Kritik Jokowi Dicap Kadrun Cerminan Rendah Adab

Pengamat Politik Ujang Komarudin membenarkan sebutan kadrun dilontarkan para pendukung pemerintah Jokowi kepada para pengkritik.
Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 16 Mei 2020 (Foto: Tagar/Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden).

Pematangsiantar - Belakangan santer terdengar sebutan kadrun atau kadal gurun bagi pihak-pihak yang berseberangan dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menjelaskan siapa saja yang mengutarakan ketidaksukaan terhadap pemerintah sudah dipastikan bakal mendapat sebutan kadrun.

Termasuk, kata Ujang, cap kadrun disematkan bagi partai-partai oposisi dan pihak pengkritik pemerintah Jokowi.

"Itu bagian dari kritikan dan hinaan yang tajam kepada seseorang yang dibenci. Orang yang bukan golongannya atau orang yang tidak sepaham dan tidak berpihak kepadanya dicap atau dilabeli 'kadrun', katanya kepada Tagar, Rabu, 3 Juni 2020.

Tak dibenarkan menyebut atau melabeli orang lain dengan sebutan yang buruk karena itu ada dalam tingkat keadaban yang rendah.

Baca juga: Pelengseran Presiden Jokowi Mustahil Terwujud

Ujang KomarudinPemanggilan mereka menjadi tanda tanya bagi masyarakat. Apakah itu terkait menteri Jokowi atau hanya sebatas silaturahmi.

Menurut dia istilah itu muncul pertama kali ketika pertarungan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto saat Pemilihan Presiden (pilpres) 2019. Selain kadrun, sepengetahuannya ada pula sebutan cebong bagi pendukung Jokowi dan kampret untuk para simpatisan Prabowo.

"Istilah kadrun bisa saja muncul dari pertarungan politik di pilpres kemarin. Muncul istilah kadrun. Muncul juga panggilan cebong dan kampret," ucapnya.

Lantas, dia menegaskan bahwa label tersebut tidak pantas diutarakan. Pasalnya sebutan kadrun merupakan kata-kata hinaan yang seharusnya tidak dilontarkan terhadap pengkritik.

"Ini label yang tak baik dan harus dihilangkan, karena itu bagian dari panggilan hinaan pada orang tertentu yang bukan golongannya," ujarnya.

Baca juga: Habis Cebong-Kampret, Muncullah Kadrun

Untuk itu Ujang meminta perseteruan antara cebong dan kampret, serta istilah kadrun agar tidak diperpanjang lagi. Sebab, sebutan tersebut tidak mencerminkan kebaikan.

"Stop dan hentikan, karena panggilan kadrun pada seseorang bukanlah mencerminkan narasi kebaikan. Tapi memunculkan permusuhan dan pertentangan," kata Direktur Indonesia Political Review itu.

Eks staf khusus Ketua DPR RI itu menerangkan, pertarungan politik boleh saja sengit. Namun, sebaiknya saudara se-Tanah Air harus solid, terlebih dalam masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

"Tidak pantas. Kita ini sebangsa dan setanah air. Sekencang apapun pertarungan politik. Tak dibenarkan menyebut atau melabeli orang lain dengan sebutan yang buruk karena itu ada dalam tingkat keadaban yang rendah," ujar dia.

Ujang kembali menegaskan, cap kadrun disematkan bagi orang-orang yang kritis terhadap pemerintahan, serta pemilik prinsip keislaman yang kuat.

"Sepertinya begitu. Kadrun itu kan kepanjangannya kadal gurun. Orang atau individu yang kritis terhadap pemerintah (Jokowi). Yang memiliki prinsip Keislaman kuat," kata Ujang Komarudin. []

Berita terkait
UGM: Seminar Pemecatan Presiden Jokowi, Diskusi Ilmiah
Dekan Fakultas Hukum UGM Sigit Riyanto mengatakan seminar online Pemecatan Presiden Jokowi adalah diskusi ilmiah. Diskusi batal dan diteror.
Seminar Pemecatan Jokowi, Guru Besar UII Mengaku Diteror
Guru Besar Hukum Tata Negara UII Yogyakarta Profesor Nimatul Huda mengaku diteror karena menjadi pembicara dalam seminar Pemecatan Jokowi.
Perhatian Jokowi Buat Petani dan Nelayan Masa Pandemi
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan Presiden Jokowi untuk memproteksi petani dan nelayan agar tetap berproduksi pada masa pandemi Covid-19.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara