Untuk Indonesia

Resensi Film – Petualangan Generasi Gamer

Petualangan generasi gamer. Sutradara Spielberg menyuguhkan film fantasi petualangan yang menggugah dan memahami "zeitgeist" dari generasi gamer masa kini.
"Ready Player One", sebuah film distopia berlatar belakang tahun 2045. (Foto: Ist)

Saat berusia belia, pernahkah ketika sedang bermain "game" elektronik, entah itu dengan konsol Atari, Nintendo, PlayStation, Xbox, atau di dalam PC, Anda mendapatkan nasihat bahwa menyibukkan diri dengan permainan seperti itu hanyalah buang-buang waktu?

Bahwa aktivitas semacam itu hanyalah suatu khalayan, dunia maya atau imajinasi yang membuat kenyataan di hadapan mata menjadi tidak terlihat?

Bagaimana bila ternyata di masa depan, banyak orang lebih menginginkan menjalani kehidupan mereka di dunia maya, daripada dunia nyata?

Premis itulah yang melahirkan "Ready Player One", sebuah film distopia berlatar belakang tahun 2045, yang menampilkan masyarakat yang berada dalam kondisi ekonomi yang sedemikian sulit, sehingga banyak orang memilih "hidup" di dalam OASIS.

OASIS, singkatan dari "Ontologically Anthropocentric Sensory Immersive Simulation", merupakan game simulasi dunia maya yang dibuat James Halliday (diperankan oleh Mark Rylance), dan Ogden Morrow (Simon Pegg).

Dengan memasuki OASIS, seseorang bisa menjadi sebuah kepribadian (atau avatar, seperti kerap disebut generasi zaman now) dengan menjadi apapun yang diinginkan, entah itu sebagai seorang manusia, binatang, atau sebuah mahkluk "jadi-jadian" yang kerap tampil dalam banyak kisah fantasi.

Begitu pula yang dilakukan oleh Wade Watts (Tye Sheridan), seorang pemuda yang sehari-hari menghabiskan banyak waktunya dengan bermain di alam OASIS.

Wade tinggal bukan bersama orang tuanya, tetapi dengan bibinya yang ditemani oleh pasangan sang bibi yang pemabuk dan suka melakukan kekerasan.

Sejak awal film, penonton telah dibawa melalui serangkaian visual mengenai "stack", atau istilah baru pada zaman tersebut yang dapat dimaknai sebagai lingkungan tempat tinggal padat yang kumuh, di mana banyak orang tidak lagi memiliki harapan, tetapi hanya bertahan hidup.

Dalam kondisi seperti itu, pelarian yang paling logis bagi banyak orang adalah dengan memasuki OASIS, yaitu sebuah tempat untuk melarikan diri dari kenyataan, dan agar mereka bisa menjadi apapun yang mereka dambakan selama ini.

Wade, ketika bermain OASIS, memiliki avatar yang disebut sebagai Parzival, yang diambil dari nama salah satu ksatria Raja Arthur.

Di dalam OASIS, Parzival bersahabat dengan beberapa avatar lainnya, seperti Aech (Lena White) yang jago merakit dan memperbaiki barang, dan kakak beradik Daito (Win Morisaki) dan Sho (Philip Zhao).

Selain itu, Parzival dan Aech, ketika sedang bermain dalam lomba balap (yang merupakan salah satu jenis permainan dalam OASIS), juga menemui avatar bernama Artemis (Olivia Cooke).

Artemis memiliki keahlian laga yang sangat mumpuni, dan dia memiliki cita-cita untuk mengalahkan avatar-avatar yang berasal dari IOI, sebuah perusahaan yang memiliki tujuan menguasai OASIS untuk keuntungan mereka sendiri.

Pemilik OASIS Bagaimana IOI itu sendiri dapat muncul? ternyata diketahui beberapa tahun sebelumnya, sang kreator OASIS, James Halliday meninggal dunia.

Sebelum meninggal, Ogden Morrow pecah kongsi dengan James Holliday karena menganggap OASIS telah menjadi permainan yang membahayakan bagi masyarakat.

Lantaran tidak memiliki pewaris, James Halliday memutuskan untuk mewarisi gim OASIS yang dimilikinya, kepada mereka yang bisa memecahkan teka-teki yang tersimpan di dalam OASIS.

