Lhokseumawe – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun I Sultan Iskandar Muda, telah mengeluarkan imbauan agar para nelayan untuk berhenti melaut sementara waktu karena angin kencang. Namun sebagian nelayan di Aceh tetap memilih untuk melaut.
Panglima Laot (struktur adat di kalangan nelayan Aceh), M Hasan mengatakan, wilayah perairan laut Aceh memang sedang terjadi angin kencang, namun tak mengurungkan niat para nelayan untuk tetap berlayar ke laut.
“Angin kencang dan ombak itu sudah biasa bagi kami nelayan, hal tersebut selalu saja terjadi. Apabila berhenti melaut, maka kami para nelayan ini akan kelaparan karena rejeki kami berada di sektor laut,” ujar M Hasa, Rabu, 5 Agustus 2020, ketika dihubungi melalui telepon seluler.
Baca juga:
- Cuaca Buruk, Nelayan Aceh Diimbau Tidak Melaut
- Hilang 2 Hari, Nelayan Jepara Ditemukan Selamat
- LBH: Kasus Sobek Uang, Kriminalisasi Nelayan Makassar
Hasan menambahkan, bagi nelayan ombak tidak menjadi persoalan karena sudah menjadi risiko. Justru yang menjadi kendala adalah minimnya fasilitas nelayan untuk melakukan penangkapan ikan di laut.
Pihaknya ujar Hasan, telah mengajukan permohonan permintaan kapal nelayan dalam kapasitas besar kepada Bupati Aceh Utara dan Pemerintah Aceh. Hingga sekarang permohonan tersebut belum terealiasasi.
“Fasilitas kepada nelayan sangat diperlukan, apalagi di saat cuaca seperti ini. Sebelumnya saya pernah mohonkan kapal nelayan dalam kapasitas besar, namun belum ada realiasasinya. Mungkin karena pandemi corona makanya terhenti,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, akibat cuaca buruk melanda wilayah perairan Provinsi Aceh, para nelayan dan kapal yang melayani jasa penyeberangan, diimbau tidak beraktivitas sementara waktu.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun I Sultan Iskandar Muda, Zakari mengatakan, gelombang laut di Provinsi Aceh tergolong cukup tinggi.[]