Kisah Joka, Petani Aceh Dipandang Sebelah Mata

Abdul Hamid Padang sudah lama menekuni dunia pertanian ia sempat merasakan bagaimana menjadi kuli tani hingga berjualan sayur di Aceh.
Pak Joka tengah memberikan pembinaan usaha tani jagung kepada sejumlah siswa-siswi SMK Pertanian yang sedang melaksanakan praktik lapangan di kawasan Agrowisata yang dibangun Pak Joka di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Rabu 12 Februari 2020 (Foto: Tagar/Nukman)

Subulussalam - Pak Joka, 52 tahun, petani unggul asal Kota Subulussalam, Aceh, seorang penggiat petani yang amat dikenal di daerahnya.

Pak Joka, pemilik nama panjang Abdul Hamid Padang, adalah sosok petani yang mendapat penghargaan di tingkat nasional sebagai petani berprestasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2014 lalu di Istana Negara.

Joka sejak lama sudah menekuni dunia pertanian. Kesuksesan yang ia gapai saat ini adalah berkat usaha kerasnya pada masa lalu. Ia sempat merasakan bagaimana menjadi kuli tani hingga berjualan sayur kepada warga kampung.

"Apa yang saya raih saat ini bukanlah datang dengan sendirinya, akan tetapi semua ini berkat semangat dan keyakinan untuk bangkit guna mengembangkan pertanian di daerah ini," kata Joka kepada Tagar, beberapa waktu lalu.

Karena kecintaannya akan dunia pertanian pada tahun 1992, ia membentuk sebuah kelompok tani yang ia namai dengan Kelompok Tani Telaga Biru yang bergerak di bidang tanaman pangan holtikultura.

Berawal dari kelompok tani yang dia penggawa itulah perlahan demi perlahan ia pun berkiprah menghidupkan dunia pertanian di daerahnya.

Tak jarang ia dihadapkan oleh sesuatu hambatan. Jatuh bangunnya perjuangan ia jadikan sebagai tolak ukur untuk bergerak dan terus bergerak guna menggalakkan pertanian yang awalnya ia mulai dari desa yang ia tempat.

Merasakan bagaimana getirnya perjuangan untuk menjadi petani sukses mungkin bagi kebanyakan orang umumnya adalah sesuatu panggang yang jauh dari bara. Terlebih konotasi petani menurut pandangan umum bukanlah merupakan profesi yang dicita-citakan, karena profesi ini mungkin tidak tren bagi orang-orang umumnya.

Namun, tidak bagi Pak Joka, menurutnya profesi petani harus tertanam pada diri kaum muda, sebab profesi petani bila digeluti dengan terampil dan terukur hasilnya cukup menjanjikan.

"Mungkin bagi kebanyakan orang, menjadi petani bukanlah sesuatu yang menjanjikan, buktinya langka sekali kita tanyai kaum muda yang bercita-cita untuk menjadi seorang petani," imbuhnya dengan mengumbar tawa.

Petani Aceh JokaJoka tengah memberikan pembinaan usaha tani Semangka kepada sejumlah siswa-siswi SMK Pertanian yang sedang melaksanakan praktik lapangan di kawasan Agrowisata yang dibangun di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Rabu 12 Februari 2020 (Foto: Tagar/Nukman)

Seiring waktu, pada tahun 1999, Pak Joka dipercayai mengkoordinir kegiatan perkebunan karet, sebuah kucuran program dari Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB).

Program yang ia tangani itu berjalan sukses, ribuan hektar perkebunan karet terhampar di sejumlah tempat dalam wilayah Subulussalam yang hingga kini masih tegak meneteskan getah.

"Bisa kita lihat di beberapa tempat masih dapat ditemui perkebunan karet yang dulu saya pernah terlibat di dalamnya. Meski sudah banyak petani yang beralih ke dunia sawit. Tapi setidaknya karya perkebunan itu tidak sia-sia, dimana pernah menggerakkan perekonomian daerah," ujarnya.

Berkat itu pula, sektor karet merupakan menjadi salah satu komoditi andalan di daerah yang berjuluk Bumi Syekh Hamzah Fansuri itu.

