Kisah Warga Lebak Tak Makan Dua Hari karena Covid-19

Salah seorang warga di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merasakan kesulitan, sampai tidak makan dua hari, imbas dari pandemi Covid-19.
Asnawi, 70 tahun Warga Bojongleles pernah dua hari tidak makan, Minggu 6 Juni 2020. (Foto: Tagar/Jumri)

Lebak - Salah seorang warga di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merasakan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama pandemi Covid-19. Padahal, jarak dari rumah yang dia tempati tidak begitu jauh dari Pusat Pmerintahan Kabupaten (Pemkab) Lebak.

Asnawi, 70 tahun, berjuang dengan segala kecemasan dan keterbatasan. Dia bermukim di belakang Perumahan Ranau, Kampung Bojongleles, Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banen pernah merasakan dua hari tidak makan nasi selama wabah virus Corona atau Covid-19.

Pernah mengalami tidak makan selama dua hari, saya makan singkong rebus dan minum air putih.

Namun, apa mau dikata, Asnawi kakek tua yang tinggal seorang diri di kebun pepaya tersebut, nasibnya tidak semunjur para pejabat yang ada di Pemerintah Kabupaten Lebak. Dimana yang setiap hari bisa makan-makanan enak. Bahkan, bisa gonta-ganti kendaraan roda empat khusus menuju kantor.

Saat ditemui Tagar, Minggu, 6 Juni 2020, Asnawi menceritakan bahwa untuk sekedar perut tidak keroncongan sehari saja sudah menjadi sebuah anugrah dan karunia yang amat luar biasa. Kata Asnawi, dia pernah meraksakan tidak makan selama dua hari saat wabah virus Corona atau Covid-19.

"Pernah mengalami tidak makan selama dua hari, saya makan singkong rebus dan minum air putih. Saya orang enggak punya," ucap Asnawi dengan nada menggurutu saat ditemui dikediamanya.

Asnawi yang tinggal di gubuk berukuran 6X8 meter hanyalah seorang pekerja serabutan, tenaganya biasa terkuras saat mendapat objekan. Seperti mencangkul atau berkebun milik tetangga yang ada di Bojongleles. Dia adalah buruh tani harian lepas yang bekerja dengan penghasilan tak menentu.

Terlebih, kata Asnawi, semenjak wabah virus Corona yang melanda Kabupaten Lebak, Banten. Kehidupan ia ikut terimbas dengan adanya kebijakan pemerintah agar warganya berada di rumah aja.

Wajah Asnawi sempat muram, sesekali ia mendesis kesakitan, menahan rasa sakit di perut akibat sering kelaparan karena tidak makan. Kemudian, sambil menitikan air mata, dia bercerita untuk memembeli kebutuhan hidup pokok beras saja tidak mampu. Saat ini, ia sangat berharap datangnya darmawan ataupun relawan datang bersedia menutup pilu yang dia rasakan saat ini.

Bahkan sesekali emosinya membucar, meluapkan protes kesal terhadap apa yang terjadi saat ini. Otaknya seperti membeku ketika mengingat dalam kondisi ekonomi terhimpit sebelum dan saat datangnya wabah virus Corona. Menurut dia, peluang bekerja semakin sempit dan asa untuk menggengam rupiah seperti mitos.

AsnawiAsnawi saat menerima bantuan sembako dari Kejasaan Negeri Lebak, 22 Mei 2020. (Foto: Tagar/Jumri)

"Saya kerja serabutan, ini juga kalau ada, kalau enggak ada mah sudah menganggur saja, saya hanya mengandalkan uluran tangan dari tetetangga karena kondisi tenaga yang sudah mulai renta," tuturnya menerangkan dengan nada berkaca-kaca.

Sambil menghela napas panjang, yang ia ketahui di luar rumah sana kondisinya sudah mulai membaik karena pemerintah akan menerapkan New Normal dengan mengikuti protokol kesehatan. Dimana saat itu, mata Asnawi penuh curiga agar tidak tertular virus Corona.

Kini Asnawi hanya bisa pasrah kepada Allah SWT dengan musibah dan misteri di hari esok. Asnawi menceritakan memiliki tujuh orang anak, akan tetapi nasib ketujuh anaknya juga mengalami hal yang serupa dengan kondisi tidak begitu baik, karena keterbatasan ekonomi, sehingga tidak berani untuk mengadu nasib  ke anak-anaknya.

Sementara untuk anak pertamanya, Saepulah, 34 tahun, tinggal di Desa Tambak Baya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten. Sesekali datang untuk menengok kondisi sang ayah, Asnawi.

"Sering menengok kondisi orang tua saya yang memang tinggal di Kampung Bojongleles, saat ini kondisi Bapak yang sering sakit-sakitan," ujarnya seraya menggelengkan kepala.

