Kulon Progo - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo sudah memetakan sejumlah Kapanewon yang rawan terjadi bencana tanah longsor di saat musim hujan. Pemetaaan tersebut sebagai langkah antisipasi BPBD Kulon Progo menghadapi cuaca ekstrem, khususnya fenomena iklim La Nina.
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, Ariadi mengatakan pihaknya mulai mempersiapkan antisipasi dalam menghadapi bencana berpotensi terjadi pada musim hujan. Selain itu, kata Ariadi, antisipasi yang dilakukan berdasarkan petunjuk dari Bupati Kulon Progo.
Kabupaten Kulon Progo didominasi wilayah perbukitan.
"Oktober, Kulon Progo sudah mulai memasuki musim hujan. Sementara di pertengahan November, baru memasuki musim penghujan dan puncaknya diperkirakan terjadi pada Desember 2020 sampai dengan Februari 2021," kata Ariadi kepada Tagar, Senin, 19 Oktober 2020.
Baca juga:
- Bencana Longsor Meningkat, BPBD Kudus Minta Warga Waspada
- Banjir dan Longsor di Tasikmalaya Telan Korban Jiwa
- 11 Warga Tarakan Tewas Akibat Tanah Longsor, 3 Luka-luka
Ariadi mengaku selain mempersiapkan logistik untuk penanganan bencana, BPBD Kulon Progo juga berkoodinasi dengan Kodim 0731, Polres, Brimob, Basarnas, organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya. Ariadi mengaku setidaknya ada lima Kapanewon di Kulon Progo masuk rawan bencana tanah longsor.
"Kabupaten Kulon Progo didominasi wilayah perbukitan. Bencana yang sering terjadi yaitu bencana tanah longsor rawan terjadi di Kapanewon Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang dan sebagian wilayah Pengasih," ucap Ariadi
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulon Progo, Edi Wibowo mengatakan pihaknya telah menyiapkan anggaran dari biaya tak terduga (BTT) tahun 2021 apabila terjadi bencana dengan skala besar di Kulon Progo
"Kami memakai anggaran biaya tak terduga (BTT) tahun 2021 sekitar Rp 5 milyar," tuturnya.[]