Liem Swie King, Bintang Jebolan PB Djarum

Keputusan PB Djarum yang memutuskan untuk menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis mulai tahun 2020 menyita perhatian masyarakat luas.
Legenda bulu tangkis Indonesia Liem Swie King merupakan jebolan pemain PB Djarum pertama yang menjuarai Tunggal Putra All England pada tahun 1978. (Foto: Instagram/@liemswiekingsmash)

Jakarta - Keputusan PB Djarum yang memutuskan untuk menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis mulai tahun 2020 telah menyita perhatian masyarakat luas. Apalagi, penyebabnya karena tudingan eksploitasi anak dalam iklan rokok oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)  

Dengan tindakan PB Djarum ini tentu menuai kontroversi. Pasalnya, banyak atlet bulu tangkis jebolan PB Djarum telah mengharumkan nama Indonesia hingga ke tingkat Internasional. 

Sejak berdiri pada tahun 1974, PB Djarum sendiri telah menciptakan atlet berprestasi di bidang olah raga satu ini, salah satunya adalah Liem Swie King. Bagaimana perjalanan pria kelahiran 28 Februari 1956 bisa meraih kesuksesannya selama mengemban jadi atlet hingga dikenal oleh semua orang? Tagar akan mengulasnya. 

Nama Liem Swie King memang sudah tak asing lagi didengar di tengah masyarakat Indonesia. Dia adalah seorang pebulu tangkis yang bermain di dua nomor yaitu, tunggal putra dan ganda putra. 

Banyak prestasi yang diraih, nyatanya dia mengundurkan diri sebagai pemain nasional bulu tangkis tahun 1988.

Pria berusia 63 tahun ini, namanya mulai melejit terkenal sejak menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 dalam usianya yang ke-20. Sejak itu, Swie King menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi, karena sudah tiga kali meraih juara dan empat kali menjadi finalis. 

Bila ditambah dengan turnamen "grand prix" yang lain, Swie King meraih kemenangan hingga puluhan kali. Dia juga pernah menyumbang medali emas pada Asian Games di Bangkok 1978, dan enam kali membela tim Piala Thomas. Tiga di antaranya Indonesia menjadi juara dengan mendapatkan medali emas. 

Berkat dorongan orang tuanya sejak kecil, pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah ini, mulai bermain bulu tangkis. Akibatnya, dia masuk dalam klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.

Selama berjalannya waktu, prestasi terus ditonjolkannya dan namanya semakin naik daun. Bahkan patut diakui, kepiawaiannya bermain bulu tangkis makin terasah ketika dia masuk ke dalam klub PB Djarum. 

Pria yang dikenal dengan pukulan jumping smash ini, selama 15 tahun berkiprah di bulu tangkis, nyatanya sudah banyak meraih prestasi. Pertama kalinya Swie King meraih Juara I Junior se-Jawa Tengah pada 1972. Diusia 17 tahun (1973), dia mendapat juarai II dalam Pekan Olahraga Nasional (PON). Setelah itu, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Saat itu, dia meraih Juara Kejurnas 1974 dan 1975. 

Meski banyak prestasi yang diraih, nyatanya dia mengundurkan diri sebagai pemain nasional bulu tangkis tahun 1988. Dari sejak melepas profesinya itu, Swie King nyaris sempat menganggur selama setahun. Tak ada pekerjaan yang bisa dilakukannya, sebab keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya hanyalah olahraga bulu tangkis.

Namun dengan semangat yang tinggi, akhirnya Swie King mengelola sebuah hotel di Jalan Melawai Jakarta Selatan milik mertuanya. Dari sana dia mulai mengepakkan sayapnya kembali dengan membuka usaha griya pijat kesehatan. Kini, dari usahanya tersebut telah mempekerjakan lebih dari 400 karyawan. Berkantornya di Kompleks Perkantoran Grand Wijaya Centre Jakarta Selatan.

Mungkin yang jadi pertanyaan sekarang ini, pastinya bagaimana King bisa tertarik dengan bisnis perhotelan dan pijat kesehatan. Padahal jelas, dia tak memiliki keahlian dibidang itu. 

