Kondisi Pegadaian di Yogyakarta Saat Wabah Corona

Saat wabah Corona, pegadaian menjadi jujukan warga untuk menggadaikan barang berharganya, seperti yang terjadi di Yogyakarta.
PT Pegadaian (Persero). (Foto: Instagram/@pegadaian_id)

Yogyakarta - Pandemi wabah virus Corona atau Covid-19 berimbas kepada sektor perekonomian. Bagi masyarakat yang bekerja non pemerintah dan rakyat kecil, sudah sulit mendapatkan penghasilan. Hari demi hari pengeluaran jalan terus sementara penghasilan berkurang, membuat beberapa masyarakat memilih menggadaikan barangnya.

Kepala Departemen Gadai, Pegadaian Area Yogyakarta, Munardi merasakan hal tersebut. Menurutnya di tengah wabah Corona saat ini, terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Secara umum memang ada peningkatan permintaan gadai oleh masyarakat di Yogyakarta.

"Peningkatannya secara umum mencapai lebih kurang 10 persen masyarakat yang menggadaikan barangnya," kata Munardi melalui pesan singkat, Minggu, 19 April 2020.

Sejak awal Maret 2020, pihak pegadaian kebanjiran permintaan khususnya yang datang kebanyakan dari kalangan emak-emak. Adapun barang yang banyak digadai oleh masyarakat adalah perhiasan emas

Pegadaian sendiri dapat melayani berupa barang gadai dan non-gadai. "Sejauh ini yang paling banyak digadaikan adalah emas dan perhiasan. Permintaan melonjak pada awal Maret lalu," ucapnya.

Peningkatannya secara umum mencapai lebih kurang 10 persen masyarakat yang menggadaikan barangnya.

Sementara itu, Kepala Departemen Non-Gadai, Pegadaian Area Yogayakarta, Agus Purwadi mengutarakan bahwa tidak banyak peningkatan terhadap barang non-gadai selama pandemi Corona.

"Untuk saat ini yang naik (barang) yang gadai. Untuk non-gadai mengingat sistemnya adalah pembiayaan dan melalui survey, kami lebih selektif melakukan pencairan (dana). Sehingga pencairan mengalami penurunan," ujar dia.

Dihubungi terpisah, Ketua Cabang Pegadaian Wates, Eko Danarto menyebut bahwa omzet gadai lebih meningkat jika dibanding dengan hari sebelumnya pada situasi saat ini. Ada beberapa faktor, pertama karena harga emas meningkat dari Rp 700 ribu menjadi Rp 900 ribu per gram.

Selain itu juga kebutuhan ekonomi masyarakat yang sedikit sulit karena wabah yang diketahui berasal dari Kota Wuhan, Cina. "Mereka (masyarakat) memilih menggadaikan perhiasan emas demi memenuhi kebutuhan hidupnya," ucapnya.

Eko mengatakan, di Pegadaian Cabang Wates sendiri mengalami peningkatan barang gadai berupa emas mencapai 10-11 persen saat pandemi ini.

Harga Jual Emas Turun

Erwinanti, 23 tahun yang bekerja di salah satu hotel ternama di kawasan Malioboro mengaku pengeluarannya saat ini tidak sebanding dengan pemasukan. Dalam kondisi seperti ini, dia tidak ingin merepotkan orang tuanya, akhirnya memilih menjual emasnya dari pada menggadainya.

"Aku terpaksa jual perhiasan emas. Kalau digadai takut enggak bisa menebusnya. Karena hotel saya sudah off jadi sementara tidak ada pemasukan," kata dia.

Sayangnya saat menjual emasnya, harganya sedang turun. Namun, keputusan menjual perhiasan emas sudah dipikiran matang-matang. "Wabah virus Corona emang makin parah saja dampaknya. Harga emas juga ikut turun ternyata. Cuma dijual Rp 1.200 padahal beli Rp 1.700," ucap dia. []

Baca Juga:

Baca Opini:

Berita terkait
Insiden Saat Wabah Covid-19 di Walhi Yogyakarta
Walhi Yogyakarta merasa diintimidasi saat menggelar rapat evaluasi pembagian masker. Namun kepolisian membantahnya.
Protokol Pemudik ke Yogyakarta Saat Wabah Covid-19
Pemda DIY mengeluarkan protokol pemudik atau pendatang yang masuk wilayah DIY. Salah satunya pemudik naik bus wajib turun di terminal.
Apresiasi Grab untuk Tim Medis Corona di Yogyakarta
Grab memberi apresiasi kepada tenaga medis Covid-19 di Yogyakarta. Sebanyak 1.000 paket makanan dibagikan kepada pejuang kemanusiaan ini.