim, dan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal akan menjadi kunci sukses dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia bukanlah utopia. Semoga.

*ASN di Kementan

Berita terkait
Opini: PP No 51 Tahun 2023 Adalah Ketidakadilan Bagi Buruh
Saya menyimpulkan revisi PP 36 tahun 2021 menjadi PP 51 tahun 2023 yang ditandatangani Presiden Jokowi adalah ketidakadilan bagi buruh.
Opini: Bencana dan Habituasi Pangan
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) melaporkan bahwa Indonesia menjadi Negara dengan konsumsi beras global terbesar ke empat di dunia.
Opini: Cabut Dukungan ke Jokowi
Perkembangan dinamika politik di tanah air saat ini, membuat saya tidak nyaman memberikan dukungan ke Jokowi. Maka dengan ini saya cabut dukungan.
0
Opini: Lumbung Pangan Dunia, Utopia?
Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, memiliki potensi besar untuk menjadi lumbung pangan dunia optimalkan penggunaan lahan rawa.