Limbah TPAS di Kulon Progo Cemari Sumur Warga

Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Banyuroto di Kulon Progo menimbulkan keresahan warga di sana.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Banyoroto. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Banyuroto di Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo, DIY menimbulkan keresahan warga di sana.

Limbah ini ditengarai meresap ke sumur milik warga. Sumur menjadi bau menyengat, dan tidak bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Rubiyem, salah seorang warga RT 48, Dusun Sambiroto, menyebut sejak dua tahun terakhir, sumur di rumahnya bau menyengat dan keruh. Kondisi ini semakin parah saat hujan turun.

"Saya sekeluarga resah, Mas. Karena air sumur ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hanya untuk memasak, kami tidak mau ambil risiko dan memilih membeli air galon," ujar Rubiyem, Senin 15 Juli 2019.

Hal serupa diungkapkan Indira Afilia, 18 tahun, yang tinggal tidak jauh dari rumah Rubiyem. Orang tuanya harus membeli air untuk kebutuhan memasak dan minum.

Kalau tak sempat membeli air untuk memasak, mereka terpaksa menggunakan air sumur. Namun sebelumnya, terlebih dahulu diendapkan beberapa waktu, untuk mengurai kotoran air.

"Kalau mau memasak, airnya diendapkan dulu biar gak bau. Bau air sumur kami itu seperti limbah, dan kayak tanah sawah," ungkap Indira.

Tokoh masyarakat Dusun Sambiroto, Bambang Nur Cahya membenarkan, lindi dari TPAS Banyuroto mencemari sumur warga. Tak kurang 40 kepala keluarga di dusun tersebut mengalami dampaknya.

Saat musim hujan tiba, volume air limbah di cekdam meluap sampai pemukiman warga. Akibatnya, banyak sumur keruh dan beraroma tak sedap.

"Kalau pas musim hujan, air limbah bisa bablas, kemudian tercampur air dalam sumur. Meski masih bisa digunakan tapi warnanya hitam keruh. Kalau sekarang sumur memang sedang kering karena saluran Kalibawang dimatikan," ujarnya.

Menurut Bambang, warga bisa semakin resah apabila Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kulon Progo benar-benar menjalankan rencana membuang limbah dari TPAS Banyuroto, yang awalnya ditampung di dalam cekdam desa setempat, kemudian dialirkan ke selokan Dusun Sambiroto.

Rencana ini didengungkan karena warga yang lahannya digunakan untuk cekdam, meminta kembali haknya. Sebelumnya, lahan milik warga ini memang disewa oleh Pemerintah Desa Banyuroto selama delapan tahun, dan digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah TPAS Banyuroto.

Air bekas pengolahan sampah TPA sebenarnya bagus untuk tanaman seperti palawija. Namun di sisi lain, dampak negatif tetap ada

"Rencana dinas tersebut, kemudian membuat warga khawatir dan takut, karena jika air limbah dibuang ke selokan maka akan mencemari lingkungan. Apalagi, warga utamanya yang bertempat tinggal dekat dengan cekdam, memiliki kenangan buruk terkait pencemaran itu," kata Bambang.

Bambang menuturkan, warga bahkan sempat melakukan protes hingga beberapa kali. Komunikasi dengan pemerintah dilakukan demi menagih janji melakukan pengolahan limbah dengan baik.

"Air bekas pengolahan sampah TPA sebenarnya bagus untuk tanaman seperti palawija. Namun di sisi lain, dampak negatif tetap ada, seperti air sumur yang bau dan keruh sehingga tidak layak konsumsi," pungkasnya.

Menyikapi keluhan warganya, DPRD Kulon Progo melakukan pemantauan langsung ke TPAS Banyuroto pada Senin 15 Juli 2019.

Wakil Ketua DPRD Ponimin Budi Hartono mengusulkan, agar Pemkab Kulon Progo segera mengatasi permasalahan ini karena TPAS Banyuroto merupakan fasilitas vital.

Menurut dia, masalah sampah mendesak sehingga perlu ada pelebaran zona atau perluasan pembuangan sampah. Sementara untuk masalah pengolahan limbah, dinilainya sudah bagus.

"Masalah lain yang menjadi sorotan, adalah penanganan segera untuk masalah talud yang ada di bawah TPAS ini, karena bisa mencemari lingkungan. Terutama pencemaran air sumur," ujar Ponimin.

Kepala UPT Persampahan, Air Limbah dan Pertamanan Dinas PUPKP Kulon Progo, Toni mengatakan pihaknya sudah bertindak untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan, di antaranya menambah sarana prasarana. Namun untuk optimal, diperlukan waktu yang tidak sedikit, karena terkendala biaya.

"Sebetulnya kami ini selalu melakukan langkah cepat dalam penanganan, termasuk peningkatan operasional. Mudah-mudahan satuan kerja segera memberikan solusi termasuk perbaikan talud, penanganan jembatan timbang dan fokus ke penanganan lindi," papar Toni.

Toni menambahkan, target penyelesaian proyek saluran air limbah ini, belum bisa dipastikan. Karena konsepnya belum selesai secara keseluruhan.[]

Baca juga:


Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.