Kronologi Viral Nama Dokter Ani Hasibuan

Ani Hasibuan mencuat ke permukaan, setelah pernyataan kontroversial terkait anggota KPPS, begini kronologinya.
Dokter Ahli Syaraf Ani Hasibuan berpose di akun media sosial instagram pribadinya. (Foto: Instagram/AniHasibuan1974)

Jakarta - Ani Hasibuan mencuat ke permukaan, setelah pernyataan kontroversialnya. Dokter Ahli Syaraf itu merasa heran dengan kematian ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), saat Pemilu 2019 lalu. Menjadi aneh, lantaran jumlah korban yang sudah menyentuh angka 456 orang, dalam waktu hampir bersamaan. 

Menurut Ani, kelelahan tidak cukup menjadi alasan penyebab meninggalnya seseorang. Jika dilihat dari fisiologi, kelelahan dan fisik saling berkaitan. Seseorang yang kelelahan akan lapar dan mengantuk, dan bila dia memaksakan diri untuk tetap bekerja atau beraktifitas, maka akan mengalami pingsan, bukan meninggal.

"Sebagai dokter, dari awal saya sudah merasa lucu. ini bencana pembantaian apa pemilu, kok banyak sekali yang meninggal? Pemilu itu kan happy-happy, ingin dapat pemimpin baru, tapi nyatanya meninggal," kata Ani Hasibuan dalam sebuah program acara di televisi swasta, Selasa, 7 Mei 2019.

"Orang capek itu, dia ngantuk, dia lapar. Kalau dia paksa, dia pingsan, nggak mati. Ada di laporan saya, beban kerja KPPS apa saja sih? ada tujuh orang satu TPS, itu beban kerjanya saya nggak melihat bahwa itu ada fisik yang sangat capek, gitu loh," sambung Ani.

Pernyataan dokter Ani langsung memantik reaksi politisi PDIP Adian Napitupulu, yang juga menjadi tamu di acara tersebut. Menurutnya, analisa yang disampaikan lawan diskusinya itu terlalu tendensius.

Baca juga: Foto: Prabowo Minta Anggota KPPS Meninggal Divisum

Adian keberatan dengan hipotesa dokter Ani Hasibuan yang seolah menyederhanakan pekerjaan petugas KPPS.

"Saya tuh berharap tadi saya mendengar analisa medis tanpa tendensius apa pun, termasuk menghakimi pekerjaan KPPS. KPSS itu apa sih pekerjaannya, cuma nyatet-nyatet doang. Sebagai dokter, analisanya medis saja. Enggak perlu menghakimi apa yang mereka kerjakan," kata Adian.

"Sebagai dokter, analisanya obyektif, jangan beban kerja orang lain, jangan menghakimi beban kerja KPPS seolah-olah menyederhanakan catat-catat bisa meninggal. Ini tendensius menurut saya. Seolah-olah karena menulis, terus meninggal. Dan itu yang ditangkap publik, dari pandangan yang disampaikan Bu Dokter tadi, jangan," protes Adian.

Perdebatan di acara televisi antara Ani Hasibuan dan Adian Napitupulu, kemudian memicu perbincangan dan perdebatan di media sosial Twitter. Banyak yang berusaha membela sang dokter, meski tak sedikit pula yang justru berusaha menyudutkan.

Belakangan, tersebar di lini masa foto-foto Ani Hasibuan saat berkampanye mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, lengkap dengan pose salam dua jarinya.

Foto-foto tersebut langsung memantik anggapan kalau Ani Hasibuan memiliki kepentingan tertentu atas analisanya tentang kematian 554 petugas KPPS tersebut. Padahal, sebelumnyasang dokter mengaku melakukan riset dan analisa secara mandiri dan independen.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin bahkan menilai, kejadian petugas KPPS meninggal dunia sedang 'digoreng' oleh kubu pendukung Prabowo-Sandi, demi memalsukan target perolehan suara.

TKN juga menganggap kalau narasi kecurigaan bahwa kematian petugas KPPS disebabkan hal-hal yang tidak wajar, sebagai fitnah yang tidak berdasar.

"Tindakan yang dilakukan sengaja menampilkan dokter-dokter Pro 02, menunjukkan kasus ini sedang digoreng yang ujungnya sengaja dilakukan untuk memuluskan target perolehan suara dalam manipulasi," kata Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding kepada wartawan, Rabu 8 Mei 2019. 

"Itu tuduhan fitnah keji tak berdasar, saya kira terlalu berlebihan dan di luar batas kepantasan dan kewajaran berpolitik," kata dia menambahkan.

Baca juga: Kelelahan, Anggota KPPS di Gowa Meninggal Dunia

Karding curiga, pihak 02 sedang berusaha menggeser isu kecurangan pemilu ke kasus meninggalnya ratusan petugas KPPS, dengan narasi seolah kematian disebabkan karena diapa-apakan oleh pihak tertentu.

"Kami ingin menyatakan bahwa tidak mungkin kita akan melakukan hal seburuk itu, sebejat itu, tidak mungkin, kita justru memiliki perhatian yang besar terhadap mereka," kata Karding menegaskan.

Sementara menanggapi foto dan videonya saat berpose salam dua jari, Ani Hasibuan mengatakan bahwa pose tersebut sah-sah saja. Dia juga kembali menegaskan kalau investigasi penyebab kematian dari petugas KPPS, dilakukan atas dasar kemanusiaan dan bukan kepentingan politik.

"(Pose dua jari) Boleh-boleh saja dalam masa kampanye. Saya punya pilihan, apa hubungannya? Ini masalah kemanusiaan. Demi Allah saya bekerja sendiri. Barusan tim 02 telepon saya, ajak bergabung dengan mereka. Saya katakan tidak," kata dia kepada wartawan, Rabu 8 Mei 2019. []

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.