Semua ini berkat semangat dan keyakinan untuk bangkit guna mengembangkan pertanian di daerah.

Petani Aceh JokaPak Joka saat memberi makan sapi di peternakan yang dikelola oleh kelompok tani di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Rabu 12 Februari 2020 (Foto: Tagar/Nukman)

Demi mengepakkan sayap, suami dari Hj Tatik Raidah Solin, 48 tahun aktif pula menjadi penggiat di sebuah organisasi petani nasional, yaitu Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).

Karena tak ada yang meragukan integritasnya pada dunia pertanian, Pak Joka sejak tahun 2001-2007 didapuk sebagai Ketua KTNA Aceh Singkil.

Kepemimpinannya pun berlanjut untuk menakhodai KTNA Kota Subulussalam hingga saat ini, atas mekarnya Subulussalam menjadi daerah otonom dengan status Pemko dari Pemkab Aceh Singkil.

Sebagai Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) berbagai inovasi pertanian ia lahirkan, salah satunya yang cukup menjadi perhatian adalah dimana ia menciptakan sebuah kawasan Agrowisata di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh yang telah berkali-kali dikunjungi oleh sejumlah pejabat-pejabat daerah maupun provinsi.

"Kalau sedang tiba musim panen raya, saya sering undang pejabat-pejabat untuk melakukan panen perdana sebagai bentuk penghormatan petani," katanya.

Kawasan areal pertanian yang dikelola Pak Joka merupakan satu-satunya sebagai lokasi praktek lapangan siswa-siswi SMK Pertanian di daerah itu. Pak Joka dengan sukarela memberikan penyuluhan pertanian kepada siswa-siswi tersebut.

Di kawasan Agrowisata yang kini ia bangun di atas areal seluas 28 hektar cukup banyak ditemui kegiatan-kegiatan pertanian dan kerap dijadikan sebagai pusat penyuluhan pertanian, baik dari instansi pemerintah maupun dari lembaga pendidikan, baik dalam daerah ataupun dari luar daerah.

Pola pengembangan kelompok tani dan anggota, Pak Joka memiliki konsep dan prisip yang sangat terukur. Bagaimana ia mencari peluang sebuah konsep usaha tani dengan prinsip momen.

Petani Aceh JokaJoka tengah memberikan pembinaan usaha tani Pepaya Madu Calipornia kepada sejumlah siswa-siswi SMK Pertanian yang sedang melaksanakan praktik lapangan di kawasan Agrowisata yang dibangun di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Rabu 12 Februari 2020 (Foto: Tagar/Nukman)

Sejumlah 48 KK yang sudah mimiliki hak milik melalui pembangunan swadaya sendiri tanpa bantuan pemerintah.

Misalnya, mengintip momen perayaan hari besar agama, sebab peluang ini dianggap para petani akan mendapatkan harga jual yang tinggi dari hasil panen pertanian mereka, karena tingginya kebutuhan pasar.

Oleh sebab itu, demi memperkuat kapasitas kelompok tani dan pemberdayaan anggota maka di atas areal seluas 28 hektar itu, Pak Joka membentuk sebuah gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang terdiri dari tiga buah kelompok tani, yakni, Kelompok Tani Telaga Biru, Kelompok Tani Persada dan Kelompok Tani Runduk Berisi Dua yang menaungi sebanyak 75 kepala keluarga (KK) sebagai anggota binaan.

Di atas areal seluas itu pula, Pak Joka mengelolanya dengan sejumlah cabang usaha tani, seperti lahan bercocok tanam jagung seluas 10 hektare, semangka satu hektar dan untuk kegiatan bercocok tanam sayur mayur disediakan lahan seluas dua hektar.

Kemudian juga tersedia lokasi kegiatan pembibitan sawit di atas areal seluas lima hektar dan ditambah kolam-kolam budidaya ikan dengan total areal mencapai tiga hektar serta lokasi peternakan sapi dan kambing.

Sementara itu juga terdapat fasilitas pendukung kegiatan pertanian lainnya, seperti, balai pertemuan kelompok tani, gudang gabah, penggilingan padi dan wirausaha toko pupuk dan gudang pupuk organik.

