Jakarta - Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta memprediksi reshuffle kabinet akan dilaksanakan Presiden Jokowi pada akhir 2020.
Menurut Stanislaus, reshuffle tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat, sebab Jokowi masih memerlukan pertimbangan untuk melakukan perombakan kabinetnya tersebut.
"Prediksi saya paling cepat akhir tahun ini," kata Stanislaus kepada Tagar, Senin, 6 Juli 2020.
Stanislaus menilai Jokowi perlu melakukan evaluasi sebelum melakukan perombakan terhadap menterinya. Dia mengatakan apabila menterinya memiliki perubahan setelah teguran keras, maka Jokowi tidak perlu melengserkannya.
"Saya kira seharusnya Pak Jokowi melakukan evaluasi pada tiga bulan pertama atau kedua tapi karena ada pandemi Covid-19, maka evaluasi tersebut tidak sesuai rencana. Namun, prediksi saya resuffle bisa terjadi jika kinerja menteri masih tidak memuaskan, tetapi tidak dalam waktu dekat," ucap dia.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menyampaikan bahwa dalam enam bulan terakhir Presiden Joko Widodo setidaknya sudah tiga kali menegur keras jajaran dan para menteri kabinetnya.
"Setidaknya dengan segala intonasi dan persentase, ini yang ketiga Presiden (Jokowi) memberikan kata-kata yang lebih keras, lebih kuat, ini lebih keras lagi sekarang,” kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, Istana Negara, Jakarta, Senin (29/6/2020).
Menurut Moeldoko, Presiden Jokowi ingin agar menterinya memiliki kepekaan yang sama terhadap krisis yang terjadi akibat pandemi virus corona Covid-19.
"Lebih kuat menekankan lebih sigap menghadapi situasi walau situasi ini juga tidak mudah karena hampir semua negara menghadapi situasi yang sama (Covid-19),” kata Moeldoko.
Moeldoko menegaskan Jokowi bukan kali ini saja menegur keras para menterinya. "Sering. Presiden (Jokowi) menegur, bekerja tidak linear bekerja harus cepat, tepat sasaran sudah berapa kali,” katanya.
Sementara itu, pengamat pertambangan mineral dan batubara (minerba), Ferdinandus Hasiman menilai hingga saat ini belum ada satu pun menteri yang menunjukkan hasil menggembirakan.
Menurutnya, wajar apabila Presiden Jokowi marah dengan kinerja para menteri dalam priode kedua kepemimpinannya.
"Kinerja kabinet sekarang menggambarkan pilihan politik Jokowi ingin berkompromi dengan berbagai kepentingan. Tidak salah jika hasilnya tidak menggembirakan," ujar Ferdinandus kepada Tagar, Senin, 29 Juni 2020.
Menurut Ferdinandus, Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dianggap sangat bagus kinerjanya pun kesulitan dalam menghadapi pandemi virus corona Covid-19.
Ferdinandus mencatat ada beberapa menteri yang kinerjanya buruk dan tidak menunjukkan adanya perubahan.
Dia menambahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sama sekali lemah menghadapi Covid-19. Sejumlah pernyatanya sering kali membingungkan, tidak menggunakan rujukan sains, rujukan para virologi dan epidemiologi dalam menganalisis persoalan Covid-19.[]