Untuk Indonesia

Natal di Mimika Itu Mempererat Toleransi Antarwarga

Natal di Mimika itu mempererat toleransi antarwarga. Dua remaja putri berpakaian Pramuka dengan mengenakan jilbab basah kuyup ikut mengamankan Misa Malam Natal.
POHON NATAL DARI BARANG BEKAS: Seorang peserta merangkai plastik bekas di Taman Imbi, Kota Jayapura, Papua, Jumat (1/12). Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura gelar lomba membuat pohon Natal yang terbuat dari barang-barang bekas dan sampah lingkungan sekitar, yang diikuti 365 kelompok kreatif dari kampung dan distrik se-Kota Jayapura untuk menyambut Natal. (Foto: Ant/Indrayadi TH)

Setelah sepanjang hari diterpa panasnya terik matahari, petang itu, Senin (24/12), langit Kota Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, Papua diguyur hujan lebat.

Kondisi cuaca yang berubah seketika dari panas ke hujan tak menyurutkan langkah umat Kristiani untuk mendatangi gereja-gereja untuk merayakan Misa Malam Natal, perayaan mengenang kembali kelahiran Yesus Kristus 2000-an tahun silam di Betlehem, Palestina.

Di tengah hiruk-pikuk umat mendatangi Gereja Katolik Santo Stefanus Sempan untuk merayakan Misa Malam Natal, sekelompok pengurus garda Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Mimika tampak membantu aparat kepolisian dan TNI mengatur lalu lintas kendaraan dan umat di depan pintu gerbang gereja yang beralamat di Jalan Busiri, Sempan, Timika itu.

Meski basah kuyup diguyur hujan lebat, para pengurus garda KKJB yang berpakaian batik lengkap dengan blangkon di kepalanya terlihat bersemangat mengatur umat yang hendak memasuki gedung gereja.

Masih di lokasi yang sama, dua remaja putri berpakaian Pramuka dengan mengenakan jilbab juga terlihat basah kuyup ikut membantu pengamanan Misa Malam Natal di sekitar Gereja Katolik Santo Stefanus Sempan, Timika.

Fitri (16) dan Fauzia (17), nama kedua remaja putri yang kini duduk di bangku salah satu SLTA di Kota Timika itu merupakan anggota Pramuka Shaka Bhayangkara binaan Polres Mimika.

Bersama puluhan rekan-rekan mereka yang beragama Islam dan Hindu, anggota Pramuka Shaka Bhayangkara disebarkan ke gereja-gereja di Kota Timika untuk membantu pengamanan Misa Malam Natal.

Di depan pintu masuk Gereja Katedral Tiga Raja Timika, jumlah tim pengamanan perayaan Misa Malam Natal bahkan lebih banyak.

Di lokasi itu terlihat sejumlah tokoh Islam, Hindu, Budha yang dikoordinasikan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) berbaur bersama anggota Polres Mimika dan Kodim 1710 Mimika ikut membantu mengatur lalu lintas dan umat yang hendak mengikuti Misa Malam Natal.

Sebagaimana rekan-rekan mereka di tempat lainnya, para tokoh lintas agama itu pun tak luput dari kondisi basah kuyup lantaran diterpa hujan lebat.

Keterlibatan para tokoh dan warga lintas agama dan organisasi masyarakat di Timika dalam membantu pengamanan perayaan Natal dan Paskah maupun hari-hari raya keagamaan umat Kristiani lainnya sudah menjadi tradisi tahunan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Sebaliknya, saat umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang biasanya digelar di Lapangan Timika, para pemuda Kristen dan Orang Muda Katolik (OMK) selalu mengambil bagian untuk membantu pengamanan di sekitar lokasi berlangsungnya shalat berjamaah.

Pujian FKUB

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Mimika Ignatius Adii memuji kekompakan umat beragama di wilayah itu untuk saling membantu demi terciptanya suasana daerah yang aman, damai dan tenteram selama masa Natal.

