Kulon Progo - Nasib kurang baik menimpa seorang nenek bernama Suparni warga Pedukuhan Sadang, Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Nenek yang sempat viral pada 2017 pada karena mengaku berusia 117 tahun ini terlibat kecelakaan pada Rabu, 7 Oktober 2020 sekitar pukul 18.00 WIB di wilayah Nanggulan.
Kapolsek Nanggulan, Komisaris Polisi, Y Tarwoco Nugroho mengatakan, berdasarkan keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian, insiden berawal saat Mbah Suparni berjalan kaki dari arah utara. Melihat keadaan jalan yang sepi, Suparni kemudian menyeberang untuk menuju rumahnya.
Baca Juga:
Pada saat menyeberang, tengah melaju Arifah usia 29 tahun, warga Paingan, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo yang mengendarai sepeda motor Honda Beat dengan nomor polisi AB 6167 FL. "Karena jarak terlalu pengendara menabrak Suparni," ucap Komisaris Polisi Tarwoco, di Kulon Progo, Rabu 7 Oktober 2020.
Akibat kejadian ini Suparni dilarikan ke RSU Nyi Ageng Serang Sentolo karena mengalami luka ditubuhnya. Sementara untuk pengendara sepeda motor tidak mengalami luka.
Karena jarak terlalu pengendara menabrak Suparni.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Humas Polres Kulon Progo, Inspektur Polisi Satu, I Nengah Jefri menghimbau kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dalam berkendara. Selain itu, harus selalu di cek kondisi dan juga kelengkapan kendaraan. "Mohon kepada masyarakat untuk selalu berhati-hati," ungkap Jefri.
Adapun untuk kendaraan yang dipakai oleh Arifah, diamankan ke Polsek Nanggulan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Nenek Suparni, warga Kulon Progo yang viral pada 2017 karena mengaku berusia 117 tahun. (Foto: YouTube/Istimewa)
Sedikit gambaran, Suparni atau yang akrab disapa Mbah Parni ini sempat viral 2017 lalu. Saat itu dia berusia 117 tahun. Meski sudah tua renta, warga Pedukuhan Sandang, Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo ini masih memiliki fisik yang kuat, indera penglihatan dan pendenagaran masih bagus.
Baca Juga:
Mbah Parni juga masih kuat berjalan. Kesehariaannya berjualan jamu keliling desa. Selain itu, Mbah Parni juga membuat tali tampar dan tambang yang dijualnya kepada pengepul.
Tanah kelahiran Mbah Parni dari Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada 1945 pindah ke Kulon Progo setelah menikah dengan Karto Pawiro dan dikaruniani dua anak. Pada 1965 pernikahannya dengan Karto Pawiro berakhir cerai setelah suami memilih merantau ke Lampung.
Seperti orang tua pada umumnya, Mbah Parni bisa berbahasa Belanda dan Jepang. Bahkan perempuan tua yang mendiami rumah kecil berukuran 3 x 3 meter ini juga bisa menyanyikan lagu berbahasa Belanda dan Jepang. []