Kebijakan yang tidak didasarkan pada pemikiran yang matang, hasilnya hanya hangat-hangat tahi ayam. Baterai mobil listrik, oh nasibmu merana. Pemerintah Indonesia mestinya melakukan operasi intelijen sebelum memutuskan sesuatu. Ada yang janggal, sangat janggal, mengapa Tiongkok dan negara-negara maju menyerbu Indonesia dengan produk mobil listriknya? Mengapa?
Saya jadi ingat ketika saya masih tinggal di Saint-Etienne, France, tahun 2007-2010. Saya riset postdoc di Ecole des Mines de Saint-Etienne (EMSE), France, mengerjakan proyek dari EDF (PLN-nya Perancis) tentang riset Ni base superalloy untuk pipa-pipa heat exchanger dari Pressurizer reaktor nuklir tipe PWR.
Kita ingin mempunyai pemahaman baru soal embrittlement karena dynamic segregation sulphur dan internal oxidation pada Ni base superalloy. Untuk mengetahui hal-hal baru, perlu modal, selain otak encer, juga peralatan analitik sophisticated (Auger Electrone Spectroscopy dan XPS) dan model-model Ni-W alloys untuk melakukan eksperimen. Kita berhasil maju satu langkah jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Mengapa Tiongkok dan negara-negara maju menyerbu Indonesia dengan produk mobil listriknya.
Ketika saya hampir menyelesaikan riset postdoc saya di Saint-Etienne, France, saya ditelepon Profesor Olivier Lindquist dari Chalmers University of Technology, Sweden. Beliau minta saya balik ke Sweden untuk riset SOF (solid oxide fuel) alias baterai mobil listrik. Tawaran Olivier saya tolak, bukan karena saya ingin pulang ke Indonesia setelah 17 tahun tinggal di Eropa, karena saya tidak tertarik riset tersebut. Bagi saya riset SOF adalah riset ecek-ecek alias ceng-ceng po.
Jika saya terima tawaran Olivier, saya menistakan diri saya sendiri sebagai ilmuwan dan turun pangkat dari Jenderal Besar (bintang lima) menjadi Mayor, yang paling banter hanya laku menjadi Ketum Parpol.
Mengapa Tiongkok dan negara-negara maju menyerbu Indonesia dengan produk mobil listriknya. Saya tahu, karena sebagai berikut.
- Indonesia sudah menjadi developed country, artinya Indonesia harus punya infrastruktur energi yang andal, besar, tangguh dan sustainable. Mereka enggak mau itu terjadi di Indonesia.
- Kita punya tambang nikel besar di Kendari dan Halmahera yang sifat kimia konsentratnya berbeda, karena sejarah geologi terbentuknya berbeda. Mereka mengincar kedua tempat itu.
Lakukan operasi intelijen.
Teknologi baterai belum mapan, dan terus berkembang, walau secara keilmuan tidak menarik bagi saya peribadi. Siapkah Indonesia sebagai berikut.
- Mengelola limbah beracunnya? Limbah beracunnya akan menggunung, dibuang ke mana? Sungai? Punyakah kita knowledge mapan, teknologi dan tradisi recycling?
- Siapkah Indonesia mengalami kerugian besar dan kemunduran peradaban dengan menghambur-hamburkan tambang Ni di Kendari dan Halmahera untuk baterai mobil listrik? Uangnya jauh lebih banyak jika Ni dipakai untuk membuat baja tahan karat, baja kebutuhan khusus dan Ni base superalloy.
Ada Menteri di era SBY yang getol kampanye mobil listrik, menghubungi saya, saya ceramahi panjang lebar soal baterai mobil listrik, kecewa berat, lalu tidak menghubungi saya lagi. Seram!
Malu bertanya, sesat di jalan.
*Akademisi Universitas Gadjah Mada
Baca juga: Tesla Akan Investasi di Proyek Baterai Mobil Listrik