Lima Momen Penting dalam Adat Batak

Selain bahasa, pakaian dan rumah adat, ada lima acara adat penting yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan tiap individu Batak.
Foto bertahun 1894, sebuah keluarga besar Batak Toba

Jakarta - Orang Batak tidak dapat dilepaskan dari kultur dan budaya warisan leluhur. Selain bahasa, pakaian dan rumah adat, ada beberapa acara adat penting yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan tiap individu Batak, baik yang ada di kampung maupun yang merantau di kota atau bahkan luar negeri. Berikut Tagar rangkumkan 5 acara adat paling penting dalam kehidupan orang Batak.

1. Mangalehon Ulos Tondi

Adat istiadat dalam kehidupan suku Batak tidak dimulai sejak usia dewasa. Namun, semenjak bayi. Setiap orang bersuku Batak yang masih mempertahankan adat istiadatnya diharuskan untuk melakukan serangkaian acara adat Mangalehon ulos tondi.

Mangalehon ulos tondi adalah prosesi pemberian kain ulos bermotif tertentu kepada orang tua yang baru memiliki buah hati. Tujuannya agar bayi dari orang tua tersebut memiliki jiwa yang tegar dan kuat. 

Ulos Tondi diberikan oleh keluarga dari pihak perempuan. Acara Mangalehon Ulos Tondi biasanya dilakukan setelah makan bersama ala kadarnya, yang dipersiapkan keluarga yang baru memiliki anak. 

2. Mangupa-upa Na Malua

Mangupa-upa Na Malua memiliki arti memberi nasihat. Dihelat orang tua, setelah anaknya melakukan "marguru", atau melakukan pendalaman ilmu agama sesuai yang dianutnya. Maksud dari acara ini, agar setelah memperdalam ilmu agama, orang Batak dapat bersifat arif dan tidak melakukan kejahatan.

JokowiJokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi di salah satu rumah Batak di Samosir, Selasa 30 Juli 2019. (Foto: Setkab.go.id)

Acara ini biasanya dihadiri keluarga pihak ayah dan ibu, khususnya "tulang" atau paman dari pihak ibu. Sebelum memberi nasihat, keluarga melakukan makan bersama. Tidak ketinggalan menu utama seperti ikan mas arsik dipersiapkan untuk disantap bersama.

Rata-rata acara adat ini dilakukan masyarakat Batak beragama Kristen. Sejak Kristen menjadi agama yang dianut kebanyakan orang Batak, terjadi akulturasi budaya yang mengikuti nilai-nilai agama yang dianut. Akulturasi ini juga berlaku bagi orang-orang Batak yang menganut agama lain.

3. Mangoli atau Muli

Mangoli (menikah bagi laki-laki) atau Muli (menikah bagi perempuan) merupakan rangkaian acara adat yang sangat panjang dan kompleks bagi orang Batak. Pasalnya acara ini tidak hanya melibatkan orang tua pihak laki-laki atau perempuan, tetapi mengikutsertakan keluarga besar, bahkan marga-marga dua generasi di atas generasi orang tua mempelai.

Proses menikah diawali Marhusip. Prosesi ini dilakukan orang tua masing-masing tanpa sepengetahuan calon mempelai. Marhusip membicarakan niatan masing-masing pihak untuk menikahkan anak mereka. Proses Marhusip merupakan tahap awal pihak yang berbesan untuk saling mengenal dan menilai. Ketika dianggap sepaham kedua pihak kemudian menyepakati tanggal yang baik untuk prosesi Martumpol dan Marhata Sinamot.

Martumpol dan Marhata Sinamot adalah prosesi pertunangan kedua mempelai. Acara biasanya dimulai dengan acara pertunangan di gereja atau sesuai keyakinan yang dianut. Usai upacara agama, kemudian kedua pihak dari orang tua mempelai mulai membahas mahar dan mas kawin yang akan dibawa dalam pesta pernikahan. 

Setiap pihak diwakilkan "parhata" atau juru bicara dalam menyampaikan maksud. Tidak jarang terjadi "tawar-menawar" sengit antara dua belah pihak, khususnya dalam menentukan besaran mahar. Pasalnya mahar yang diberikan laki-laki dalam suku Batak sangat menentukan pernikahan. Setelah sepakat, masing-masing pihak kemudian menentukan tanggal pernikahan.

Orang BatakOrang Batak mengikuti acara pesta di Samosir (Foto: Dokumentasi kemenpar)

Prosesi pernikahan disandarkan dalam filosofi Dalihan Na Tolu atau 3 Prinsip Utama, yaitu Somba Marhula-hula atau menghormati orang tua pihak perempuan (mertua), Elek Marboru atau saling menyayangi antar keluarga tanpa pamrih dan Manat Mardongan Tubu atau saling menghormati dan menghargai marga-marga yang tergabung dalam klan besar atau Pomparan.

Dalam pernikahan, dilakukan proses Mangadati. Prosesi Mangadati ini dilakukan dengan melibatkan keluarga besar kedua pihak. Prosesi ini ditandai memberi kata-kata nasihat dan memberi ulos. Hal ini dilakukan agar pernikahan orang Batak tersebut dianggap sah secara adat istiadat. Sebelum prosesi adat biasanya dilakukan prosesi pernikahan sesuai agama.

4. Upa-upa Maranak Marboru

Upa-upa Maranak Marboru merupakan acara adat untuk mendoakan keluarga yang baru menikah agar segera memiliki momongan. Tidak hanya sekedar mengundang keluarga besar untuk makan bersama dan berdoa. Doa dalam keluarga agar segera memiliki anak bahkan dibawa dalam panggilan sehari-hari. Si ayah akan dipanggil 'Ama Ni Harapan' (ayah yang berharap) dan 'Omak Ni Harapan' (ibu yang berharap).

5. Monding 

Prosesi adat bagi orang Monding atau meninggal merupakan antiklimaks bagi kehidupan orang Batak. Kematian dalam adat Batak terbagi 7, yaitu Mate Di Bortian atau meninggal saat dalam kandungan, Mate Poso-poso atau meninggal saat masih anak-anak, dan Mate Di Paralang-alangan atau meninggal saat belum memiliki anak.

Selanjutnya Mate Mangkar atau meninggal di saat masih harus membesarkan anak, Sari Matua atau meninggal pada saat ada anak yang belum menikah dan belum memiliki cucu serta Saur Matua atau meninggal ketika sudah selesai menjalankan kewajiban di dunia dalam peradatan orang Batak, yaitu menikah, membesarkan anak, menikahkan anak-anaknya hingga memiliki cucu.

Prosesi adat diselenggarakan usai ibadah di rumah duka sampai sebelum prosesi penguburan jenazah. Seluruh prosesi adat disesuaikan dengan status kematian orang Batak secara adat, termasuk posisi tubuh jenazah dan waktu pemakaman.

Baca juga: 

Berita terkait
Dali Ni Horbo, Makanan Sehat Khas Batak
Suku Batak mempunyai sejumlah makanan khas yang sehat dan lezat. Salah satunya Dali Ni Horbo.
Budaya Batak Bukan "Dijual" untuk Pariwisata
Pembangunan di Tanah Batak, khususnya kawasan Danau Toba, seringkali tak menyentuh kondisi sosial dan budaya.
Adam Malik dan Enam Tokoh Batak di Kemerdekaan
Kemerdekaan Republik Indonesia diperjuangkan dengan jiwa dan raga pahlawan. Pada masa revolusi, Indonesia pernah dipimpin oleh orang batak.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.