Untuk Indonesia

Menunggu Vaksin Pembasmi Virus Corona

Jika vaksin anticorona ditemukan, mungkin diperlukan robot artificial intelligence untuk memberikan vaksin itu.
ilustrasi Pasien virus Corona. (Foto: aljazeera.com/YFC/EPA)

Oleh: Steve Sudjatmiko


Sepuluh Wabah Terjahat

Sekitar 4,3 miyar tahun yang lalu bumi kita terbentuk. Tiga ratus juta tahun kemudian munculah makhluk hidup yang pertama dengan ukuran satu sel. Lalu 700 juta tahun kemudian, hasil evolusi mereka menghasilkan bakteri yang juga bersel tunggal.

Hari ini bakteri adalah makhluk hidup tertua di dunia. Dan sekaligus terbanyak. Ada sekitar 1 juta bakteri di dalam air yang anda sendok dari tanah setelah hujan jatuh di halaman rumah anda.

Dari 10 wabah terkejam di dunia, 4 disebabkan oleh bakteri: wabah Justinian (korban 50 juta), Black Death (200 juta), Wabah Cocolitzli (15juta), Wabah ketiga dari China (12 juta). Enam lainnya disebabkan oleh virus: Antonine (5 juta), Flu burung (1.1 juta), Flu HongKong (4 juta), HIV/AID (35 juta), Flu Spanyol (50 juta), dan Cacar 1935 (65 juta)

Virus belum termasuk mahluk hidup tetapi mampu berkembang biak secepat-cepatnya. Setelah jutaan tahun berevolusi, hari ini ada 30.000 lebih jenis virus di sekitar kita. Jumlah mereka bahkan lebih banyak dari bakteri.

Merajalelanya Virus

Manusia mulai ada sejak sekitar 200.000 tahun yang lalu. Manusia kuno ini hidup sebagai nomaden: berburu dan memetik buah. Setelah 190.000 tahun, jumlah manusia di seluruh dunia mencapai 200.000 orang. Lalu manusia mulai hidup beternak dan bercocok tanam. Sekitar 2.000 tahun kemudian, populasi manusia sudah mencapai 4 juta orang, naik 20 kali lipat.

Ternyata sejak itu pula wabah virus berkembang. Virus paling terkenal di dunia sebelum Corona-19 adalah virus Variola major. Inilah virus penyebab penyakit cacar yang ganas. Mereka sudah menulari nenek moyang kita sejak mereka berkumpul di suatu tempat.

Beberapa mummi Mesir dari 3.000 tahun yang lalu menunjukkan mereka juga korban cacar. Penyakit ini menyebar ke seluruh dunia lewat perdagangan dan peperangan antar negara. Wabah Antonine yang disebut di atas juga wabah cacar. Selama 15 tahun (tahun 165 – 180) mereka menelan korban total 5 juta orang di seluruh kekaisaran Romawi.

Tiongkok adalah negara pertama yang dapat mencegah cacar dengan melakukan inokulasi. Pada abad 15, dokter-dokter Tiongkok mengambil kepingan kulit bercacar yang sudah kering, menggilingnya dan kemudian meniupkannya ke hidung orang-orang yang kelak akan kebal dari cacar.

Cara lain adalah menusuk luka pasien cacar yang berair itu dengan jarum lalu menorehkan jarum berisi cairan penyakit itu ke lengan orang sehat. Cara ini disebut variolasi.

Eropa yang juga terlanda cacar boleh dikata diselamatkan oleh Lady Mary Woley Montagu, istri duta besar Inggris untuk Turki tahun 1715an. Di sana dia melihat wanita Turki menorehkan cairan cacar pada antrian orang2 yang lalu jatuh sakit. Setelah orang-orang itu sembuh, mereka tidak lagi terjangkit cacar. Dengan was-was, Lady Mary melakukan hal itu pada kedua anak gadisnya dan berhasil. Suksesnya itu membawa praktek variolasi ini ke Inggris.