Rupanya King saat masih mengemban profesi atlet, dia sering sekali menginap di hotel berbintang. Dari sana, dia mulai tertarik dengan keindahan penataan hotel dan keramahan pekerjanya. Bukan hanya itu, saat jadi atlet King juga sering terapi pijat, setelah usai berlatih dan bertanding. Sehingga, dia pun kerap kali ke griya pijit kesehatan di kawasan Mayestik Jakarta Selatan. 

Dari kebiasaan yang sering dilakukan saat jadi atlet itu, membuat King melihat ada peluang bisnis yang sangat baik untuk dikembangkan. Apalagi, tak bisa dipungkiri semua kalangan eksekutif dan pengusaha tentu saja sangat membutuhkan fasilitas kesegaran fisik dan relaksasi. 

Dari niatnya melihat peluang besar itu, akhirnya King membuka usaha griya pijat kesehatan bernama Sari Mustika. Kini, dia telah membuka di tiga lokasi, seperti  Grand Wijaya Centre, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan, dan Kelapa Gading Jakarta Utara dengan total karyawan sekitar 200 orang.

Selain terjun di dunia bisnis, ternyata pebulu tangkis ini pernah terlibat sebagai bintang film 'Sakura dalam Pelukan'. Namun, kini dia hidup bahagia bersama istri dan tiga orang anaknya, yaitu Alexander King, Stevani King dan Michele King.

Meski tak berkecimpung ke dalam dunia olahraga lagi, King hingga sekarang ini masih saja kerap mengunjungi klub bulu tangkis PB Djarum, tempat yang membesarkan namanya untuk memberikan coaching clinic.

  Pendidikan

- SD, Kudus (1968) 

- SMP, Kudus (1971) 

- SMA, Kudus (1974)  

  Karier

- Pebulu tangkis Indonesia 

- Pengusaha Hotel dan Spa

Nasional

Juara I Junior se-Jawa Tengah (1972)

Juara II PON (1973)

Juara Kejurnas (1974, 1975)  

International

- Tunggal

1974: Semi Finalis Asian Games Tehran

1976: Finalis All England Open, Finalis Kejuaraan Asia

1977: Finalis All England Open, Juara Denmark Open, Juara Swedia Open, Juara SEA Games

1978: Juara All England Open, Juara Asian Games Bangkok

1979: Juara All England Open

1980: Finalis Kejuaraan Dunia, Finalis All England

1981: Juara All England Open, Semi Finalis World Games St.Clara, Juara SEA Games

1982: Finalis Asian Games New Dehli, Juara Piala Dunia

1983: Finalis Kejuaraan Dunia, Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open

1984: Finalis All England Open, Finalis World Badminton Grand Prix

1985: Semi Finalis All England Open

- Ganda

1983: Finalis SEA Games (bersama Hadibowo)

1984: Juara Piala Dunia (bersama Kartono Hariamanto)

1985: Juara Piala Dunia, Juara Indonesia Open, Semi Finalis Kejuaraan Dunia, Finalis SEA Games (bersama Kartono Hariamanto)

1986: Juara Piala Dunia, Semi Finalis Asian Games Seoul (bersama Bobby Ertanto), Juara Indonesia Open (bersama Kartono Hariamanto)

1987: Juara Asia (bersama Bobby Ertanto); Juara SEA Games, Juara Japan Open, Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Finalis Thailand Open (bersama Eddy Hartono)

- Beregu

1976: Juara Piala Thomas

1977: Juara SEA Games

1978: Juara Asian Games

1979: Juara Piala Thomas, Juara SEA Games

1981: Finalis SEA Games

1982: Finalis Piala Thomas, Finalis Asian Games

1983: Juara SEA Games

1984: Juara Piala Thomas

1985: Juara SEA Games

1986: Finalis Piala Thomas, Semi Finalis Asian Games

1987: Juara SEA Games  

Baca juga:

Berita terkait
Ganjar Dorong PB Djarum Tetap Audisi Bulu Tangkis
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mendorong Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis tetap berjalan setiap tahunnya.
Liem Swie King dan Sederet Atlet Dunia Hasil PB Djarum
PB Djarum resmi menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis tahun 2020. Dari sejarahnya, PB Djarum melahirkan sederet atlet kelas dunia.
PB Djarum Mundur!
Konfrontasi KPAI vs PB Djarum kian runcing. Puncaknya PB Djarum mundur. Tidak lagi melakukan audisi, mencari bibit unggul bintang bulu tangkis.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.