Meski Covid-19, Industri Manufaktur Surplus USD1,7 M

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri pengolahan di Tanah Air masih mampu menunjukkan geliat yang positif.
Ilustrasi industri baja. (Foto: Pixabay/272447)

Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri pengolahan di Tanah Air masih mampu menunjukkan geliat yang positif di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Karena capaian nilai ekspor sepanjang triwulan I tahun 2020, menunjukan surplus pada neraca perdagangan.

“Industri pengolahan mengalami tekanan mulai Maret 2020 akibat Covid-19, namun data ekspor industri pengolahan memberikan optimisme untuk tetap bertahan,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita seperti dikutip Tagar dalam siaran pers kemenperin.go.id, Rabu, 22 April 2020.

Ia mengungkapkan kinerja pengapalan sektor manufaktur nasional tiga bulan pertama tahun ini meningkat 10,11 persen dibanding periode yang sama tahun lalu year on year (y-o-y). Sepanjang triwulan I-2020, ekspor dari industri pengolahan menembus angka 32,99 miliar dolar Amerika Serikat (AS), sedangkan nilai impor tercatat sekitar 31,29 miliar dolar AS.

“Sehingga terjadi surplus sebesar 1,7 miliar dolar AS. Bahkan, ekspor industri pengolahan pada triwulan I-2020 memberikan kontribusi signfikan hingga 78,96 persen terhadap total ekspor nasional yang mencapai 41,78 miliar dolar AS,” tuturnya.

Baca juga: Harga Gas Industri Turun, Angin Segar Manufaktur

Ia merinci lima sektor yang menjadi penyumbang terbesar pada nilai ekspor manufaktur nasional selama tiga bulan pertama tahun ini, yaitu industri makanan yang membukukan senilai 7,17 miliar dolar AS diikuti industri logam dasar (5,48 miliar dolar AS), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (2,99 miliar dolar AS), industri pakaian jadi (2,02 miliar dolar AS), serta industri karet, barang dari karet dan plastik (1,78 miliar dolar AS).

Sementara itu, kinerja pengapalan sektor manufaktur pada Maret 2020 juga mengalami peningkatan sebesar 7,41 persen dibanding capaian Maret 2019. Ekspor dari industri pengolahan di bulan ketiga tahun ini, tercatat menembus angka 11,12 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor sekitar 10,80 miliar dolar AS.

“Sehingga mengalami surplus pada neraca perdagangan sebesar 0,32 miliar dolar AS. Industri pengolahan pada Maret 2020 juga berkontribusi gemilang hingga 78,92 persen terhadap total nilai ekspor nasional yang mencapai 14,09 miliar dolar AS,” ucap dia.

Aktivitas Produksi Industri TekstilAktivitas produksi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT). (Foto: Dok. Biro Humas Kementerian Perindustrian)

Adapun lima sektor yang menjadi champion pada perolehan ekspor manufaktur nasional selama Maret 2020, yakni industri makanan dan minuman yang membukukan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar AS, diikuti industri logam dasar (1,96 miliar dolar AS), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (1,04 miliar dolar AS), industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik (1,02 miliar dolar AS) serta industri tekstil dan pakaian jadi (0,96 miliar dolar AS).

“Kami melihat bahwa terjadi shifting pertumbuhan ekspor yang awalnya didorong oleh CPO dan produk hilirnya serta tekstil di tahun 2019, di triwulan I-2020 khususnya bulan Maret ini, kedua komoditas tersebut tergantikan oleh besi baja termasuk logam mulia, serta kertas dan permesinan,” ujarnya.

Pertumbuhan ekspor yang tinggi dari komoditas besi baja, didorong oleh perusahaan di Kawasan Industri Morowali dengan tujuan pasar utamanya ke China dan beberapa negara lainnya. “Walaupun demikian, komposisi nominal ekspor terbesarnya masih ditempati oleh CPO dan produk hilirnya, serta tekstil dan alas kaki,” kata dia.

Sektor manufaktur lainnya, menurutnya masih agresif mendobrak pasar ekspor, meskipun sulit karena terdampak pandemi Covid-19. Misalnya, di sektor agro, industri oleokimia mencatatkan nilai ekspor sebesar 658 juta dolar AS pada Januari-Februari 2020 juta atau naik 31 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Selain itu, industri minyak goreng sawit dan oleofood, nilai ekspornya mampu tumbuh 2,5 persen pada periode Januari-Februari 2020.

Untuk industri otomotif pada periode Januari sampai per tanggal 15 April 2020, telah melakukan pengapalan kendaraan roda empat secara CBU sebanyak 87.879 unit. Sedangkan, untuk ekspor kendaraan roda dua, mencapai 215.347 unit.

Peningkatan ekspor produk otomotif juga sesuai dengan data PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC), yang menunjukkan jumlah bongkar muat kendaraan CBU mencapai 29.622 unit pada Maret 2020, meningkat 18,40% dibandingkan Maret 2019 sekitar 25.019 unit. []

Berita terkait
Pemerintah Tutup Industri yang Abai Protokol Corona
Pemerintah mengancam mencabut Surat Izin Operasional dan Mobilitas Industri bagi pelaku usaha yang tidak mematuhi pedoman protokol Covid-19.
Jokowi Permudah Izin Industri Alat Kesehatan Atasi Covid-19
Jokowi membuat kebijakan mempermudah industri domestik memproduksi alat kesehatan termasuk alat pelindung diri atau APD untuk menangani Covid-19.
Industri Teksil Digenjot Produksi 17 Juta APD Corona
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan pihaknya akan melakukan upaya maksimal memenuhi kebutuhan APD.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.