Jakarta - Pedakwah Zakir Naik meminta maaf setelah memberikan pernyataan bernada rasial yang dilontarkan kepada kelompok minoritas di Malaysia. Menurut dia, ada kesalahpahaman oleh publik atas ucapannya.
"Meskipun saya telah mengklarifikasi diriku sendiri, saya merasa harus meminta maaf kepada semua orang yang merasa sakit hati karena kesalahpahaman ini. Saya tidak ingin ada di antara kalian yang menyimpan perasaan buruk untuk saya," kata dia, seperti dilansir dari The Sun Malaysia pada Selasa, 20 Agustus 2019.
Dalam sebuah kesempatan Zakir mengatakan warga Hindu di Malaysia menikmati lebih dari 100 persen hak-hak dibandingkan warga muslim di India.
Dia juga menyebut warga Hindu di Malaysia lebih loyal kepada Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi daripada PM Malaysia Mahathir Mohamad. Akibat ucapannya, Zakir diinterogasi polisi selama 10 jam di Bukit Aman, Malaysia pada Senin, 19 Agustus 2019.
Tuduhan rasisme yang dialamatkan kepadanya, kata Zakir tidak tepat. Sebab ia mengaku tak setuju dengan diskriminasi atas dasar warna kulit, suku, dan ras.
"Rasisme adalah kejahatan yang saya lawan keras, seperti halnya Alquran dan itu adalah kebalikan dari semua yang saya perjuangkan sebagai seorang pengkhotbah Islam," ujar Zakir.
Penolakan Maaf
Politisi sekaligus Anggota Parlemen Malaysia, Ramkarpal Singh menyerukan agar semua pihak tidak terpengaruh atas permohonan maaf yang diutarakan Zakir Naik. Dikutip dari Malay Mail, Ramkarpal menyerukan agar Zakir dapat diproses hukum karena telah melanggar izin tinggal di Negeri Jiran tersebut.
“Permintaan maaf oleh Dr Zakir Naik adalah pengakuan olehnya bahwa pidatonya, diambil secara objektif, telah membangkitkan kerusuhan rasial di multiras Malaysia," ujar Ramkarpal.
Menurut Ramkarpal, permohonan Naik tidak serta merta dapat melepaskan dirinya dari proses hukum yang sedang ia jalani.
Seperti diketahui, Kepolisian Diraja Malaysia telah resmi melarang pedakwah Zakir Naik untuk berceramah di seluruh negara bagian di Malaysia.
Isu rasial merupakan hal yang sangat sensitif di Malaysia. Masyarakat Malaysia pernah memiliki masalah konflik rasial pada 13 Mei 1963. Pada saat itu, terjadi kecemburuan sosial di antara etnis Melayu dan Tionghoa. Peristiwa tersebut mengakibatkan 184 orang meninggal dunia.