Kualitas Udara Kota Yogyakarta Saat New Normal

Aktivitas warga mulai normal di Kota Yogyakarta. Jalanan mulai ramai dibanding sebelum pemerintah menerapkan new normal.
Ujung selatan Jl Malioboro, sekitar titik nol Kota Yogyakarta, Senin sore, 13 April 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Setelah pemerintah mengeluarkan aturan adaptasi kebiasaan baru atau new normal sejumlah kegiatan masyarakat yang sebelumnya terhenti saat ini perlahan-lahan kembali beraktivitas. Tak terkecuali Yogyakarta, di mana masyarakatnya sudah mulai memutar roda penghasilan.

Jalanan yang semula sepi kendaaan bermotor, kembali ramai. Namun sampai saat ini, Dinas LIngkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mencatat kualitas udara masih baik.

"Kualitas udara di wilayah kota Yogyakarta selama pandemi Covid-19 berada di bawah ambang batas atau dalam kondisi baik. Pasalnya, aktivitas masyarakat banyak yang berkurang beberapa bulan terakhir," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana kepada wartawan saat dikonfirmasi, Jumat, 7 Agustus 2020.

Lebih dari seminggu terakhir ini, DLH Kota Yogyakarta menemukan perubahan kualitas udara yang lebih baik di Kota Pelajar ini. Berkurangnya lalu lintas kendaraan ternyata dapat memperbaiki kualiatas udara.

Saat ini Yogyakarta sudah kembali ramai namun tidak ada kemacetan, semua lancar.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara di sejumlah titik, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas udara di wilayah Kota Yogyakarta berada di warna hijau. Artinya, kualitas udara bagus.

Penurunan aktivitas masyarakat akan berdampak terhadap kualitas udara. Seperti halnya, penggunaan kendaraan bermotor di jalan-jalan umum yang terpantau tidak terlalu padat. Jumlah kendaraan bermotor yang kembali ramai dan lumayan padat di jam-jam tertentu.

"Saat ini Yogyakarta sudah kembali ramai namun tidak ada kemacetan, semua lancar. Artinya, traffic juga tidak padat dan berimbas kepada meningkatnya kualitas udara yang membaik," ujarnya.

Baca Juga:

Jika diperhatikan dari setiap sudut Kota Yogyakarta, laju lalu lintas di beberapa jalur kota cenderung lengang. Berkurangnya polusi di jalan raya menjadi salah satu faktor pemicu udara bagus.

Hal itu juga dapat dilihat berdasarkan parameter dan penghitungan dari mutu baku kendaraan. Hasilnya menunjukkan perubahan kualitas yang bagus sejauh ini dirasakan kota berslogan Berhati Nyaman ini.

Indikator yang dipakai oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta sendiri untuk menunjukkan kadar kualitas udara adalah warna. Jika warna hijau menandakan baik. Sedangkan, kuning artinya sedang. Warna jingga sendiri artinya tidak sehat untuk masyarakat rentan. Terakhir, warna merah artinya tidak sehat.

Berdasarkan data dari DLH Kota Yogyakarta, konsentrasi karbon monoksida (CO) pada Maret mencapai 4.169 mikogram per meter kubik. Kemudian, pada April angkanya turun kembali menjadi 3.820 mikogram per meter kubik. Angkanya, turun kembali 2.426 mikrogram per meter kubik. Konsentrasi CO pada bulan Mei berkurang menjadi 42 persen jika dibandingkan pada Maret lalu. []

Berita terkait
Corona Bikin Kualitas Udara Lebih Baik di Yogyakarta
Virus Corona yang membuat warga di rumah menjadikan kualitas udara Kota Yogyakarta jauh lebih baik dalam seminggu terakhir dibanding biasanya.
Pembatasan dan Zona Kunjungan di Malioboro
Jumlah kunjungan di Malioboro dibatasi 2.500 orang per hari. Untuk pemantauan wisatawan menggunakan sistem barcode.
Wisatawan Malioboro Dipantau Sistem Barcode
Sistem barcode diterapkan kepada wisatawan Malioboro Yogyakarta. Tujuannya untuk memantau tingkat kerumunan.