Saepulah menuturkan apa yang dia rasa saat ini, selama 13 tahun tinggal di Bojongleles tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Lebak. Sebelumnya, pernah mengajukan agar mempunyai e-KTP di Bojongleles. 

Menurut Saepulah, sampai sekarang bapaknya masih berdomisili di Desa Tambak Baya. Padahal, kata dia, pernah mengajukan pindah ke Rukun Tetangga (RT) setempat. Namun, sampai saat ini belum dibuatkan domisili tempat tinggal yang baru. 

"Bapak belakangan ini mulai sering pesakitan. Mungkin karena jarang makan nasi dan mendapatkan asupan vitamin," ucap Saepulah.

Saepulah mengatakan meskipun rumahnya tidak begitu jauh dengan Pemkab Lebak. Ia tidak bisa berbuat banyak dan tidak berpikir sedikit pun untuk mengemis meminta kasian dari orang lain. 

"Saya tak banyak yang meminta saat ini, asalkan dapur rumah milik bapak saya bisa ngebul saja, sudah sangat bersyukur," ucapnya.

Keberadaan orang tuanya diketahui dari informasi berita baksos yang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Labak pada Kamis, 21 Mei 2020. Waktu itu, kata Saepulah, sang bapak menceritakan tentang kondisi ekonomi, pernah tidak makan selama dua hari lantaran tidak mampu membeli beras.

Saepulah mengatakan, Asnawi pernah tinggal di Tambak Baya karena sang istri sudah lama meninggal. Setelah meninggal 13 tahun, Asnawi kembali ke Bojongleles. 

"Saya tidak memungkiri selama ini kerap kali mengandalkan bantuan dari tetangga terdekat," tutur dia.

Di tempat yang bersamaan, Samsiah, 48 tahun, salah satu tetangga dari Asnawi membenarkan tetangganya tersebut belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Lebak. Menurut dia, Asnawi tinggal sendiri dan hanya mengandalkan uluran tangan dari tetangga atau darmawan yang mau menyisihkan sebagian rezeki.

"Kasian kondisinya, memang benar dia dua hari tidak makan karena enggak punya penghasilan tetap dan hanya mengandalkan pemeberian tetangga. Dulu pas Sungai Ciujung meluap, dia pernah kebanjiran. Terus warga dengan sukarela membantu meberikan bantuan baju. Harapanya dia semoga dapat bantuan dari pemerintah, kemarin pernah ada bantuan Bansos dari Kejaksaan Negeri Lebak," ucap Samsiah.

Sementara itu, Kepala Desa Bojongleles Budi mengatakan bahwa dia baru mendapatkan informasi keberadaan Asnawi dari media. Menurut Budi, pihak RT setempat tidak pernah melaporkan kejadian tersebut ke Desa Bojongleles.

"Saya baru mendapatkan laporan bahwa di Desa Bojongleles ada orang yang bernama Asnawi dan pernah tidak makan selama dua hari. Kita akan segera menindak lanjuti dan akan melaporkan kejadian ini ke Dinas Sosial Kabupaten Lebak melalui prosedur," ujar Budi saat dihubungi Tagar melalui WhasApp, Minggu, 6 Juni 2020.

Di tempat terpisah, Ketua DPRD Kabupaten Lebak Didin Nurohman sangat perihatin atas keadaan yang terjadi terhadap warga tersebut. Didin mengatakan, pihaknya akan mendorong agar pemerintah segera hadir untuk membantu meringankan beban hidup yang dialami oleh Asnawi. Menurut Didin, melihat dari kondisi foto yang tersebar di WhatsApp jelas sangat memperihatinkan dan sudah selayaknya mendapatkan bantuan dari Pemerintah.

"Saya meminta Dinsa Sosial agar segera berkomunikasi dengan Desa setempat untuk mengidentifikasi apa yang menjadi persoalan kenapa warga tersebut tidak mendapatkan bantuan. Pokoknya saya akan memastikan agar Pak Asnawi bisa mendapatkan bantuan dari Pemerintah," ujar Ketua DPRD Lebak tersebut. []

Berita terkait
Gadis Cantik Lebak Menggapai Mimpi dalam Keterbatasan
Rofifah Juniandar, 23 tahun, dara cantik asal Lebak membuktikan keterbatasan bukan menjadi sebuah halangan.
Keluarga Gerobak, Mengais Rezeki di Tengah Pandemi Corona
Keluarga gerobak tidak bisa berbuat banyak untuk menghadapi pandemic Corona yang saat ini sedang terjadi di penjuru dunia.
Cerita Teks Proklamasi Sebelum Dibacakan Soekarno
Teks proklamasi kemerdekaan yang dibacakan pada 17 Agustus 1945 ternyata mengalami perubahan sebelum akhirnya seperti yang diketahui sekarang.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.