Maros - Sebagian masyarakat di Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, menu masakan Nasu Likku atau ayam yang dimasak dengan parutan lengkuas sudah tidak asing lagi. Nasu Likku merupakan salah satu menu wajib yang ada di meja makan saat merayakan hari Lebaran setelah sebulan penuh berpuasa.
Makanan khas ini dimasak bersama lengkuas parut atau dicincang kasar. Berbeda dengan Nasu Palekko, Nasu Likku mengandalkan rasa gurih santan dan aroma khas lengkuas.
Menu sudah turun temurun. Semua warga asli suku Bugis pasti tahu cara membuatnya.
Salah seorang warga di Maros, Sulawesi Selatan Darmawati mengatakan, Nasu Likku merupakan menu wajib saat hari raya IdulFitri maupun Idul Adha. Bahkan tak jarang saat Ramadan pun, menu ini turut menghiasi meja makan sebagai menu andalan untuk berbuka puasa.
“Menu sudah turun temurun. Semua warga asli suku Bugis pasti tahu cara membuatnya,” kata Darmawati.
Darma mengatakan membuat masakan beraroma khas lengkuas ini, Nasu Likku wajib menggunakan daging ayam kampung. Selain dagingnya yang legit, saat dimasak atau direbus dalam waktu yang lama pun daging ayam kampung tidak akan mudah lepas dari tulangnya.
"Untuk masakan khas ini, memang lebih cocok memakai ayam kampung. Apalagi untuk memasaknya pun dibutuhkan waktu yang lama,” ujarnya.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam membuat Nasu Likku ini, adalah pertama, wajib menggunakan ayam kampung. Kedua, santan yang digunakan harus banyak karena daging ayam kampung direbus memakai santan dalam waktu yang lama.
Ketiga, untuk menghasilkan masakan yang sempurna, selain diparut, lengkuas harus dicincang kasar agar aromanya semakin kuat.
"Biasanya Nasu Likku ini disantap dengan nasi, Burasa, ataupun Sokko Tumbuk," kata Darma.
Meski demikian, tidak satu pun orang tua mampu menjelaskan asal muasal Nasu Likku hingga kini. Yang pasti, selain di Parepare, masakan ini juga sangat familiar dengan warga Wajo, Pinrang, Sidrap, Barru, Pangkep dan Maros. []