Jakarta - Pengamat terorisme dari jurnal intelijen Stanislaus Riyanta meyakini reuni Persaudaraan Alumni (PA) 212 di Monas, Jakarta, 2 Desember 2019, akan berjalan aman dan kondusif, bebas dari aksi teror.
"Karena ini kan umat muslim semua yang bergerak mengikuti acara tersebut," kata Stanislaus saat dihubungi Tagar, Kamis malam, 21 November 2019.
Reuni 212 bukan ancaman (terorisme) yang besar. Tinggal polisi bantu mengamankan.
Menurut Stanislaus, teroris tidak akan memanfaatkan momentum itu untuk mencederai saudara-saudaranya sesama muslim, karena akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri.
Baca juga: Anies Baswedan Leader 212 Gantikan Rizieq Shihab
"Bukan di situ tempatnya," kata dia.
Namun, dia meyakini kelompok garis keras bakal ikut bergabung di tengah-tengah reuni 212. Akan tetapi mereka tidak akan nekat melakukan aksi teror.
"Jadi kalau ada kepentingan golongan garis keras terhadap 212 justru ikut bergabung, bukan untuk melakukan aksi teror," kata dia.
Saat ditanyakan mengenai potensi teroris bakal menyasar polisi seperti halnya teror bom beberapa waktu lalu di Polrestabes Medan, Stanislaus berpendapat hal itu tidak akan terjadi di Monas.
Dia melanjutkan, apabila teroris nekat meledakkan bom, memanfaatkan momentum ramainya massa dalam reuni 212, maka akan menimbulkan resistensi dan kemarahan dari umat Islam.
Baca juga: PSI Anggap Reuni 212 Alat Politik Anies Baswedan
"Saya kira tidak strategis tempatnya dan dari strategi untuk melakukan serangan itu bukan target yang signifikan. Masih banyak momentum lain yang menguntungkan mereka (teroris) dari pada reuni 212," katanya.
Jadi, kata Stanislaus, peserta reuni tahunan itu tidak perlu takut terhadap aksi teror, karena menurutnya acara tersebut akan berjalan aman seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Reuni 212 bukan ancaman (terorisme) yang besar. Tinggal polisi bantu mengamankan," kata dia. []