Menengok Masjid Pancasila Warisan Soeharto di Aceh

Program transmigrasi Soeharto dicanangkan pada tahun 1969 melalui proyeksi Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Salah satunya pembangunan masjid.
Masjid Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang berada di Kota Subulussalalam, Aceh, atau masyarakat setempat juga menyebutnya dengan nama Masjid Assilmi yang berlokasi di jalan Teuku Umar, Desa Subulussalalam, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Minggu, 10 Mei 2020. (Foto: Tagar/Nukman)

Subulussalam - Bicara Soeharto tentu mengingatkan akan sebuah perjalanan panjang sistem perpolitikan tanah air pasca lengsernya rezim Soekarno sang proklamator kemerdekaan Indonesia sekaligus merupakan presiden pertama Indonesia.

Kilas balik presiden kedua Republik Indonesia ini banyak menorehkan catatan sejarah yang panjang tentang kekuasaannya dalam memimpin negara Indonesia pada waktu itu. Soeharto dengan latarbelakangnya sebagai militer mampu menggenggam jabatan Presiden Republik Indonesia selama 31 tahun sejak tahun 1967 yang dikenal dengan sebutan rezim orde baru.

Soeharto mengawali kepemimpinannya setelah ditunjuk menduduki jabatan pejabat presiden bersifat mandataris melalui sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) yang berlangsung di Istora Senayan, tepatnya pada 12 Maret 1967.

Seingat kami Masjid ini dibangun pada tahun 1989, kemudian sekitar tahun 1992 tepatnya bulan Februari Masjid ini pun diresmikan langsung oleh Pak Harmoko, Menteri Penerangan kita waktu itu.

Soeharto yang dijuluki sebagai The Smiling General, yakni orang yang selalu tersenyum itu menempatkan posisinya masuk dalam urutan kedelapan daftar pemimpin dunia yang lama berkuasa dari sejumlah deretan nama tersebut seperti, Fidel Castro (Kuba) selama 49 tahun, Chiang Khai-shek (China-Taiwan) selama 47 tahun, Kim Il Sung (Korea Utara) selama 46 tahun, Muammar Khadafi (Libya) selama 42 tahun, Omar Bongo Ondimba (Gabon) selama 41 tahun, Enver Hoxha (Albania) selama 40 tahun dan Robert Mugabe (Zimbabwe) selama 37 tahun.

Seiring perjalanannya menahkodai perahu Nusantara ini, Soeharto bersama Kabinet Pembangunan yang ia bentuk melakukan sentralitas pembangunan baik pada tataran nasional maupun internasional.

Program yang cukup fundamental kala itu adalah kebijakan program transmigrasi yang dicanangkan pada tahun 1969 melalui proyeksi Pembangunan Lima Tahun (Pelita I dan VI).

Tak hanya itu saja, citra pembangunan yang diwariskan dari tokoh utama di balik penumpasan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) ini di antaranya seperti pembangunan Masjid.

Hingga saat ini, Masjid-masjid tersebut masih tampak kokoh berdiri, bahkan Masjid-masjid tersebut tak sedikit umat Muslim yang menjadikannya sebagai Masjid utama di beberapa daerah. Dan Masjid itu pun cukup mudah dikenali sebab arsitekturalnya didesain seragam.

Ada sebanyak 999 Masjid yang dibangun oleh sosok yang dikenal dengan sapaan Pak Harto itu. Masjid itu pun sangat terkenal dengan sebutan Masjid Pancasila, sebab pencanangan pembangunannya digagas melalui Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP) yang diinisiasi langsung oleh Pak Harto, tepatnya pada 17 Februari 1982 lalu.

Pada waktu itu, total anggaran yang dihabiskan untuk pembangunan 999 Masjid itu mencapai 207 miliar. Sumber pembiayaannya sendiri melalui sumbangan bulanan anggota Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (Polri).

Berdasarkan data yang dihimpun Tagar dari berbagai sumber mencatat terdapat sebanyak 999 Masjid yang dibangun di seluruh Indonesia. Dari sekian jumlah itu pembangunannya tersebar di tiap-tiap provinsi.