Kelemahan besar dari praktek variolasi ini ada dua. Pertama, agak sulit dan tidak selalu efektif. Banyak orang yang diberi variolasi tetap terkena cacar. Kedua, proses variolasi ini sendiri justru kadang2 malah membantu menyebarkan penyakit cacar.

Edward Jenner adalah salah satu anak yang mengalami variolasi ini tapi sembuh. Kelak ketika dia sudah menjadi dokter, dia menemukan bahwa cara yang lebih aman adalah dengan mengambil cairan pasien cacar sapi dan ditorehkan ke manusia. Ternyata cairan dari pasien penderita cacar sapi inilah yang sangat efektif membangkitkan imunisasi tubuh manusia. Cara yang manjur ini disebut vaksinasi. Tahun 1805 Rusia menjadi negara pertama yang melarang variolasi dan hanya mengijinkan vaksinasi.

Vaksin dan Tubuh Kita

Kini kita sudah tahu rahasia melawan virus: imunisasi tubuh. Pada tahun 1970, vaksin memusnahkan cacar dari muka bumi. Virus cacar kini hanya ada di dua tempat. Tempat pertama adalah CDC (Center of Disease Contro land prevention) di Atlanta dan tempat kedua adalah Laboratory VECTOR di kota Novosibirsk, Russia.

Virus lain yang dapat dibinasakan sampai tuntas adalah virus polio, yang nama kerennya adalah Enterovirus C. Polio resmi diumumkan sebagai epidemi pada tahun 1894. 40 tahun kemudian, dua pakar penyakit, Dr Maurice Bordie dari Canada dan Dr John Kolmer dari Philadelphia, mengumumkan bahwa mereka masing-masing telah menemukan vaksin yang tepat untuk mencegah polio. 

Mereka mendapatkan vaksin itu dengan menyuntik monyet dengan virus polio dan kemudian mengambil tissue syaraf monyet ini untuk disuntikkan pada ribuan anak-anak. Hasilnya mengerikan. Ratusan anak yang tadinya sehat malah terkena polio. Vaksin dari kedua dokter ini gagal membangkitkan imunisasi tubuh mereka.

Sekitar 18 tahun setelah itu, Dr Jonas Salk membuat vaksin dari 3 jenis virus polio yang diambil dari ginjal monyet dicampur formalin dan air mineral. Vaksin ini sangat efektif untuk membangkitkan imunisasi tubuh untuk membangun antivirus.

Tahun 2019 lalu, Polio tipe 2 dan 3 diumumkan sebagai telah musnah. Yang tersisa hanyalah polio tipe 1 yang tahun 2019 masih menjangkiti 176 orang di Afganistan, Pakistan dan Nigeria.

Lawan Corona adalah Tubuh Kita

Setiap hari tubuh kita dimasuki 100.000 buah virus tapi kita punya tentara yang menjaga tubuh kita yaitu sel darah putih T-cell dan B-cell. Setiap kali ada benda asing masuk, maka T-cell dan B-cell dalam tubuh kita menetralisir mereka.

Bila yang masuk ini benda baru, maka T-Cell dan B-cell membuat plasma yang khusus untuk menghadapi benda baru ini. Mereka juga membuat sel memory yang berdiam di tulang sumsum, kelenjar getah bening atau limpa. Sel memory inilah yang mendeteksi apakah benda yang masuk ini sudah pernah datang atau belum.

Namun ada kalanya T-cell dan B-cell kita tidak mampu menghadapi virus baru. Plasma yang dihasilkan mungkin terlalu lemah, terlalu sedikit atau serangan musuh terlalu cepat. Maka kita jatuh sakit. Variolasi yang diceritakan diatas memiliki resiko tinggi karena memasukkan virus yang kadang terlalu banyak atau terlalu kuat.

Ketika kita divaksinasi, kita sengaja dimasuki virus yang lemah. Tubuh kita bekerja keras menciptakan plasma untuk melawan virus itu dan membuat memory tentang virus ini. Ketika virus sesungguhnya yang kuat muncul, tubuh kita sudah siap melawannya.