Sebagaimana dengan cita-cita yang membumbung di dalam pikirannya untuk menciptakan petani-petani mandiri, sosok ayah dari ketiga putra-putrinya itu, juga turut memberikan fasilitas tambahan bagi anggota kelompok tani yang dibinanya dengan memberikan areal pemukiman dengan sistem bayar cicil.

Impian saya mendirikan sebuah yayasan berbasis petani akan terwujud yang nantinya menjadi percontohan bagi generasi-generasi petani di masa yang akan datang.

Dengan demikian harapan petani memiliki rumah dapat dengan mudah terwujud melalui cara pembayaran angsuran yang dapat disetor ketika petani mendapatkan hasil panen.

'Ini merupakan inovasi kemandirian terhadap petani, dan sejumlah 48 KK yang sudah mimiliki hak milik melalui pembangunan swadaya sendiri tanpa bantuan pemerintah," katanya.

Pemandangan lain seperti fasilitas bangunan pendidikan berupa balai pengajian anak juga terdapat di kawasan tersebut. Balai pengajian itu khusus diperuntukkan bagi anak-anak para petani.

Sebagai bekas seorang Kepala Desa di kampung itu, sosok kakek yang dianugerahi seorang cucu itu memiliki impian kedepan untuk membangun sebuah yayasan berbasis petani melalui kampung Agrowisata.

"Insha Allah selagi hayat di kandung badan, impian saya mendirikan sebuah yayasan berbasis petani akan terwujud yang nantinya menjadi percontohan bagi generasi-generasi petani di masa yang akan datang," ujarnya.

Sosok Pak Joka di mata petani dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan senang membantu para petani. Para petani akrab memanggil Pak Joka dengan sapaan Pak Haji.

Seperti yang dituturkan, Jamilah, 40 tahun bahwa Pak Joka di matanya adalah sosok yang bijaksana, sosok yang peduli terhadap petani kecil.

Petani Aceh JokaJoka menunjukkan pakan ternak organik yang dikembangkan sendiri melalui unit usaha KTNA di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Rabu 12 Februari 2020 (Foto: Tagar/Nukman)

Setiap anggota kelompok diberikan lahan usaha tani dengan cuma-cuma sembari Pak Joka membekali kami ilmu-ilmu pertanian. Katanya, Pak Joka orangnya tegas, menurut Jamilah berkat ketegasannya tersebut mereka yakini suatu faktor atas kemandirian para petani.

"Beliau adalah Bapak kami disini, bijaksana sekali Pak Haji ini, dia minta kami rajin. Dia adalah pengayom kami, Pak Haji sangat banyak membantu kami," tuturnya.

Pak Joka adalah tokoh petani nasional. Berkat dedikasinya, ia pun telah banyak menorehkan segudang penghargaan, baik di tingkat daerah, provinsi maupun di tingkat nasional.

Sepak terjangnya dirasa telah banyak menghidupi petani-petani kecil di daerahnya. Dari yang tidak memiliki rumah hingga akhirnya dapat membangun rumah dan membiayai pendidikan anak-anak mereka.

Ketokohan Pak Joka sebagai Bapak Pertanian di daerahnya tidak dapat diragukan lagi, sebab ungkapan itu sudah mendapat pengakuan oleh masyarakat setempat.[] 

Baca cerita lainnya:

Berita terkait
Karena Tak Ada Bioskop di Aceh
Tak ada bioskop di Aceh, pemuda Ichsan Maulana nonton film Hit and Run dan Joker di Medan, Sumatera Utara. Faisal Al-Banna nonton di internet.
Misteri Pusara Ulama Sufi Aceh, Syekh Hamzah Fansuri
Para ahli maupun sejarawan masih memperdebatkan soal keberadaan makam ulama Syekh Hamzah Al-Fansuri hingga saat ini.
Keanekaragaman Hayati Subulussalam Menunggu Punah
Hutan Subulussalam, Aceh yang kaya akan keanekaragaman hayati yang khas sejauh ini dinilai masih belum terkelola dengan baik.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.