Jakarta – Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah mengikuti rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma sejak Sabtu, 30 Oktober 2021. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari atau berakhir pada Minggu, 31 Oktober 2021.
“Hari ini sejak pagi hari, Minggu 31 Oktober, Bapak Presiden mengikuti kegiatan KTT G20 di Roma. ini adalah hari kedua atau hari terakhir dari KTT G20 di Roma,” ujar Retno Marsudi dalam briefing Keterangan Pers Menteri Luar Negeri di kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Senin, 1 November 2021.
Dalam keterangan pers itu, Retno menyampaikan sejumlah hasil pertemuan Presiden Joko Widodo selama mengikuti KTT G20. Ia juga menjelaskan terkait kegiatan serah terima presidensi keketuaan G20 yang dilaksanakan saat penutupan.
Indonesia berharap akan terdapat teknologi yang dapat ditawarkan G20 melalui kemitraan global dan dukungan pendanaan Internasional bagi transisi energi.
Pada serah terima presidensi dari Italia kepada Indonesia, Presiden Joko Widodo secara simbolis menerima presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia, Mario Draghi. Meskipun serah terima dilakukan pada hari kedua sekaligus penutupan KTT G20, presidensi Indonesia secara resmi akan dimulai pada 1 Desember 2021 dan berakhir pada 30 November 2022.
- Baca Juga: AS Desak China Agar Tidak Lakukan Tindakan Sepihak Terhadap Taiwan
- Baca Juga: Menlu Blinken di Prancis untuk Revitalisasi Aliansi Trans-Atlantik
“Perlu dicatat, meskipun serah terima sudah dilakukan pada hari ini, namun presidensi Indonesia secara resmi akan dimulai 1 Desember 2021,” jelas Retno.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga menghampiri pertemuan sesi kedua dengan tema Perubahan Iklim dan Lingkungan. Di dalam sesi ini, Retno mengatakan bahwa Presiden terus menekankan pentingnya kerja sama dan tindakan nyata dalam mengatasi perubahan iklim serta menghindari saling tunjuk salah.
“G20 harus memberikan contoh memimpin dunia dengan tindakan yang nyata. Penanganan perubahan iklim harus diletakkan dalam rangka besar pembangunan berkelanjutan. Indonesia sebagai negara pemilik hutan tropis terbesar di dunia, berperan strategis dalam upaya menangani perubahan iklim dan posisi tersebut digunakan Indonesia untuk berkontribusi,” katanya.
Seperti yang dijelaskan Retno, Indonesia sendiri telah melakukan rehabilitasi 3 juta hektare critical land pada tahun 2010 sampai dengan 2019. Kawasan net zero juga mulai dikembangkan termasuk pembangunan Green Industrial Park di Kalimantan Utara seluas 13.200 hektare menggunakan energi baru terbarukan sehingga menghasilkan green product.
- Baca Juga: Kematian Mantan Menlu AS Colin Powell Akibat Covid-19
- Baca Juga: Kunjungan Menlu Blinken ke Ekuador dan Kolombia
Retno turut mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo membahas kepentingan negara berkembang terkait pemberdayaan agar dapat melakukan transisi energi melalui teknologi yang tentunya terjangkau. Karena itu, Indonesia berharap G20 dapat menawarkan satu basket teknologi melalui kemitraan global.
“Indonesia berharap akan terdapat teknologi yang dapat ditawarkan G20 melalui kemitraan global dan dukungan pendanaan Internasional bagi transisi energi. Kita perlu pastikan bahwa transisi ke energi baru terbarukan berjalan seiringan dengan prinsip energi security accessibility dan affordability,” ujar Retno.
(Rana Maheswari Ummairah)