Semarang - Mbah Sri Kasyati, 66 tahun, warga Kota Semarang, Jawa Tengah, membuktikan arti sesungguhnya kesetiaan dan cinta. Hidup dalam kemiskinan, tak menghalangi nenek itu untuk tetap merawat sang suami yang lumpuh karena stroke selama bertahun-tahun.
Mbah Sri dan suami, Yusuf Suparman, 72 tahun, tinggal di RT 5 RW 3 Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara. Mereka tinggal di sebuah rumah yang terbilang sangat sederhana dan sempit. Beratap asbes, berdinding kain sarung dan hanya berukuran 2 x 2 meter.
Makin miris ketika mendapati sejumlah ayam berkeliaran di rumah yang menyerupai kamar tersebut. Keterbatasan tempat membuat ayam peliharaannya ditaruh di dalam rumah.
Sudah 13 tahun Sri dan suaminya tinggal di rumah yang selalu bocor air ketika hujan tiba. Tapi ia tak peduli, Mbah Sri tetap bertahan. Rumahku adalah surgaku, begitu Sri berucap ketiga Tagar menyambangi kediamannya, Selasa, 1 September 2020.
Manis pahit kisah kehidupan Sri dan suaminya terekam di rumah itu. Termasuk tiga tahun belakangan yang membuat kehidupannya benar-benar berubah dan makin berat.
Makan, mandi semuanya di kasur itu. Bahkan untuk buang kotoran juga di kasur tersebut.
Ya, sudah tiga tahun, suami Mbah Sri tak bisa bergerak, lumpuh karena penyakit stroke. Yusuf Suparman hanya bisa tidur di sebuah ranjang sederhana. Untuk makan, Mbah Sri harus menyuapi tiap waktu meski rasa lelah kadang mendera.
Namun semua itu dilakoni perempuan tua itu dengan tulus. Ia tak pernah mengeluh dengan kondisi suami, apalagi pergi meninggalkannya. Kesetiaan adalah janji Mbah Sri kepada suami.
Di kasur itulah, sang suami menghabiskan sisa-sisa umur dan Mbah Sri setia merawatnya. Dan kasur tersebut menjadi saksi bisu kesetiaan dan cinta Mbah Sri kepada Yusuf Suparman.
"Makan, mandi semuanya di kasur itu. Bahkan untuk buang kotoran juga di kasur tersebut," ujar Mbah Sri sembari memandang sayu wajah suami.
Baca juga:
- Kesetiaan SBY Menemani Ani Yudhoyono
- Nasib Bocah Penderita Kanker Kulit dan Tumor Mata Sejak Bayi Belum Dapat Bantuan Pemerintah
- Kisah Cinta Terlarang Tiga Perempuan Semarang
Sementara sejak suaminya sakit Mbah Sri memutuskan berhenti menghentikan pekerjaannya sebagai penjual tahu gimbal. Padahal, usaha itu selama ini menjadi satu-satunya tumpuan hidup ia dan suami.
Ia terpaksa menghentikan jualannya karena tidak enak dengan tetangga. Ia merasa dagangannya kurang bersih karena saban hari merawat suaminya yang sedang sakit.
"Kalau jualan tidak enak, yang namanya hidup dengan orang sakit walau jualan sebersih apapun itu pasti dianggap kotor. Jadi tidak enak," ucap dia.
Kini, Sri hanya bisa mengandalkan bantuan dari warga sekitar dan orang-orang yang peduli dengan kehidupannya. Para tetangga kerap memberinya beras, nasi dan lauk, hingga uang. []