Pengamanan Natal di Mimika tahun ini melibatkan lebih dari 700 personel, yang di antaranya berasal dari FKUB yang merupakan tokoh dan warga lintas agama.

"Pengamanan ibadah Malam Natal sampai hari raya Natal tahun ini di Timika dilakukan mulai dari Kuala Kencana sampai Mapurujaya. Semua kegiatan ibadah di gereja-gereja berjalan aman dan lancar karena dukungan dan keterlibatan semua pihak, terutama saudara-saudara umat beragama lain," kata Ignatius.

Pendapat serupa dikemukakan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Mimika Ustadz Amin AR.

Ustadz Amin mengatakan, perayaan agama apa pun di Papua, terutama di Mimika, pasti selalu dalam suasana aman dan damai karena semua pihak mendukung penuh hal itu.

"Kita di Papua selama ini aman-aman saja. Kalaupun ada konflik, itu bukan konflik agama, tapi konflik sosial, konflik politik dan lainnya. Tidak pernah ada konflik bernuansa agama di sini," ujar Ustadz Amin.

Agar situasi keamanan di Mimika tetap aman hingga pergantian tahun dari 2017 menuju 2018,maka Mimika meminta aparat keamanan agar menindak tegas para pelaku penjualan minuman keras beralkohol.

Sebab konsumsi minuman keras beralkohol hingga mabuk- mabukan itulah yang memicu terjadi kerawanan situasi keamanan dan kerawanan sosial.

"Sudah habis air liur kita selama ini karena selalu berteriak tutup penjualan miras. Kami sangat prihatin kalau ada aparat yang melindungi penjualan miras. Itu pembodohan kepada masyarakat," kata Ustadz Amin.

Ia menegaskan, semangat toleransi antarumat beragama di Mimika tidak lagi sebatas wacana atau teori yang digaung- gaungkan terus-menerus, tapi juga sudah sampai pada tahap aplikasi atau tindakan nyata.

"Kami di Mimika tidak hanya sebatas bicara toleransi, tapi sudah pada tatan realisasi. Semua orang merayakan Natal dengan mengunjungi saudara-saudara yang Nasrani, demikian pula kalau Lebaran semua mengunjungi saudara-saudara yang Muslim. Kondisi ini diharapkan terus dipertahankan oleh warga Mimika agar kita semua bersatu tanpa memandang agama, etnis, suku dan lainnya," imbau Ustadz Amin.

Pemuka agama Hindu Mimika I Nyoman Arkha juga berharap Natal 2017 hendaknya dirayakan dengan penuh sukacita dan kegembiraan bukan saja oleh umat Kristiani, tetapi juga oleh seluruh warga Mimika.

Dengan demikian, katanya, Natal itu membawa damai bagi semua orang yang ada di Mimika.

Damai Sejahtera

Pastor Paroki Santo Stefanus Sempan, Maximus Dora OFM juga menghargai keterlibatan semua umat beragama dalam membantu pengamanan perayaan Misa Malam Natal dan hari raya Natal di gereja-gereja di Kota Timika.

"Mewakili dewan paroki dan umat Paroki Santo Stefanus Sempan, kami menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada saudara-saudara yang beragama Islam, Hindu, Budha, anggota TNI dan Polri, organisasi kemasyarakatan, kelompok paguyuban yang telah membantu pengamanan selama perayaan Natal. Semoga Natal membawa sukacita bersama seluruh warga Mimika," ujarnya.

Pastor Maximus secara khusus mengingatkan umat Katolik setempat agar menjadikan momentum Natal sebagai wahana untuk membangun sikap hidup bela rasa kepada sesama yang menderita, mereka yang miskin dan terpinggirkan.

"Damai sejahtera hanya bisa terwujud jika kita berhasil mengalahkan kepentingan diri sendiri demi mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan bersama, terutama orang-orang kecil yang terpinggirkan dan mereka yang menderita, apapun agama, suku, ras dan golongan mereka," ujarnya. (Evarianus Supar/ant/yps)

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.