Cerita Petani Kopi Lintong dan PLN Bertekad Kuasai Pasar Internasional

Selama ini, para petani membentuk kelompok dan bekerjasama dengan perusahaan distributor asal Malaysia untuk memasarkan produk di Amerika dan Jepang.
Petani kopi Lintong dari Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara telah lama memasarkan produknya ke pasar internasional. Mereka juga berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Usaha mereka untuk menjalin kerjasama membuahkan hasil, mereka mendapat respon baik dari PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). (Foto: Eri)

umbahas, (Tagar 19/12/2017) - Petani kopi Lintong di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara telah lama memasarkan produknya ke pasar internasional.

Selama ini, para petani membentuk kelompok dan bekerjasama dengan perusahaan distributor asal Malaysia untuk memasarkan produk di Amerika dan Jepang.

Untuk tetap eksis dan berkembang di pasar internasional, para petani kopi Lintong membentuk Kelompok Tani Olam Klasik Kopi Lintong. Kelompok itu terdiri atas 4 kelompok tani yang berada di 4 Desa di Humbahas.

Mereka juga berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Usaha mereka untuk menjalin kerjasama membuahkan hasil, mereka mendapat respon baik dari PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut).

PT. PLN melalui program CSR-nya memberikan bantuan kepada kelompok tani tersebut, karena selama ini sepak terjang para petani kopi di Humbahas sudah diakui di pasar internasional.

Bantuan Tingkatkan Produktifitas

Tidak tanggung, PT. PLN yang yakin kelompok tani mampu menguasai pasar kopi internasional, hingga memberikan bantuan mulai dari 8 mesin pulper (pengupas kopi) dan 100 gunting pohon dan 4 lokasi pembibitan.

General Manager PT PLN Wilayah Sumbagut, Feby Joko Priharto mengatakan, kopi Lintong termasuk salah satu varietas terbaik di Sumatera Utara. Kopi Lintong pun sudah banyak diekspor dan digunakan oleh gerai kopi bertaraf internasional.

"Kami ingin, secara volume, Kopi Lintong selalu ada terus dan semakin bertambah, yang artinya produktivitas petani meningkat dua kali bahkan tiga kali lipat dan juga kualitasnya," kata Feby saat memberikan bantuan kepada kelompok tani di Desa Sigumpar, Selasa (19/12).

Feby memastikan CSR ini akan terus berkesinambungan. Rencananya, PLN akan membuat pojok-pojok kopi untuk memasarkan dan mempopulerkan Kopi Lintong. PLN juga sudah menyiapkan anggaran untuk pengembangan komoditas kopi di Sumut.

"Dari penelitian di Jember, rumah kopi, kopi Lintong ternyata terbaik di Sumatera Utara, dengan nilai 97 dan terendah itu 87. Sehingga kami ingin ini menjadi program unggulan PLN Wilayah Sumatra Utara," kata Feby.

Selain bantuan biaya dan peralatan pertanian, sesuai dengan fungsinya, PLN memberikan kemudahan penyambungan daya bagi para petani sebesar 3500 watt. Selama ini, para petani memang sudah menantikan bantuan mesin pengupas kopi untuk membantu meningkatkan produksi kopi.

"Ada penambahan daya gratis dan enam instalasi baru untuk kelompok tani. Kalau soal listrik pasti kita bantu. Kita pasti suport produk kopi yang berkualitas unggul di pasar internasional," ujar Feby.

Dibeli Starbuck

Sementara koordinator Kelompok Tani Olam Klasik Kopi Lintong, Edison Sihombing mengaku, pihaknya tengah bekerjasama dengan perusahaan distributor asal Malaysia untuk memasarkan produknya keluar negeri.

"Dengan bantuan dari PLN kita bisa memaksimalkan produksi dan kualitas kopi Lintong. Untuk pemasaran kopi kita khusus di Amerika dan Jepang. Untuk pasar lokal (Indonesia) kita tidak ada," ujar Edison.

Disisi lain, salah satu ketua Kelompok Tani, Joner Hutasoit menyebut, bagusnya kualitas kopi Lintong membuat permintaan pasar internasional terus tinggi.

"Kita menjaga kualitas kopi agar terus baik. Ada 4 jenis kopi Lintong menurut kualitasnya, Gaurunggang (premium), jember (premium), Sigararutang dan Lasuna. Banyak kedai kopi Starbuck mengambil kopi dari kami. Kita ingin terus meningkatkan pemasaran kopi di pasar internasional," pungkas Joner. (eri)

Berita terkait
0
Setahun Bekerja Satgas BLBI Sita Aset Senilai Rp 22 Triliun
Mahfud MD, mengatakan Satgas BLBI telah menyita tanah seluas 22,3 juta hektar atau senilai Rp 22 triliun setelah setahun bekerja