Mitos Pulung Gantung, Marak Bunuh Diri di Gunungkidul

Mitos pulung gantung atau bunuh diri dengan cara gantung diri telah terjadi secara turun temurun di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ilustrasi gantung diri. (Foto: albawabhnews.com).

Gunungkidul - Angka bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) cukup tinggi. Rata-rata di kabupaten terluas di Provinsi DIY ini, setiap tahunnya ada sekitar 25-30 kasus bunuh diri dengan cara gantung diri.

Angka tersebut hanya yang dilaporkan dan tercatat di pihak Kepolisian. Namun faktanya, angka kasus bunuh diri lebih banyak dari yang dilaporkan. Pasalnya, kematian dengan cara gantung diri, bagi warga setempat, sudah dianggap hal biasa.

Pada Kamis, 5 September 2019 lalu, ada dua kasus gantung diri terjadi di Gunungkidul. Pertama, Sri Murtatik, 50 tahun, warga Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo. Kedua, Mugino, 53 tahun, warga Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu.

Gantung diri menjadi sebagai jalan terakhir menyelesaikan persoalan beban kehidupan yang dialami.

Sri Murtatik tewas mengenaskan jasadnya ditemukan di pohon nangka dekat rumahnya. Di lokasi kejadian terdapat kursi plastik yang digunakannya untuk berdiri lalu mengalungkan tali di lehernya hingga kehabisan napas. 

Sedangkan Mugino, ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar, di rumahnya, Desa Ngeposari.

Kapolsek Karangmojo Komisaris Polisi Sunaryo menerangkan, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan di tubuh Sri Murtatik. Lebih besar tanda-tanda bunuh diri dilihat pada jasad perempuan itu, seperti telinga berdarah dan mengeluarkan kotoran.

Lantas apa penyebab utama tingginya angka bunuh diri di Gunungkidul? 

Fenomena ini menarik perhatian Pengamat Sosial Politik Universitas Pasundan Bandung, Dr. Kol. Inf. Tugiman, SH. M.Si. Dia tidak menampik apabila di Gunungkidul, memang benar adanya kasus kematian bunuh diri di sana tergolong tinggi.

"Persoalan di Gunungkidul salah satu yang menonjol adalah angka bunuh diri dengan tali gantung. Jumlahnya tertinggi di DIY, mungkin juga di Indonesia," kata Tugiman, Selasa, 10 September 2019.

Tokoh masyarakat kelahiran Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul ini mengatakan, mayoritas warga yang masih memercayai mitos pulung gantung menjadi salah satu faktor tingginya angka bunuh diri. 

"Faktor paling dominan persoalan ekonomi dan rumah tangga," ujar pria yang akrab disapa Anak Gaplek ini.

Persoalan ekonomi itu, kata dia, antara lain karena jeratan hutang rentenir dari bank keliling atau bank plecit, serta kondisi himpitan ekonomi dan kesulitan hidup yang tidak menemukan solusi dia tengarai menyebabkan tingkat depresi yang tinggi di sana.

Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran Bandung ini mengatakan, dari depresi kemudian muncul halusinasi di tengah kekosongan daya nalar. 

Dr. Tugiman Tokoh Gunung KidulTokoh masyarakat Gunungkidul Kol. Inf. Dr. Tugiman, SH. M.Si. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori),

Akibatnya, kata Tugiman, muncul mitos pulung gantung atau gantung diri. Hal ini kemudian menjadi pilihan terakhir dalam menghadapi berbagai persoalan dan problem hidup.

"Gantung diri menjadi sebagai jalan terakhir menyelesaikan persoalan beban kehidupan yang dialami," ujar bapak tiga anak ini, yang belakangan dikaitkan menjadi salah satu kandidat bupati Gunungkidul.

Perwira TNI-AD berpangkat Kolonel Infanteri ini menganalisis rata-rata per tahun terdapat 25-30 kasus bunuh diri di Gunungkidul. Mayoritas korban dia catat, menyerang usia 60 tahun ke atas.

"Nah, mayoritas kasus berusia 60 tahun ke atas ini termasuk dalam kategori generasi tua, yang sebagian besar masih percaya pada mitos pulung gantung itu," kata Tugiman.

Kabid Organisasi KONI Jawa Barat ini mengatakan, ada beberapa langkah untuk mencegah dan mengurangi angka bunuh diri di Gunungkidul. 

Pertama, kata Tugiman, dengan melakukan edukasi mengikis mitos pulung gantung, termasuk di dalamnya melalui pendekatan agama, budaya, dan kearifan lokal.

Kedua, lanjutnya, peningkatan dan pemerataan ekonomi. Dibutuhkan pelayanan kredit usaha kecil untuk mengatasi ketergantungan masyarakat bawah terhadap bank plecit atau rentenir. 

"Perlu penciptaan lapangan kerja, guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengikis angka kemiskinan yang masih tinggi," ujar dia.

Ketiga, perlu political will pemerintah daerah dalam mengambil langkah solutif terkait beroperasinya bank-bank plecit dan solusif implementatif. 

"Hal lain, pentingnya membudayakan keterbukaan dalam lingkungan keluarga untuk memecahkan persoalan internal keluarga," kata dia

Langkah yang tidak kalah pentingnya lagi menurut Tugiman, adalah kepedulian terhadap kondisi lingkungan melalui semangat gotong royong dan guyub rukun dalam memecahkan persoalan yang terjadi di lingkungannya.

"Jika beberapa langkah tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh, angka bunuh diri di Gunungkidul bisa ditekan," ucapnya.

Tidak dapat dipungkiri, mitos pulung gantung masih dipercayai sebagian masyarakat Gunungkidul. Pulung, dalam kosakata Jawa berarti takdir. Mitos itu ditandai dengan bola api yang seolah jatuh dari langit.

Warga yang kadung melihat celorot bola api dimaknai sebagai pertanda pagebluk. 

Warga sekitar menyebut pagebluk merupakan istilah akan ada musibah atau kematian tempat di mana bola api itu jatuh.

Tidak semua orang bisa melihat bola ini. Penampakannya hanya sekilat cahaya. Tidak heran, orang yang melihat bola api ini menganggap sudah menjadi bagian dari musibah.

Setelah melihat pagebluk, orang tersebut kerap kehilang pijakan hidup, seolah sudah dituntun untuk mengakhiri hidup. Jalan termudahnya adalah mengakhiri hidup seorang diri adalah gantung diri.

Hal ini menjadi mitos pulung gantung di Gunungkidul secara turun temurun. Meski zaman sudah modern, namun sampai detik ini, mitos tersebut tetap menghantui benak warga. []

Berita terkait
Terbongkar Selingkuh, Wanita asal Sumbar Gantung Diri
Perempuan 32 tahun tersebut nekat menghabisi nyawa lantaran foto-foto mesranya dengan laki-laki lain diketahui sang suami.
Polisi Tanggapi Video Kesurupan Mahasiswi Gantung Diri
Kasus mahasiswi gantung diri masih butuh penanganan dan penyelidikan khusus, guna mengungkap fakta yang seutuhnya, kejadian di Provinsi Aceh.
Jelang Pernikahan, Mahasiswi di Aceh Gantung Diri
Mahasiswi asal Aceh gantung diri sebelum hari pernikahannya, dia pun menulis sepucuk surat untuk sang bunda. berikut isi suratnya.
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.