Kulon Progo - Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) berdampak besar pada sektor perekonomian. Banyak perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan dan berdampak pada karyawannya. Tidak sedikit pekerja dirumahkan, dibayar gaji separuh hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Untuk kayawan yang di-PHK dialami warga Kulon Progo, Yogyakarta. Salah satunya Tyas Muqori, 19 tahun, warga Clapar I, Kalurahan Hargowilis, Kapanewon Kokap. Tyas merupakan seorang pekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi rangka motor. Pabriknya berada di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Akibat Covid-19 perusahaannya berhenti berproduksi karena tidak adanya permintaan. Banyak karyawan yang dirumahkan dan di-PHK. Tyas adalah salah satu pekerja yang terkena PHK. Karena terkena PHK, Tyas terpaksa harus pulang ke kampung halaman. “Ada 20 teman saya dari Kulon Progo, semuanya sama dan pulang,” ujar Tyas di Kulon Progo, Jumat, 22 Mei 2020.
Tyas pulang dengan mengendarai motor untuk pulang ke kampung halamannya. Dia melewati jalur darat menyusuri rute selatan Jawa, seperti Ajibarang, Purwokerto, Kebumen, hingga Kulon Progo.
Dalam kepulangannya, Tyas berbarengan dengan Depriyadi, 19 tahun, yang pulang disebabkan karena perusahaan merumahkan dirinya. Dalam perjalanan panjang tersebut, mereka berdua beberapa kali berhenti untuk beristirahat. “Kami berhenti tiga kali untuk istirahat,” kata Tyas.
Tyas menjelaskan, suasana sepi mengiringi selama perjalanan. Mereka lebih banyak bertemu dengan truk yang melintas di jalanan. Mereka juga melihat banyak pintu perbatasan yang kosong dan tidak dijaga ketat.
Untuk menyuplai kebutuhan makan mereka, secara bergantian menyuplai logistik.
Sepanjang perjalanan, mereka hanya dua kali bertemu petugas yang melakukan penyemprot disinfektan serta mengecek suhu badan. "Mendekati jalan ke Kulon Progo baru masuk-masuk (jalan alternatif). Tyas masuk Kulon Progo pada 17 Mei 2020.
Namun dia tidak langsung menuju rumah. Tyas langsung memasuki Wisma Sermo di Hargowilis setelah tiba pagi hari. Ya, di tempat itulah Tyas mengisolasi diri. Di bangunan besar di tengah hutan suaka margasatwa di Pedukuhan Bibis, Hargowilis tersebut, dia menjalani karantina mandiri selama dua pekan berikutnya di sana.
Di tempat ini, Tyas tidak sendiri. Dia bersama dua orang lain yang juga menjalani karantina serupa. Satu orang berasal dari Pedukuhan Tegiri yang bekerja di Godean, Kabupaten Sleman. Satu lagi merupakan teman perjalanan pulang Tyas kembali ke Kulon Progo.
Wisma Sermo di Kapanewon Kokap tersebut sebenarnya adalah bangunan yang masih kokoh. Hanya saja karena kurang terawat, menyebabkan sejumlah plafon rusak berat, dinding kusam, cat pudar. Bahkan di sejumlah retakan dinding sampai tumbuh tanaman pakis-pakisan. Selain itu, di halaman gedung juga ditumbuhi rumput yang tidak terawat.
Wisma ini terletak di tengah hutan lindung yang menjadi penyangga bagi waduk Sermo sebagai penyuplai kebutuhan air bagi warga Kulon Progo. Selain sepi, di wisma ini sinyal alat komunikasi Handphone juga sulit didapatkan. Tidak heran saat malam hari hanya berteman sepi dan suara hewan-hewan malam.
Sementara itu, penjaga karantina di wisma Sermo Asri, Muslim warga Clapar I mengatakan, warga, Pedukuhan dan Kalurahan, secara bergantian tetap mendukung suplai logistik bagi warga yang harus menjalani isolasi di lokasi tersebut. Tujuannya agar mereka yang mengisolasi diri tidak kesulitan logistik sehari-hari.
“Mereka warga Hargowilis, tapi bekerja di luar kota. Untuk menyuplai kebutuhan makan mereka, secara bergantian menyuplai logistik. Keluarganya juga sering datang kesini,” kata Muslim. []
Baca Juga:
- Data 13 Pasien Covid-19 Sembuh Sehari di Yogyakarta
- Bahagia Usai 14 Hari Isolasi di Hutan Kulon Progo
- Jumlah yang Reaktif Rapid Test Massal di Kulon Progo