Mendagri Minta Partai Nonparlemen Jaga Pilkada 2020

Jelang pelaksanaan Pilkada serentak 2020, Mendagri Tito Karnavian perlu tukar pendapat dengan seluruh parpol baik di parlemen maupun nonparlemen.
Mendagri Jenderal (Purn) Tito Karnavian. (Foto: Tagar/Ihwan Fajar)

Surabaya - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Jenderal (Purn) Tito Karnavian mengungkapkan pertemuan dirinya dengan tujuh Sekretaris Jenderal (Sekjen) partai politik (parpol) nonparlemen pada Rabu 29 Januari 2020 kemarin hanya sekadar Brainstorming atau tukar pendapat, khususnya menjaga kondusif pada Pilkada Serentak 2020.

Tito mengaku pertemuan dengan tujuh sekjen tersebut sebagai tindak lanjut setelah pertemuan dengan sembilan sekjen partai yang ada di parlemen. Ia mengaku, sebagai pembina politik di Indonesia, ia mempunyai kepentingan bagaimana menjaga keamanan dan pembinaan pemerintah daerah.

"Nah, untuk pembina politik tingkat nasional otomatis saya harus membangun hubungan," ujarnya saat ditemui usai penyerahan anjungan Dukcapil Mandiri di Grand City Surabaya, Jumat 31 Januari 2020.

Ia menegaskan tak ingin menafikkan parpol nonparlemen untuk bertemu dan berdiskusi terkait politik di Indonesia.

Nah, untuk pembina politik tingkat nasional otomatis saya harus membangun hubungan.

"Maka yang tujuh sekjennya kita undang, kan positif. Yang paling utama silaturahmi dulu adalah saling mengenal, Brainstorming kita apapun juga masalah yg mereka sampaikan dan apa yang menjadi arahan dari atau keinginan dari pusat seperti masalah rezim hukum mengenai politik," beber mantan Kapolri itu.

Tito mengaku banyak hal yang dibicarakan dengan tujuh sekjen parpol nonparlemen tersebut, diantaranya bagaimana menciptakan pelaksanaan Pilkada serentak 2020 nanti bisa kondusif.

"Mulai berbicara Pemilu (Pilkada serentak) tahun 2020 harus kondusif dengan sistem yang ada," tuturnya.

Tak hanya membahas soal Pilkada serentak, Tito juga mengungkpkan ada pembahasan terkait Pemilu 2024 mendatang apakah sistem pemilihan dilakukan secara terpisah atau tidak.

"Kita perlu memikirkan kembali apa perlu serentak seperti kemarin atau dipisah antara eksekutif dengan legislatif pemilihannya agar tidak seramai dan tidak ada korban seperti kemarin. Jadi gitu (pembicaraan) lebih banyak soal Brainstorming dan kami akan lanjutkan," ucapnya.

Sebelumnya, Tujuh sekretaris jenderal (Sekjen) partai politik nonparlemen yang gagal menembus ambang batas pada Pemilu 2019 lalu, curhat ke Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian

Mereka berharap pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) nantinya dapat dipisahkan. Sehingga tidak dijadikan satu hari penuh seperti Pemilu 2019.

Sekjen DPP Partai Berkarya Priyo Budi Santoso mengaku, dia beserta sekjen partai lainnya sepakat mengusulkan agar Pilpres dan Pileg untuk ke depan dapat dipisahkan.

"Begitu diserentakkan seperti Pemilu 2019, yang terjadi adalah sengkarut yang alang kepalang luar biasanya,” kata Priyo, usai bertemu Tito Karnavian di ruang rapat Mendagri, Jakarta, Rabu 29 Januari 2020.

Sejumlah sekjen partai nonparlemen juga meminta besaran ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) dievaluasi dan diturunkan. Priyo menyebut hal itu memang patut dipertimbangkan.

"Apakah ke depan itu masih juga dipertahankan dengan ide-ide presidential threshold yang mengangkang demikian besarnya, yang kemarin kita berakibat semua tahu terjadi pembelahan perpolitikan yang sampai sekarang cost sosialnya masih juga dibayar cukup mahal," ujar Priyo.

Pada kesempatan tersebut Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq menyatakan ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen seperti saat ini tidak perlu dilakukan.

"Ambang batas pencalonan presiden itu (sebesar 20 persen) memang tidak perlu terjadi. Karena baik partai yang ada di parlemen dan partai di luar parlemen ini kan semua punya aspirasi," ujar Rofiq.

Selain Priyo Budi dan Ahmad Rofiq, hadir pula sekjen partai lainnya dalam pertemuan yang diinisiasi oleh Mendagri itu.

Sekjen itu berasal dari DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Persatuan Indonesia, Perindo, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), dan Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda).

Semua partai di atas tidak memenuhi ambang batas parlemen pada Pemilu Tahun 2019 dan gagal memasukkan kadernya ke Senayan.

“Hari ini kami tujuh sekjen partai politik yang kemarin belum lolos, diundang oleh Pak Mendagri untuk bincang-bincang banyak hal, terutama tentang berbagai tata aturan perundangan politik. Jadi kami tadi menyampaikan apresiasi yang tinggi atas ikhtiar dan undangan khusus dari Bapak Mendagri (Tito Karnavian),” kata Sekjen Partai Berkarya itu. []

Berita terkait
Virus Corona, Mendag Hati-hati Impor dari China
Pemerintah akan lebih selektif terkait impor makanan dan minuman dari China pasca mewabahnya virus corona di Wuhan.
Risma Semangati Anak Korban Pembunuhan di Surabaya
Tiga anak MA ditangani oleh Pemkot Surabaya dengan menempatkan ketiganya tinggal di Rusun Krembangan Surabaya, setelah ibunya dibunuh.
King of The King Janjikan Warga di Nganjuk Rp 3 M
King of The King Dony Pedro menjanjikan warga di Nganjuk , Jawa Timur uang Rp 3 M dengan cara pemasangan banner membayar Rp 1,5 juta.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.