Jakarta - Anggota DPR Fraksi Partai NasDem Martin Manurung meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toba, Sumatera Utara bersinergi dengan lembaga atau organisasi setempat yang bergerak di bidang perlindungan dan penanganan kasus anak.
Martin mengatakannya saat membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang perlindungan anak dari ancaman berbagai tindak kekerasan serta narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) di Aula Rumah Dinas Bupati Toba, Sumatera Utara, Kamis, 5 Maret 2020.
"Meskipun Pemkab Toba sudah memiliki satu lembaga yang bergerak di bidang pencegahan dan penanganan kasus anak, seharusnya pemkab tetap membangun sinergi dan koordinasi yang baik dengan lembaga-lembaga atau organisasi yang memang bergerak di bidang ini. Karena passion atau minat mereka memang di bidang perlindungan anak itu," kata dia.
Semua harus tetap dikaji dengan sangat baik, agar berdampak baik juga bagi masyarakat.
Martin mengatakan sudah sewajarnya pemerintah daerah perhatian terhadap program pencegahan kekerasan pada anak sejak dini. Sebab itu, dia mendorong adanya tindak lanjut konkret dari diskusi tersebut. Misalnya, kata dia, mendorong agar Rumah Aman milik Pemkab Toba dapat difungsikan secara optimal untuk pemulihan korban.
Wakil Ketua Komisi VI DPR ini menambahkan, dia mendukung rencana Pemkab Toba mendorong desa-desa menciptakan produk hukum berupa peraturan desa tentang sanksi sosial bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. "Saya pikir ini adalah rencana baik. Namun, semua harus tetap dikaji dengan sangat baik, agar berdampak baik juga bagi masyarakat," ucapnya.
Sementara Ketua Yayasan Anak Masa Depan Indonesia (AMDI) Clara Tampubolon yang ikut dalam diskusi menyebutkan tindak kekerasan terhadap anak setiap tahunnya terus bertambah.
Dari ribuan kasus kekerasaan anak di seluruh Indonesia, 38 persen di antaranya merupakan pelecehan seksual ataupun pemerkosaan. Ironisnya, 85 persen pelaku kejahatan merupakan orang terdekat.
"Bahkan baru-baru ini kita pernah digegerkan dengan kasus pemerkosaan anak selama bertahun-tahun oleh tulangnya (paman) dan ayah kandungnya sendiri. Kasus-kasus seperti ini, kami harapkan tidak terjadi lagi," ujarnya.
Clara yang memiliki fokus di bidang perlindungan anak-anak di Indonesia ini menambahkan, terkait kekerasan dan kejahatan seksual ini, korban sangat penting untuk mendapatkan pendampingan dan pemulihan dari trauma (trauma healing).
"Itulah yang mendorong kami dari Yayasan AMDI untuk membuat Rumah Nyaman. Tempat untuk anak-anak korban kekerasan dan kejahatan seksual. Di Rumah Nyaman anak-anak akan mendapatkan pendampingan dari psikolog dan juga pengajar-pengajar untuk menghilangkan traumanya," tutur dia. []