Jumlah Masjid Pancasila ini juga dikelompokkan dengan tipe bangunan yang bervariasi di antaranya, tipe 15 (15x15 meter) sebanyak 495 unit, tipe 17 (17x17 meter) sebanyak 375 unit dan tipe 19 (19x19 meter) sebanyak 129 unit.

Secara desain bangunan, Masjid tersebut memiliki arsitektural yang khas yaitu, bercungkup susun tiga, mungkin berbeda dengan bentuk Masjid secara umum berbentuk kubah. Pada ujung cungkup ditambahkan kaligrafi bertuliskan Allah di dalam segi lima yang merupakan gambaran makna daripada Pancasila itu sendiri.

Penyebaran pembangunan Masjid tersebut merata hingga ke seluruh provinsi, salah satunya Provinsi Aceh. Sebagaimana menurut data yang diakses Tagar melalui website soeharto.co terdapat sebanyak 32 unit Masjid yang dibangun di Aceh yang terdiri dari tipe 15 (19 unit), tipe 17 (11 unit), tipe 19 (2 unit).

Dari total 32 unit Masjid tersebut, satu di antaranya dibangun di Subulussalam dengan model tipe 19.

Saiban Gafar, salah seorang pengurus Badan Kenajiran Masjid (BKM) Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP) Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh menceritakan secara singkat tentang sejarah pembangunan Masjid YAMP tersebut.

Pembangunan Masjid YAMP yang berlokasi di jalan Teuku Umar, Desa Subulussalalam, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh dikerjakan pada tahun 1989 dan peresmiannya langsung dihadiri oleh Harmoko salah satu menteri orde baru yang menjabat sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia.

"Seingat kami Masjid ini dibangun pada tahun 1989, kemudian sekitar tahun 1992 tepatnya bulan Februari Masjid ini pun diresmikan langsung oleh Pak Harmoko, Menteri Penerangan kita waktu itu. Sangat meriah waktu itu," kata Saiban, ketika Tagar menemuinya di Masjid Pancasila Subulussalalam, Minggu, 10 Mei 2020.

Namun, seiring perkembangan zaman, Masjid Pancasila yang berada di Subulussalam ini pun sudah mengalami perubahan bentuk bangunan, karena terjadinya pelebaran pada ruangan utama Masjid, akibat tidak mampu lagi menampung jemaah dengan kapasitas yang lebih besar.

Baca juga: Berada di atas Candi, Masjid Tuha Indrapuri Tertua di Asia Tenggara

"Karena sudah tak mampu lagi menampung jemaah dengan jumlah yang lebih banyak, maka pada waktu itu kami dari BKM (badan kenajiran masjid) membentuk panitia sembilan untuk pelebaran Masjid ini, supaya daya tampungnya bisa lebih banyak lagi," tutur Saiban.

Pada saat itu lanjut Saiban, panitia pembangunan Masjid sempat kebingungan memugar Masjid tersebut. Bentuk Masjid Pancasila secara keseluruhan tidak bisa dirubah. Terutama pada kontruksi atap dan cungkup Masjid.

"Karena Masjid ini tidak bisa dirubah, apalagi bentuk atap dan bentuk cungkup yang di atas, maka waktu itu kami menaikkan atap Masjid lebih tinggi sekitar satu setengah meter, kemudian kami tinggikan lantainya, terus kami lebarkan lagi ke seluruh sisi Masjid," ucap Saiban. []

Berita terkait
Warga Aceh Meninggal Dikeroyok di Tangerang
Pemerintah Aceh meminta Kepolisian Resort (Polres) Tangerang Selatan mengusut tuntas kasus pengeroyokan warga Aceh di Kota Tangerang Selatan.
Akibat Banjir, Ratusan Warga di Aceh Mengungsi
Ratusan warga di Kabupaten Aceh Besar, Aceh terpaksa mengungsi akibat banjir yang menggenangi rumah mereka pada Jumat, 9 Mei 2020 kemarin.
Warga Tidak Pakai Masker Dihukum Mengaji di Aceh
Kebijakan kepada warga yang tidak menggunakan masker, akan diberikan sanksi berupa mengaji di depan ulama di Aceh.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.