Humbahas - Wild Kopi Luwak Sumatera Lintong Coffee dari Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbahas, Sumatera Utara, masuk di situs Amazon.com. Siapa tak kenal situs ini.
Amazon.com diketahui perusahaan teknologi multinasional berbasis di Seattle, Washington, Amerika Serikat, fokus pada e-commerce, komputasi, steaming digital, intelegensi artifisial dan menjadi perusahaan teknologi terbesar di dunia bersama dengan Google, Apple, Facebook (big four).
Amazon didirikan oleh Jeff Bezos pada 5 juli 1994 di Bellevue, Washington, dan tercatat sebagai orang terkaya di dunia dengan total kekayaan US$ 131 miliar atau Rp 1930 triliun versi majalah Forbes 2019.
Saat ini cabang Amazon ada di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Canada, UK, Jerman, Prancis, Spanyol, Italia, Belanda, UEA, Australia, Jepang, China, Brazil, India, Singapura, dan Turki.
Sebagai perusahaan e-commerce terbesar di dunia dengan ratusan juta produk dari belahan dunia, berdampak banyak pada perusahaan-perusahaan besar maupun industri kecil dan mendapat manfaat bagi miliaran penduduk. Itu sedikit review tentang Amazon.com
Lalu bagaimana Wild Kopi Luwak Sumatera Lintong Coffee bisa di Amazon.com? Menurut Gani Silaban, Ketua KSU POM Humbang, ketika dia mengikuti training di Seattle, Washington tahun 2013, sengaja berkunjung ke salah satu NGO dan bertemu dengan staf yang ada koleganya di Amazon.
Pulang ke Desa Nagasaribu, tahun 2014, dia saling kontak dan mencoba membuat konsep dengan target harus memiliki produk kopi untuk bisa disuplai ke Amazon.
"Masuk ke Amazon, bukan hal yang gampang. Banyak regulasi, aturan-aturan biar bisa ama , sama seperti memasok produk di supermarket di Indonesia, banyak aturan dan trik khusus," kata Gani, Senin 16 Desember 2019 kepada Tagar.
Menurut dia, bermain ke Amazon lebih rumit karena supply chain dimulai dari produsen di Desa Nagasaribu, Lintongnihuta, pengiriman ke kota besar, dokumen-dokumen terkait ekspor dll.
"Shipping ke US dan negara lain lagi yang jaraknya ribuan kilometer, belum lagi yang handle di sana. Inilah salah satu tantangan terbesar, karena kita harus suplai ke berbagai negara, dan sudah keluar modal, risiko paling besar gak laku, modal terbakar," tambah gani.
Dalam suplai ke Amazon, Gani bermitra dengan temannya di Amerika, dan di Inggris, sebagai profesional seller yang meng-handle semua urusan dagang antar negara, tentunya dengan profit share.
Gani menuturkan, perang dagang, perang harga, perang desain dan perang reviews berlangsung sejak lama. “Pertempuran-pertempuran kami sudah berlangsung lama,” kata dia.
Kompetitor, menurut dia sebenarnya adalah mitra kolaborasi. Tapi dalam dunia e-commerce, market place, online shop, tidak ada namanya mitra sebagai produsen. Perang harga, perang kualitas, perang desain kemasan, informasi yang menarik akan produk yang dijual, perang promosi, iklan dll, juga cukup melelahkan.
"Pertempuran shipping cost juga yang masih didominasi raksasa kurir pengiriman seperti DHL, Fedex dimana kurir BUMN, Pos Indonesia belum mampu bersaing. Itu juga sangat menguras modal apalagi bagi industri kecil seperti kami," ungkapnya. "Kami juga dituntut harus masuk ke sistem pembayaran international seperti Paypal, yang mengikis-ngikis setiap persen dollar kami," sambungnya.
Tetapi dalam dunie e-commerce, ujar Gani, market place, online shop, menurut pengamatannya perang yang sesungguhnya adalah perang dalam menjaring rating atau peringkat.
