Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta, Ujang Komarudin mengatakan posisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim terancam tergeser oleh kader dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Posisi Nadiem tidak lagi menjabat Mendikbud menjawab isu reshuffle atau perombakan kabinet yang berembus kencang pasca kemarahan Presiden Jokowi terhadap para menterinya yang memiliki kinerja tidak bagus.
Menurut Ujang, apabila kinerja mantan bos Gojek itu kian hari kian memburuk, maka posisinya akan tergeser dari jabatan Mendikbud.
"Mendikbud Nadiem juga rawan, kinerjanya tidak memuaskan. Bagus Mendikbud yang barlatar belakang ormas Muhammadiyah, kader PAN mungkin bisa menggantikan Nadiem," kata Ujang ketika berbincang dengan Tagar, Selasa, 7 Juli 2020.
Ujang menilai apabila kader PAN tidak terpilih Presiden Jokowi, maka pilihan lainnya bisa diambil dari tokoh yang berlatar belakang Muhammadiyah yang merupakan ormas Islam yang ada di Indonesia.
Mendikbud Nadiem juga rawan, kinerjanya tidak memuaskan.
"Karena PAN itu lahir dari tokoh-tokoh Muhammadiyah, bisa dari Muhammadiyah," ucap Ujang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini mengatakan Nadiem Makarim merupakan sosok yang bagus dan potensial. Namun sayangnya, penempatan Nadiem menjadi Mendikbud dinilai tidak tepat sehingga banyak kritik atas kebijakan yang diterbitkan.
"Banyak sekarang profesor-profesor di kampus pada protes. Rektor-rektor di kampus protes karena kebijakannya yang tidak bagus. Jadi orang-orang yang bagus itu harus ditempatkan di tempat yang bagus juga, yang pas, yang sesuai," ujar dia.
"Istilahnya right man, in the right job," kata dia.
Hal serupa juga disampaikan Pakar intelijen Stanislaus Riyanta. Dia menilai Mendikbud Nadiem Makarim berada di ujung tanduk, posisinya mengkhawatirkan, tidak aman. Apakah Nadiem akan lanjut sebagai menteri sampai akhir periode pemerintahan Jokowi, atau di-reshuffle di tengah jalan, tergantung beberapa faktor termasuk besar kecilnya tekanan dari berbagai pihak yang memiliki pengaruh.
"Nadiem Makarim ini pertentangannya luar biasa, tergantung tekanan. Kalau tekanannya tinggi, bisa jadi tidak aman," ujar Stanislaus kepada Tagar, Senin, (22/6/2020).[]