Menunggu Server Menyala dalam PPDB Maros

Server mati membuat para orangtua dan calon siswa SMA Negeri 1 Maros menunggu dari pagi sampai sore untuk verifikasi PPDB 2019.
Para pelajar mengikuti proses verifikasi data penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2019 di SMAN 1 Maros, Sulawesi Selatan. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Maros - Sunati, 53 tahun, duduk di kursi plastik berwarna hijau. Ia sedang menunggu panggilan nama anaknya untuk diverifikasi sebagai salah seorang calon siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Maros lewat jalur zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019.

Wanita yang tinggal sekitar 2 kilometer dari SMAN 1 Maros ini tiba bersama anaknya sejak pukul 7.30 pagi demi untuk memastikan sang buah hati yang bernama Ayyub Zulkifli bisa bersekolah tidak jauh dari kediamannya.

Datang pagi tidak lantas membuat wanita yang memiliki lima orang anak ini langsung bisa melakukan verifikasi secara online. Pasalnya sejak pagi pada hari kedua PPDB 2019 server verifikasi secara nasional dinyatakatan offline, sehingga Sunati hanya bisa menuggu hingga server kembali dinyatakan online yang waktunya tidak pasti.

“Ini sudah hari kedua saya temani anak saya untuk melakukan verifikasi tempat tinggal. Pada hari pertama saya tidak sempat verifikasi karena terbatasnya waktu, lalu pada hari kedua harus menunggu lama karena katanya server-nya sedang offline,” ujar wanita yang mengenakan pakaian berwarna coklat itu kepada Tagar, Selasa, 25 Juni 2019.

Sunati menyebut, saat menuggu jaringan kembali online tidak ada kegiatan lain yang dilakukan kecuali hanya kembali ke rumah untuk makan setelah itu kembali lagi ke sekolah untuk menunggu panggilan yang belum pasti.

“Tadi sempat pulang untuk makan dan salat Zuhur. Setelah itu kembali lagi ke sekolah, karena kalau terlalu lama berada di rumah dan jaringan server sudah online, nomor antrean yang kita pegang bisa hangus,” ujar Sunati sembari memperlihatkan kertas nomor antrean 111 yang ia perolah sejak hari pertama.

Selain karena ingin anaknya sekolah di SMAN 1 Maros, alasan lain Sunati tetap setia mendampingi sang buah hati karena tidak ada lagi sekolah berstatus negeri yang terletak dekat dari rumah tempat tinggalnya.

“Semoga dengan menuggu begini, rezekinya anak bisa sekolah di SMAN 1 Maros ini,” kata Sunati yang anaknya Ayyub merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Maros itu.

Tadi sempat pulang untuk makan dan salat Zuhur. Setelah itu kembali lagi ke sekolah, karena kalau terlalu lama berada di rumah dan jaringan server sudah online, nomor antrean yang kita pegang bisa hangus.

PPDB MarosPengumuman menunjukkan server sedang offline sehingga verifikasi penerimaan peserta didik baru (PPDB) tertunda. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah) 

Di tempat sama, Nuraisyah wanita berumur 46 tahun juga terlihat ikut menunggu server verifikasi data PPDB 2019 di Maros kembali online, agar semua urusan untuk pendidikan anaknya bisa cepat kelar. Nuraisyah mengantarkan anaknya, Nadira, yang juga merupakan lulusan SMPN 1 Maros.

Sama seperti Sunati, ini merupakan PPDB hari kedua baginya, bedanya pada hari pertama Nuraisyah tidak sempat menyelesaikan verifikasi berkas karena terkendala dengan nama sang buah hati di catatan kartu keluarga. Padahal pada hari pertama ia mendapatkan nomor antrean 15 dan sudah ada di sekolah sejak pagi buta.

“Ada kekeliruan antara nama di ijazah dengan nama yang tertera di kartu keluarga. Hanya kelebihan satu huruf, tapi tidak bisa ditolerir karena sudah terbaca oleh sistem katanya,” ujar Nuraisyah.

Perempuan yang mengenakan gamis berwarna pink itu menceritakan, setelah data anaknya tidak bisa diverifikasi, ia memutuskan bergegas menuju kantor dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Maros untuk mengubah data yang ditolak.

“Sampai di Dukcapil, ternyata kepala dinasnya lagi keluar untuk kepentingan kedinasan. Beruntung ada keluarga yang saya minta bantuan untuk mengurus perbaikan data kartu keluarga,” kata Nuraisyah.

Setelah menitip berkas, Nuraisyah mengaku tidak tenang sampai pada malam hari datang keluarga yang dimaksudkan untuk membawa perubahan kartu keluarganya.

“Datang kembali di hari kedua, nomor antreannya tidak bisa dipakai lagi, jadi akhirnya kembali mengambil nomor antrian 185,” katanya.