Kami masih bertempur dengan review-review negatif akan kopi kami
Dalam mesin pencari di internet, rating yang tinggi itu selalu menjadi ranking teratas dalam pencarian di situs website Amazon.com misalnya. Rating itu yang paling banyak didapat dari review dari pembeli produk. Sama seperti hotel, konsumen akan searching di Google, rating, harga dan fasilitas.
Yang menaikkan dan menurunkan rating itu adalah reviewer, yakni pengulas atau penulis review atau testimoni tentang produk. Tanpa reviewer tidak ada rating, kecuali produk beriklan yang bersponsor atau berbayar. "Tentunya cost dong," katanya.
Menurut Gani, reviewer itu ibarat tim sukses dalam memenangkan pertandingan calon tertentu. Tim sukses yang baik, positif dalam me-review calon atau produk akan menggoda, merayu, untuk ribuan, bahkan jutaan untuk memilih calon tertentu atau produk tertentu.
"Atau jadi penasaran atau kepingin beli produk tertentu. Misalnya Wild Kopi Luwak Sumatera Lintong Coffee. Dan Tim sukses yang kurang baik atau ngak profesional bisa menumbangkan calon tertentu. Ah, seandainya ada seribuan yang nulis review atau testimoni yang positif dan powerful tentang produk kami ini, pasti puluh ribuan yang pengen coba dan beli produk kami ini bah,” ungkapnya.
Gani meneruskan, Wild Kopi Luwak Sumatera Lintong Coffee sebagai produk KSU POM Humbang saat ini berada pada posisi bintang empat dengan review atau testimoni sebanyak 366 reveiws dari konsumen. Di Amazon, pembeli langsung maupun yang tidak beli, bisa buat reviews. Pembeli yang order langsung dan buat review nanti akan ada konfirmasi di testimoninya.
"Saya sering minta teman-teman yang kami kenal, di berbagai negara, terutama yang pernah berkunjung ke tempat kami di Desa Nagasaribu, lihat langsung proses kopi kami, dan minta mereka untuk buat review atau ulasan tentang kopi kami, tentunya dengan permintaan khusus dan rata-rata tamu kami banyak yang buat review atau ulasan yang positif tentang produk kami, rating pun naik," ungkapnya.
Wild Kopi Luwak Sumatera Lintong Coffee sekarang tersedia di berbagai negara seperti USA, UK, Canada, Spanyol, Jerman, Italia, Prancis dan Jepang yang di-handle mitra di luar negeri, dengan harga bervariasi di USA US$ 25.99, di UK £ 27.99 dan Eropa €33,25.
"Semua dalam kemasan 100 gram dan hanya wild kopi luwak saja yang kami jual ke pasar Amazon, untuk bisa mengcover biaya-biaya tinggi tadi," bebernya.
Dan penjualan yang paling menjanjikan hanya pada Desember, karena rata-rata konsumen membeli sebagai gift atau suvenir. Walaupun harga tinggi yang didapat hanya sedikit karena tingginya biaya-biaya tadi.
Gani mengakui butuh semangat juang tinggi untuk memenangkan pertempuran ini.
"Kami masih bertempur dengan review-review negatif akan kopi kami. Shipping cost yang sangat tinggi sekali, regulasi-regulasi yang masih memberatkan industri kecil seperti kami. Sehingga kami sering hanya balik modal bahkan sering rugi," ujarnya.
Gani mengaku sangat senang bertempur di pasar global ini. Karena sangat menantang dan juga menjanjikan. Pertempuran itu seperti cinta, mudah memulainya, susah mengakhirinya.
"Setidaknya kami, petani-petani Kopi Lintong dari Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbahas sudah berani bertempur dan mengambil risiko dalam kancah perdagangan internasional yang sangat kompetitif dan penuh tantangan ini," pungkasnya.[]