Jakarta - Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarif Burhanuddin menyampaikan industri semen sedang menghadapi kelebihan stok semen nasional sejak semester I 2019 lalu.
"Kelebihan stok tersebut disebabkan menurunnya konsumsi semen nasional. Bahkan, penurunan tersebut sempat menyentuh angka 10% konsumsi nasional pada bulan Mei 2019 lalu," ucap Syarif dalam acara Workshop Pembinaan Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi di Auditorium PUPR Jakarta pada Selasa, 3 September 2019.
Jadi gak mengakibatkan over supply sampai 4 atau 5 tahun.
Guna menghadapi penurunan konsumsi dan stok produksi yang tinggi, pemerintah telah menyiapkan sejumlah rekomendasi untuk para pelaku usaha semen.
"Ini kan persoalan supply demand lagi, kalau terlalu banyak produk semen maka seharusnya bisa diatur besaran produksi pabriknya. Terus selain itu seharusnya proyek yang membutuhkan semen di dalam negeri tidak perlu lagi impor," kata Syarif.
Pemerintah, kata syarif, meminta investor maupun pelaku usaha tidak membuka pabrik baru sepanjang stok produksi semen nasional masih cukup. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama melalui pabrik-pabrik yang sudah ada.
"Kemudian, bisa dikirimkan semen ke daerah-daerah yang membutuhkan atau tidak ada pabrik semen di situ, kalau perlu mengekspor ke negara lain, khususnya ke pasar regional apa itu ke Malaysia atau Timor Leste. Jadi gak mengakibatkan over supply sampai 4 atau 5 tahun," kata Syarif.
Rekomendasi tersebut menurut Syarif tidak dapat dilakukan Kementerian PUPR. Menurutnya, Kementerian Perdagangan harus aktif dalam mendorong upaya-upaya menurunkan kelebihan produksi semen.
"Rekomendasi yang Kementerian PUPR berikan karena institusinya merasakan langsung dampak kelebihan semen," ujarnya. []
