Banda Aceh - Persiraja Banda Aceh tetap membayarkan secara penuh untuk gaji pemain pada bulan Maret 2020 meski kompetisi Shopee Liga 1 2020 dihentikan karena Covid-19. Meski demikian, klub akan bermusyawarah dengan pemain untuk penyelesaian gaji di bulan April dan Mei karena kompetisi masih diliburkan di bulan-bulan itu.
PSSI secara resmi menghentikan sementara kompetisi Liga 1 dan Liga 2 hingga Juni 2020. Penghentian ini menyusul status darurat bencana terkait Covid-19 di Indonesia.
Sebelum dihentikan, Liga 1 sudah menyelesaikan 3 pertandingan. Sebaliknya, kompetisi Liga 2 justru baru dimulai. Bahkan ada tim yang belum bertanding sama sekali.
Tidak ada perubahan untuk gaji bulan Maret. Persiraja tetap memberikan gaji utuh atau 100 persen
Dengan adanya pandemi virus corona, kompetisi diliburkan selama bulan Maret, April, Mei dan Juni. PSSI juga hanya mewajibkan klub membayar gaji pemain, pelatih dan ofisial maksimal 25 persen dari kewajiban yang tertera dalam kontrak selama bulan-bulan itu.
Presiden Persiraja, Nazaruddin Dek Gam menyambut baik keputusan PSSI. Meski hanya diwajibkan membayar gaji pemain maksimal 25 persen, Persiraja memastikan pemain mendapat gaji penuh sesuai nilai kontrak untuk bulan Maret 2020.
"Tidak ada perubahan untuk gaji bulan Maret. Persiraja tetap memberikan gaji utuh atau 100 persen. Sedangkan untuk gaji bulan April sampai Juni, kami mengikuti perkembangan. Kami musyawarah lagi dengan pemain dan ofisial," kata Dek Gam saat dihubungi Tagar, Senin, 30 Maret 2020.
"Kami membayar penuh gaji untuk bulan ke-3. Kami juga memberikan uang saku kepada pemain di bulan ke-4. Untuk nominalnya, kami akan melihat kebutuhan," kata Dek Gam.
Persiraja Berharap Pandemi Covid-19 Berakhir
Dek Gam berharap pandemi segera berakhir sehingga kompetisi bisa kembali bergulir. Namun bila status darurat Covid-19 diperpanjang setelah 29 Mei 2020 dan PSSI menghentikan kompetisi musim ini, Persiraja tetap menerima keputusan tersebut.
Baca juga:
Persiraja Banda Aceh Belum Temukan Kerangka Tim
"Tentu saja kita lebih mengutamakan misi kemanusiaan. Kalau memang tidak bisa dilakukan karena Covid-19, kami mau tidak mau harus terima," ujar Dek Gam.
Tim pun menyiapkan skenario terakit gaji dan kontrak pemain bila kompetisi tak dilanjutkan musim ini. Meski demikian, kata Dek Gam, manajemen tetap akan bermusyawarah lagi dengan pemain dan ofisial terkait gaji mereka.
"Tentu saja dengan berat hati kami harus menerimanya bila kompetisi akhirnya dihentikan karena tim kami sedang bagus-bagusnya. Namun kemanusiaan memang lebih diutamakan," tutur Dek Gam.
Saat kompetisi diliburkan, sebagian pemain memilih bertahan di Banda Aceh, baik di mes maupun di rumah masing-masing bagi pemain setempat. Sedangkan sebagian lagi ada yang meminta izin pulang ke kampung halaman atau liburan di luar Aceh.
Menurut Dek Gam, pemain asing Samir Ayass dan Adam Mitter meminta izin liburan ke luar Aceh. Sedangkan pemain asal Brasil Bruno Dybal memilih bertahan di Banda Aceh. Berbeda dengan rekannya Vanderlei Francisco yang memutuskan pulang ke Brasil.
"Termasuk pemain asing masih bertahan di Aceh yaitu Bruno Dybal, ada sekitar 50 persen yang masih di Aceh. Sedangkan Samir Ayass dan Adam Mitter izin keluar dan mereka ke Bali. Hanya Vanderlei yang pulang ke Brasil," katanya.
Dek Gam menuturkan para pemain yang bertahan di mes hingga beberapa bulan ke depan akan mendapat uang saku sesuai kebutuhan. Selain memperoleh gaji sebesar maksimal 25 persen, mereka akan diberi uang saku. []