Teka-teki itu ada tiga, dan bagi siapa pun pemain dalam OASIS yang avatarnya berhasil memecahkan teka-teki tersebut, akan mendapatkan tiga buah kunci yang merupakan alat untuk mendapatkan kontrak sebagai pemilik OASIS selanjutnya.

Muncullah sosok Nolan Sorrento (Ben Mendelsohn), seorang pengusaha yang mendirikan perusahaan IOI, yang memiliki tujuan untuk menguasai OASIS karena bisnis gim simulasi tersebut memiliki laba yang sangat menggiurkan.

IOI itu sendiri bekerja antara lain dengan membuat orang-orang terjebak beban utang yang sangat banyak, sehingga mereka terpaksa untuk bekerja di "Pusat Loyalitas" milik perusahaan tersebut.

Pusat Loyalitas adalah tempat-tempat di mana orang-orang yang berutang kepada IOI, bekerja sebagai avatar di dalam OASIS untuk berupaya sekeras mungkin memecahkan teka-teki yang dibuat Halliday.

Mengetahui maksud jahat yang dilancarkan oleh Nolan dan perusahaannya, maka Parzival, bersama-sama dengan Aech, Daito, dan Sho, memutuskan untuk bergabung bersama untuk menghentikan niat Nolan dan IOI.

Penyelamat Dunia "Ready Player One" sebenarnya adalah film yang memiliki tema klise, yaitu seorang tokoh (bersama teman-temannya) yang berupaya menyelamatkan dunia dari sebuah organisasi jahat yang dipimpin oleh sosok tiran.

Namun, sutradara kawakan Steven Spielberg berhasil mengemasnya dengan baik, dan menampilkan sebuah mahakarya yang menampilkan banyak referensi atau rujukan terhadap sejumlah ikon yang kerap muncul dalam budaya populer sinema Barat.

Dalam film berdurasi 140 menit itu, penonton dapat melihat tokoh seperti King Kong, Chucky (boneka dari film horor "Child's Play), Iron Giant, serta sejumlah peralatan historis seperti mobil Delorean (yang menjadi terkenal setelah keluarnya trilogi "Back to The Future").

Bahkan, terdapat sejumlah adegan yang mengambil bagian dari "The Shining" (1980), film horor legendaris yang disutradarai oleh Stanley Kubrick (salah satu sahabat Spielberg, dan diangkat dari buku yang ditulis oleh Stephen King (pengarang yang banyak bukunya diadaptasi di layar lebar).

Selain itu, "Ready Player One" juga menelaah secara mendalam sisi psikologis dari James Halliday, yang menciptakan OASIS.

Catatan khusus perlu diberikan kepada aktor Mark Rylance, yang memerankan James Halliday. Dengan kapasitas aktingnya, Rylance dapat membawakan sosok yang pemalu dan ultra-introvert, tetapi kharisma yang dibawakannya saat berperan membuat penonton dapat percaya bahwa dialah sosok di belakang terciptanya simulasi di dunia maya.

Sebagaimana diketahui, Rylance juga pernah meraih piala Oscar dalam kategori Aktor Pendukung Terbaik dalam film Bridge of Spies (2015), yang juga disutradarai oleh Steven Spielberg.

Sebagai seorang sutradara, Spielberg sekali lagi berhasil menyuguhkan sebuah film fantasi petualangan yang sangat menggugah, dan sangat memahami "zeitgeist" dari generasi gamer masa kini.

Hal itu juga tidak mengherankan karena di masa lampau, Spielberg sukses menampilkan beragam film dengan tema serupa, seperti "ET" (1982), "Hook" (1991), "Jurassic Park" (1993), dan "The Adventures of Tintin" (2011).

Dalam usianya yang telah memasuki kepala tujuh, kinerja yang dilakukan Spielberg dengan film "Ready Player One" sangat layak diacungi jempol. (Muhammad Razi Rahman/ant/yps)

Berita terkait
0
Komisi VIII DPR Optimis Sentra Kemensos Jadi Multilayanan yang Bisa Penuhi Kebutuhan Masyarakat
Anggota Komisi VIII optimis, transformasi fungsi Sentra Kemensos menjadi multilayanan akan semakin meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat.