Konsolidasi Pemenangan Prabowo Makin Solid, Jokowi Terjepit?

Status yang diunggahnya Selasa (29/5) cukup menarik. Menurutnya, pendukung Jokowi selama ini terlalu terlena dan lupa melakukan konsolidasi.
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menaiki kuda di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10/2016). (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 30/5/2018) - Seorang netizen dengan nama akun Budhius Ma'ruff menulis status di Facebook mengenai perbandingan konsolidasi antara pendukung Prabowo dengan pendukung Jokowi.

Status yang diunggahnya Selasa (29/5) cukup menarik. Menurutnya, pendukung Jokowi selama ini terlalu terlena dan lupa melakukan konsolidasi. Tak seperti barisan pendukung Prabowo yang menurut Budhius semakin hari semakin kuat.

Berikut ini status yang ditulis Budhius Mar-ruff di akun Facebooknya:

Pilpres 2019 | Jokowi makin terjepit. Dukungan ormas yang sebagian besar adalah pemilih pemula mengalir deras ke kubu Prabowo Subianto.

Setidaknya 36 Ormas di Jabodetabek, Selasa kemarin mendeklarasikan diri bergabung dalam pemenangan Prabowo sbg Presiden tahun 2019 nanti. Mereka bersepakat bahwa Presiden yang terbaik bagi rakyat Indonesia ke depan hanyalah Prabowo Subianto. Bukan Jokowi, bukan Gatot Nurmantyo dan juga bukan Anies Baswedan.

Suara puluhan ormas generasi muda ini dianggap cerminan dari menguatnya pengaruh tagar #GantiPresiden2019, yang hingga kini masih leading sebagai tagar paling populer di media sosial dan dunia nyata.

Kubu pendukung Jokowi dinilai gagal membuat tagar tandingan yang mampu membangun persepsi positif tentang kinerja pemerintahan Jokowi selama ini.

Hal lain yang juga menjadi sorotan adalah, keangkuhan pendukung Jokowi yang lebih cenderung tidak mau mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok kepentingan yang bergerak turun ke akar rumput. Kubu pendukung Jokowi bahkan terkesan tidak kompak dan saling mengklaim paling Jokowes antara satu dengan yang lainnya.

Massa pendukung Jokowi terlena dengan keyakinan diri sendiri, bahwa pemilih mayoritas pada saat Pilpres 2019 mendatang akan dengan rasional lebih memilih kembali Jokowi. Padahal keyakinan tersebut semuanya hanyalah asumsi pribadi-pribadi semata. Bukan asumsi yang sudah teruji dari hasil turba ke akar rumput di tengah masyarakat.

Inilah kelemahan nyata dari basis pendukung Jokowi saat ini. Mereka bergerak hanya mengandalkan media sosial, yang lebih cenderung bersifat pencitraan dan adu gagasan hoax.

Massa pendukung Jokowi malas untuk mengorganisirkan diri, baik dalam bentuk ormas, ataupun kelompok komunitas yang nyata berjuang untuk menjelaskan sosok Jokowi langsung ke masayarakat.

Jika gaya komunikasi publik yang dilakukan massa pendukung Jokowi masih seperti ini, maka saya menduga, peluang Jokowi untuk bertahan di Istana Merdeka sbg RI-1, menipis dan tidak mengakar.

Massa pendukung Jokowi terbukti hanya berkoar koar di media sosial, tanpa mau berjuang di tengah masyarakat untuk menyapa massa pemilih yang mayoritas apolitic tersebut.

Miskinnya gerakan terkoodinir massa pendukung Jokowi ini, adalah bukti, bahwa basis dukungan kepada J2P pada dasarnya lemah dan tidak mengakat di tengah masyarakat.

Semoga hal ini menjadi perhatian Jokowers untuk segera berbenah dan mengevaluasi cara dan metoda komunikasi publiknya...

Salam,

BMP

(Fet)

Berita terkait