Ojol Yogyakarta, Jual Masker hingga Penyuluh Corona

Wabah Corona membuat pendapatan ojol di Yogyakarta turun drastis. Mereka mencari pekerjaan sampingan, dari jualan masker hingga penyuluh Covid-19.
Ilustrasi ojek online di Yogyakarta. (Foto: Dok. Tagar/Evi Nur Afiah)

Sleman - Dampak wabah virus Corona membuat pendapatan para driver ojek online (ojol) di Yogyakarta menurun drastis. Penghasilan mengaspal di jalanan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Orderan yang sepi dan cenderung langka dari customer membuat sejumlah para ojol memutar otak untuk tetap bertahan hidup dengan kondisi saat ini. Salah satunya yang dialami seorang ojol asal Sleman, Yuliyanto, 39 tahun, yang melakukan kerja sampingan dengan berjualan masker.

Yuliyanto mengaku memilih alternatif berjualan masker bukan tanpa alasan. Selain order ojol sepi, saat ini masker menjadi kebutuhan masyarakat yang sering dicari. Untuk memudahkan jualannya, Yuliyanto memanfaatkan media sosial (medsos).

Sejak itu dia terus membanting tulang demi menghidupi keluarganya. Katanya, dia tetap narik (on bid) di tengah pandemi virus Corona.

"Saya mengambil jalur lain dengan menjual masker melalui media sosial. Setidaknya kebutuhan makan keluarga dan beberapa kebutuhan primer dalam sehari bisa tercukupi" katanya saat dihubungi pada Kamis, 2 April 2020.

Yuliyanto menjual masker berbahan kain yang dibuat oleh salah satu pabrik, nantinya dia jual lagi melalui media sosial. Akun-akun Facebook dan WhatsApp dimanfaatkan untuk berjualan.

"Dijual lewat grup-grup ojol atau grup lainnya. Memang ada (pembeli), meski tidak banyak yang membeli dalam sehari tetap ada yang memesan untuk dikirim," kata dia.

Saya mengambil jalur lain dengan menjual masker melalui media sosial.

Yuliyanto membeberkan, satu masker yang dijual seharga Rp 5 ribu. Dia mendapat untung Rp 1.000 jika berhasil menjual satu buah masker.

"Ya hitung-hitung jadi penopang hidup di saat keadaan seperti ini. Jadi ketika ada peluang, saya berusaha untuk memanfaatkan. Artinya untuk kebutuhan hidup di tengah virus Corona ini," ungkap ojol yang pernah menjadi korban klitih pada awal November 2019.

Tak hanya Yuliyanto yang memiliki kegiatan lain untuk bisa menghidupi keluarganya. Driver ojol asal Sanggrahan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Gatot Indra, 48 tahun, juga memanfaatkan keahliannya dalam mitigasi bencana.

"Saya juga sebagai relawan SAR di Yogyakarta. Selama wabah ini saya juga diminta untuk memberi penyuluhan kepada warga untuk menanggulangi penyebaran Corona itu. Dari situ saya mendapat tambahan uang untuk bisa memenuhi kebutuhan," kata dia.

Indra sapaan akrabnya, bercerita penghasilan yang biasanya mencapai Rp 200 ribu sehari. Saat ini hanya dihabiskan dengan menunggu sambil mengecas baterai handphone.

Jikalau satu hari para ojol belum juga mendapatkan orderan, mereka masih bisa makan. Namun bagaimana jika sampai berhari-hari dengan kondisi yang sama.

Padahal sebelum virus mewabah, mereka bisa melakukan trip delapan hingga 10 kali. "Turun drastis, artinya dampak Corona ini jelas membuat pendapatan kami menurun. Semoga virus ini segera hilang, dan kami bisa hidup normal seperti biasa," ujarnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Kisah Dokter dan Pasien Sembuh Corona di Yogyakarta
Seorang pasien positif Corona di Yogyakarta sembuh dan kini diperbolehkan pulang. Dia sempat mau melarikan diri dari rumah sakit.
Update Yogyakarta: Tambah 4 Positif, 2 PDP Meninggal
Update Covid-19 di Yogyakarta per Rabu 1 April 2020, ada penambahan 4 positif dan dua PDP meninggal.
3 Sektor Anggaran Covid-19 di Yogyakarta Rp 26,9 M
DPRD DIY meminta agar ada penyelarasan anggaran penanganan Corona Rp 26,9 miliar di Yogyakarta.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.