Jakarta – Leni Robredo, seorang kritikus yang blak-blakan menentang cara Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam memerangi peredaran narkoba dan obat-obat terlarang , menerima tawaran untuk memimpin kampanye perang terhadap narkoba. Robredo yang merupakan Wakil Presiden itu akan menggunakan kekuatannya untuk menghentikan pembunuhan orang yang tidak bersalah dan meminta pertanggung jawaban pihak yang berwenang.
Seorang juru bicara kepresidenan mengatakan penunjukan Robredo itu untuk menghormati janji lama. Namun para pendukungnya mengingatkan dia jika mungkin saja Robredo akan dijadikan kambing hitam. “Presiden tahu apa posisi saya dalam perang narkoba. Jika dia berpikir bahwa dalam menerima tawaran ini aku akan diam, dia salah,” kata Robredo seperti dilansir dari BBC, Rabu, 6 November 2019.
Setelah dilantik menjadi presiden pada 2016 silam, Duterte melancarkan kampanye garis keras melawan bandar narkoba. Ia mengklaim jika Filipina telah menjadi “negara narco”. Presiden meminta seluruh warga untuk membunuh para pecandu dan pengedar narkoba.
Robredo skeptis dengan cara Duterte dalam memerangi narkoba
Duterte juga menawarkan hadiah kepada polisi yang bisa membunuh bandar atau pecandu narkoba. Sejak kampanye anti narkoba, sekitar 6.000 bandar dan pecandu narkoba telah terbunuh. Namun kalangan aktivis memperkirakan jumlah yang terbunuh lebih banyak lagi mencapai 27.000 orang.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh bahwa banyak dari pembunuhan tersebut merupakan ringkasan dari eksekusi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Mahkamah Pidana Internasional menentang aksik Duterte dan dianggap melanggar hukum internasional dalam kampanye anti narkoba.
Apa Kekuatan Robredo
Robredo akan menjadi ketua bersama Komite Antar Lembaga untuk Obat-Obatan (ICAD) bersama Aaron Aquino, Kepala Badan Penegakan Narkoba di Filipina. Dalam posisi setingkat kabinet, ia akan memiliki akses ke semua dokumen dan intelijen tentang kampanye anti narkoba. Peran ini juga akan memberikan Robredo kekuatan untuk membentuk kebijakan pemerintah tentang obat-obatan terlarang, dan implementasinya oleh otoritas Filipina, tetapi posisinya dapat dicabut kapan saja sebelum 30 Juni 2022.
Robredo menyatakan skeptis dengan motif Duterte dalam memerangi narkoba. Namun ia ingin mengambil kesempatan untuk memperbaiki kampanye melawan narkoba dan obat-obatan terlarang. “Bila saya bisa menyelamatkan satu nyawa yang tidak bersalah, prinsip dan hati saya menyuruh saya untuk mencoba,” katanya.
Robredo dipandang sebagai saingan politik utama Duterte. Pekan lalu, ia ditantang oleh Duterte untuk mengambil peran “raja obat bius” setelah dia menyebuttkan bahwa kebijakan narkotika “jelas tidak berhasil.
(Dimas Wijanarko)
- Baca Juga: Tangan Besi Duterte, Berhasilkah Membinasakan Narkoba di Filipina?
- Gara-gara Pakai Narkoba, Seorang Walikota Dibunuh Duterte