Kota Lama Makin Eksotis dengan Loko Kuno dan Dancing Fountain

Terlihat eksotis dengan kehadiran monumen lokomotif (loko) kuno, di Polder Stasiun Semarang Tawang.
Monumen loko di Polder Tawang dengan dancing fountain menambah eksotis suasana kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 27/3/2018) - Kawasan Kota Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah bersolek. Terlihat eksotis dengan kehadiran monumen lokomotif (loko) kuno, di Polder Stasiun Semarang Tawang. Berdiri di antara kemegahan arsitektur Eropa masa lalu.

Berhias dancing fountain, keberadaan monumen loko makin menguatkan citra visual eksotis kawasan yang dijuluki Little Netherland itu. 

"Ini adalah wujud nyata PT Kereta Api Indonesia (KAI) ikut serta dan bersinergi dalam revitalisasi wilayah Kota Lama Semarang," kata Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro kepada Tagar News usai peresmian monumen loko, Selasa (26/3) malam.

Acara peresmian monumen loko ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Edi Sukmoro bersama Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang juga Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L).

Sebagai informasi, Polder Tawang merupakan area milik PT KAI (Persero) yang diperuntukan sebagai resapan air untuk mengurangi banjir di wilayah Kota Lama. Masih dengan fungsi yang sama, monumen loko dibangun untuk mempercantik wilayah Polder Tawang.

Keberadaan monumen itu untuk melengkapi tampilan Kota Lama agar lebih eksklusif. Apalagi saat ini Pemerintah Kota Semarang saat tengah fokus pada revitalisasi Kota Lama.

Edi Sukmoro mengatakan loko yang digunakan sebagai monumen juga bukan sembarang loko. Adalah lokomotif seri D 301 59. 

"Pembangunan monumen dilatarbelakangi keinginan untuk mengenang beroperasinya lokomotif seri D 301 59," ujar dia.

Di wilayah kerja perkeretaapian Indonesia, loko tersebut mulai dioperasionalkan tahun 1962. 

"Pada tahun 1962-1963, sebanyak 80 lokomotif didatangkan dari Pabrik Fried Krupp Jerman oleh DKA (Djawatan Kereta Api) untuk melayani kereta api penumpang maupun kereta api barang di wilayah Pulau Jawa," beber Edi.  

Sejumlah unit lokomotif yang ditopang mesin diesel berdaya 340 HP dan dapat melaju hingga kecepatan 50 km/jam saat ini masih beroperasi. Di antaranya, untuk keperluan dinas langsir di stasiun besar di Pulau Jawa, maupun untuk kereta api wisata di Museum KA Ambarawa.

Sementara, lokomotif yang kini digunakan sebagai monumen telah beroperasi kurang lebih selama 52 tahun di wilayah kerja perkeretaapian Indonesia.

"Pada bulan April tahun 2014 lalu, lokomotif ini dinyatakan sudah tidak siap operasi dan mangkrak di emplasemen Depo Lokomotif Semarang Poncol. Sehingga dijadikan monumen di Kota Lama, melengkapi pesona kawasan yang jadi salah satu ikon di Kota Semarang ini," tukas dia. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.