Awal Gugurnya Corona

Virus corona-19 tampaknya berbahaya untuk tubuh yang sudah punya penyakit kronis tetapi tidak mematikan untuk tubuh yang sehat. Namun bila virus yang masuk seketika terlalu banyak, T-cell dan B-cell kita tidak mampu mengembangkan jumlah plasma yang cukup cepat untuk menahan virus ini.

Karena itulah social distancing perlu supaya kita tidak dikelilingi carrier. Dan karena itulah maka tubuh yang sehat itu perlu. Daya tahan kita yang terbaik adalah dengan meningkatkan fit nya tubuh kita. Untunglah, bulan April 2020 ini ada sekitar 80 institusi di dunia yang berlomba-lomba menciptakan vaksin untuk melumpuhkan virus Corona.

Di Inggris, dua perusahaan obat raksasa Sanofi dan GSK, bersatu untuk mengembangkan vaksin. Oxford University bahkan sudah menjanjikan untuk membagikan sejuta vaksin pada bulan September tahun ini.

Google juga mengadakan lomba solusi melalui Covid-19 Research Challenge melalui Kaggle, platform AI nya.

National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) di Amerika menggunakan vaksin percobaan buatan Moderna pada 45 orang penduduk Seattle pada 16 Maret dengan dukungan biaya hampir $500 juta dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations)

Namun WHO menduga bahwa China mungkin yang akan menyelesaikan vaksin lebih dulu. Dengan dukungan Institute of Biotechnology dari Academy of Military Medical Sciences, CanSio Biologics dari TianJin bulan April ini telah masuk ke fase kedua dari percobaan vaksin mereka.

Tehnologi Artificial Intelligence atau AI –kecerdasan buatan- di berbagai negara membantu habis-habisan. DeepMind milik Google menggunakan sistim AlphaFold menghasilkan berbagai struktur protein dari virus corona. Akhir Maret barusan, salah satu struktur ini sudah dikonfirmasi hampir pada saat yang bersamaan oleh para periset dari Universitas Texas Austin dan Universitas Washington.

Google juga mengadakan lomba solusi melalui Covid-19 Research Challenge melalui Kaggle, platform AI nya. Dalam waktu 5 hari, 500.000 orang telah berkunjung untuk melihat syarat lomba ini. Diperkirakan lebih dari 30.000 orang akan berpartisipasi.

Yang menarik adalah ribuan riset baru yang telah dikumpulkan oleh Allen Institute for AI bekerja sama dengan White House, Chan Zuckerberg Initiative, Georgetown University, Microsoft Research, dan the National Library of Medicine. Semua riset ini diserahkan ke mesin-mesin  AI untuk dibaca dengan sangat cepat. Harapannya adalah bahwa mesin-mesin ini akan mengusulkan bermacam-macam solusi baru, hasil dari mereka menggabungkan ide-ide  dari berbagai riset itu.

Memproduksi dan mendistribusikan vaksin ke seluruh dunia akan makan waktu. Para pakar mengatakan bahwa 60-70% penduduk dunia perlu diberi vaksin agar wabah ini berhenti. Itu artinya 5 miliar orang perlu diberi virus corona yang lemah. Itu pasar yang sangat besar.

Untuk Indonesia, 70% dari 260 juta penduduk adalah 182 juta orang. Bila mereka mengantri untuk vaksinasi, maka dibutuhkan 1800 tahun untuk menyelesaikan antrian ini. Mungkin Indonesia bisa mulai membangun robot AI yang pekerjaannya hanya satu: memberikan vaksin corona. []

Steve Sudjatmiko, Pengamat Artificial Intelligence

Berita terkait
Penyebab Vaksin Virus Corona Belum Ditemukan
Berikut adalah alasan mengapa vaksin untuk Covid-19 belum ditemukan sampai saat ini.
WHO: Tiga Vaksin Coronavirus Diuji Coba
World Health Organization (WHO) mengumumkan tiga vaksin coronavirus Covid-19 telah masuk tahap uji coba klinis.
Menristek: Pengembangan Vaksin Corona Bisa Kurang 1 Tahun
Penelitian dan pengembangan vaksin corona bisa menghabiskan waktu kurang dari 1 tahun, Menristek menjelaskannya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.