Jakarta - Mengigau atau dalam bahasa medis disebut somniloquy merupakan gejala yang terjadi saat kondisi setengah sadar. Biasanya terjadi terjadi pada siapa saja baik anak-anak ataupun orang dewasa.
Mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya penyakit demensia
Mengutip laman hellosehat, mengigau termasuk jenis parasomnia, yaitu perilaku abnormal yang terjadi saat tidur. Kondisi ini biasanya terjadi sebentar dan cepat, dalam hitungan beberapa detik.
Sebuah penelitian di Perancis mengungkapkan ucapan yang keluar saat mengigau di malam hari mungkin lebih buruk daripada saat terbangun. Penelitian itu dilakukan pada 230 orang dewasa selama satu sampai dua malam berturut-turut. Mereka mencatat hampir 900 ucapan orang mengigau setiap malam.
Hampir 59 persen ucapan saat mengingau tidak dapat dipahami, termasuk bergumam, berbisik, atau tertawa. Namun, di antara ucapan yang bisa dimengerti, mengandung kata-kata yang menyinggung, berunsur negatif, makian, dan tidak pantas diucapkan.
Walaupun penyebab pasti dari mengigau belum diketahui, namun ada beberapa kondisi yang dapat memperbesar kemungkinannya.
1. Stres Secara Emosional
Umumnya mengigau terjadi saat sedang stres, tertekan, atau cemas. Kemungkinan akan makin besar bila mengalami depresi.
2. Kurang Tidur
Kebutuhan tidur rata-rata adalah sekitar 7 jam setiap hari. Bila tidak terpenuhi, fungsi otak akan terganggu. Hal ini dapat memicu gangguan tidur, termasuk mengigau.
3. Sedang Sakit atau Demam
Ketika sedang sakit atau demam, respon imun tubuh akan meningkat, terutama di malam hari. Hal ini bisa mengakibatkan tidur jadi terganggu, sehingga mengigau.
4. Konsumsi Obat-obatan
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, beta-blocker, kafein, atau sedatif, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengigau.
Rentan Terkena Dimensia
Pada kondisi normal, mimpi akan muncul ketika memasuki rapid eye movement (REM), yaitu tahapan tidur yang biasanya terjadi setiap 1,5 sampai 2 jam sekali selama waktu tidur sepanjang malam.
Saat REM terjadi tubuh akan melakukan beberapa respon seperti tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi tidak teratur, dan otot kehilangan kekuatannya untuk bergerak (paralisis). Hal ini tidak berbahaya. Justru, pada kondisi itu otak dalam posisi sangat aktif.
Sementara itu, jika memiliki gangguan mimpi, otot tubuh tetap tidak menjadi kaku (paralisis), sehingga dapat digerakkan dengan mudah. Jadi, ketika melihat suatu kejadian di dalam mimpi akan memeragakan gerakan yang ada di mimpi.
Para ahli mengatakan kondisi tersebut berhubungan dengan berbagai penyakit sistem saraf, seperti penyakit Parkinson. Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Neurology, menyatakan mengigau ketika bermimpi adalah tanda awal risiko terbentuknya penyakit demensia. []