Jakarta - Kebijakan banyak perusahaan yang menerapkan kerja dari rumah (work from home - WFH) selama pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri untuk Zoom Video Communications, Inc. Perusahaan teknologi komunikasi penyedia layanan video conference ini mencatat pendapatan yang melesat tinggi dengan profit atau keuntungan kuartal kedua lebih dari dua kali lipat.
Zoom melaporkan pendapatan melesat hingga 355% menjadi US$ 663,5 juta atau setara Rp 9,76 triliun untuk kuartal kedua yang berakhir pada 31 Juli. Pencapaian ini jauh di atas ekspektasi analis sebesar US$ 500,5 juta.
Kinerja yang bagus ini berimbas pada pergerakan saham Zoom yang mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, ditutup pada US$ 325,10.
Baca Juga: Pendapatan Zoom Communications QI 2020 Melesat 169%
Seperti diberitakan dari BBC News, Selasa, 1 September 2020, keuntungan perusahaan melonjak menjadi US$ 186 juta. Sementara pertumbuhan pelanggan naik 458%, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
Kinerja yang bagus ini berimbas pada pergerakan saham Zoom yang mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, ditutup pada US$ 325,10 per saham. Capaian rekor saham ini karena perusahaan menaikkan perkiraan pendapatan tahunannya lebih dari 30% ke kisaran US$ 2,37 miliar- US$ 2,39 miliar, dari proyeksi sebelumnya US$ 1,78 miliar- US$ 1,80 miliar.
Kunci keberhasilan Zoom adalah kemampuannya dalam meningkatkan pelanggan berbayar- klien korporat dengan anggaran tinggi - dibandingkan dengan mereka yang menggunakan layanan secara gratis.
Zoom mengungkapkan bahwa pelanggan besarnya - perusahaan yang menghasilkan pendapatan lebih dari $ 100.000 pada tahun lalu - meningkat dua kali lipat menjadi 988 selama kuartal tersebut.
Zoom, bersama pesaingnya, Cisco Webex dan Microsoft Teams, mengalami lonjakan penggunaan platform video conference mereka sejak pemberlakuan penguncian untuk menekan penyebaran virus Covid-19 di beberapa negara pada bulan Maret.
Namun popularitas Zoom yang melonjak telah membebani infrastrukturnya. Minggu lalu, aplikasi video conference-nya mengalami gangguan karena lonjakan permintaan di AS - sekolah-sekolah di banyak negara bagian melanjutkan pembelajaran secara virtual.
Baca Juga: Pengguna Baru Zoom di China Dibatasi
Reputasi Zoom juga terpukul, karena adanya sejumlah kelemahan keamanan, yang mendorong terjadinya peretasan untuk membajak rapat. Terungkap perusahaan telah mengirim data pengguna ke Facebook, salah mengklaim bahwa aplikasi tersebut memiliki enkripsi ujung-ke-ujung, dan memungkinkan penyelenggara pertemuan untuk melacak peserta. []