Dengan offline-nya jaringan server verifikasi, Nuraisyah masih berharap-harap cemas apakah dirinya bisa melakukan verifikasi pada hari kedua ini atau akan kembali lagi ke sekolah pada hari ketiga.

“Sampai pukul 13.00 Wita, jaringan server secara nasional katanya belum juga online, padahal jumlah pendaftar di hari kedua naik 50 persen dari hari pertama,” jelas Nuraisyah.

Demikian, Nurasiyah mengaku tidak lelah menemati buah hatinya untuk bisa sekolah di SMAN 1 Maros, meski dari raut wajahnya memperlihatkan gestur yang lelah.

PPDB MarosPara calon peserta didik baru menunggu server online. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Tak Lulus, Anak ke Pesantren

Sunati mengatakan kalau anaknya tidak lulus dalam PPDB 2019 jalur zonasi, ia akan menyekolahkan anaknya di pondok pesantren untuk memperdalam ilmu agama.

“Saya sudah lihat-lihat beberapa sekolah swasta untuk jaga-jaga anak saya tidak lulus di sistem zonasi ini. Tapi anak saya punya pilihan sendiri katanya ingin masuk di pondok pesantren,” kata Sunati.

Ayyub, anak dari Sunati membenarkan ucapan ibunya terkait dirinya ingin masuk di salah satu pondok pesantren yang juga terletak di Kabupaten Maros.

“Namanya dicoba, di mana saja saya lulus saya akan belajar dengan baik,” kata Ayyub, remaja berusia 15 tahun itu.

Ayyub sendiri telah lama melakukan pencarian pondok pesantren mana dirinya akan berlabuh. 

“Tapi semoga bisa lulus di SMAN 1 Maros ini, karena juga dekat rumah,” kata Ayyub.

Orangtua Minta Sistem Dipermudah

Abdul Gaffar, salah seorang orangtua siswa yang sudah antre sejak pagi hari mengakui penerapan sistem zonasi ini ada kelebihan dan kekurangannya.

“Kelebihannya, anak-anak bisa sekolah lebih dekat dari rumah,” ujar pria yang akrab disapa Gaffar itu.

Sementara untuk kekurangannya, pria berusia 43 tahun itu mengakui keruwetan saat terjadi server offline atau juga ada data yang keliru sedikit.

“Tapi yang paling terasa kekurangan ini karena sistem online yang digunakan. Sehingga ketika server offline maka tidak ada yang bisa dilakukan, beda dulu, kita bisa datang membawa berkas dan diinput juga secara manual.

Janji Panitia Tuntaskan Verifikasi

Ketua Panitia PPDB SMAN 1 Maros, Mustakim menyebutkan saat jaringan dalam kondisi offline, pihaknya tetap berperan aktif mengumpulkan data calon siswa secara manual, dan akan di-update saat jaringan server kembali online.

“Kita hanya kumpulkan berkas-berkas dari masing-masing calon peserta didik. Kalaupun server-nya sampai sore tidak bisa online maka kami akan tuntaskan pada malam hari,” ujar Mustakim.

Mustakim yang dibantu oleh 12 petugas lain ingin pendaftar yang belum tuntas pada hari pertama dan beberapa pendaftar pada hari kedua ini bisa selesai sesuai dengan apa yang telah dijadwalkan oleh pemerintah.

“Kami ingin semua bisa rampung pada 29 Juni 2019 ini. Semua data pendaftar dari calon siswa bisa selesai semuanya, kalaupun tidak yah biasanya ada kebijakan dari pusat untuk menambahkan waktu,” katanya.

Jalur Prestasi Sepi Peminat

Mustakim menyebut, sebelum pelaksanaan PPDB 2019 menggunakan sitem zonasi, pihaknya terlebih dahulu membuka PPDB 2019 menggunakan jalur prestasi.

“Kami siapkan kuota sebanyak 18 orang untuk jalur prestasi baik akademik maupun non akademik. Hasilnya ada 23 orang yang mendaftar lewat jalur ini,” ujarnya.

Dari jumlah kuota yang disiapkan dan berbagai prestasi, yang tidak ada peminat sama sekali hingga pendafatar ditutup adalah jalur prestasi untuk penghapal Alquran.

Panitia PPDB lain, Srianti mengaku untuk calon siswa dengan jalur prestasi khusus penghapal Alquran juga disiapkan kuota dengan minimal menghapal Alquran 10 juz.

"Saya tidak tahu juga kenapa tidak ada yang mendaftar. Mungkin orangtua siswa lebih memilih memasukkan anaknya yang hapal Alquran ke sekolah agama (pesantren), dibanding ke sekolah umum," tuturnya. []

Tulisan feature lain:

Berita terkait
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.